14

2.4K 294 45
                                    

Kepalanya berkali lebih berat dari biasanya, Jongin masih tidak ingin berpisah dengan kasurnya. Namun sang kakak sepupu menyeretnya anarkis untuk bangkit bersiap sekolah. Dan berakhir ia menumpukan kepalanya pada meja, kelas masih sepi hanya satu atau dua orang termasuk dirinya berada disana. Ini hari terakhir sekolah setelahnya akan ada liburan musim dingin, itulah mengapa ia tidak ingin masuk hari ini.

Lagi pula dalam sepekan ini harinya tampak datar seperti aspal depan aprtemennya, dia mendengus lagi memiringkan kepalanya menghadap ke kiri. Memandang tanya bangku yang kosong tanpa berita, lebih tepatnya tempat duduk milik Sehun. Sahabat karibnya.

Jongin tidak tahu apa yang sedang terjadi, dia hanya bisa menerka bahwa ada masalah serius yang sedang Sehun alami. Bukan hanya sehari ia mengenal Sehun, itulah mengapa terselip rasa khawatir dalam dirinya.

Menghela napas yang tidak tahu ke berapa kali, memikirkan Sehun membuat kepalanya semakin tidak bisa tegak. Lalu menutup matanya perlahan karena merasa kantuk menyerobot masuk, hingga  seseorang menepuk bahunya. Dan Jongin membalasnya dengan bergumam, terlalu malas.

"Yak! Ireona, siswa macam apa kau ini. "

Pemuda itu berpikir, merasa familiar dengan suara itu. Kemudian ia membuka sedikit matanya dan tetap dengan posisi kepala di atas meja.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? "

Jongin masih dalam mode berpikir, meyakinkan dirinya bahwa yang sedang duduk di tempat sahabatnya itu benar Sehun bukan halusinasi.

"Sehun? Kau benar Sehun? " yang tersebutakan berdecak kesal.

"Memangnya aku hantu? " Sehun hampir saja terjungkal kaget, karena Jongin beranjak dari tempat duduknya tiba-tiba dan memeluknya erat. "Kau itu kenapa? "

"Menurutmu kenapa? Aku khawatir padamu bodoh." Jongin kembali ketempat duduknya. "Apa ayahmu melakukan hal buruk lagi padamu? " dan Sehun tercenung beberapa detik, manusia di depannya ini sungguh tidak bisa dibohongi meskipun bodoh.

"Memangnya apa yang di lakukan ayah Sehun? " sedetik kemudian mereka menoleh bersamaan ketika mendengar suara Taehyung di depan mereka. Sebab terlalu serius hingga tak menyadari kehadirannya di sana.

"Tidak ada, ha ha ha. " Sehun tertawa canggung, dan Jongin mengaduh karena tulang keringnya hampir patah karena tendangan maut dari kawan di depannya.

Taehyung memutar tubuhnya, berhadapan langsung dengan Sehun. Mengamati setiap bagian tubuh milik temannya itu, dan tak memperdulikan Jongin yang menggerutu di belakang punggungnya. "Ada luka jahitan di pelipis kirimu, apa yang terjadi? "

"Aku terjatuh dari sepedah. " Sehun menjawab dalam satu tarikan napas, menghilangkan kegugupan karena berbohong. Ia merasa sangat diinterogasi oleh sipir di tahanan.

"Baiklah, seharusnya kau tidak masuk saja hari ini, terlalu merepotkan karena besok libur. " Taehyung mendudukkan dirinya tepat di bangku belakang Sehun.

"Aku tak ingin membuat kalian berpikir aneh, itu saja. "

Taehyung hanya terdiam, menyadari bahwa Sehun tengah berbohong. Ada yang sedang disembunyikan, mungkin dia bukanlah termasuk orang yang dapat dengan mudah memperhatikan orang lain. Tapi kali ini ia harus seperti itu, dia mengetahui fakta bahwa fisik Sehun tidak seperti kebanyakan orang. Perkataan Jongin tadi menimbulkan teka-teki baru, apakah Sehun sama sepertinya? Merasa terbuang oleh keluarga sendiri.

Setelahnya sekolah berjalan seperti biasa, mendengarkan guru menerangkan, mengerjakan tugas dan hingga waktu sore hari untuk mengharuskannya pulang. Mereka berjalan bersama dengan Sehun berada di tengah, bercakap ringan hingga tak terasa sudah di depan gerbang sekolah. Ada beberapa mobil yang terpakir di sana, termasuk mobil jemputan Sehun dan adiknya.

souls (end) Onde as histórias ganham vida. Descobre agora