3

3.8K 412 40
                                    

Sehun bersama sang ibu sedang berjalan, menuju ruang dokter yang sejak kecil menemani Sehun untuk berjuang. Mereka sedang berada di rumah sakit, minggu ini jadwal check Up Sehun. Pemeriksaan rutinan setiap sebulan sekali dihari minggu. Karena tentu saja hari itu Sehun tak berkegiatan di sekolah.

Ibu dan anak itu berhenti, ketika sudah menemukan ruangan yang dipintunya tertuliskan 'cardiothoracic sugery'. Tanpa menunggu lama mereka masuk dan disambut oleh seorang perawat.

Haejin baru saja keluar dari kamar mandi dengan lengan kemeja yang tersising, lalu tersenyum pada sepasang ibu dan anak itu. Sehun membalas senyumannya, lelaki ini tetap tampan diusianya yang akan setengah abad.

"Apa kabar Hae-ya.? " Ji hyun membuka percakapan, beberapa pekan ini mereka tak sempat bertegur sapa.

Haejin tersenyum dan membenahi cara duduknya, "Tentu aku baik. " Haejin sudah menganggap Ji hyun seperti adiknya, meskipun begitu ia tak ingin dipanggil oppa. Alasannya karena terlalu formal.

"Kau sudah siap Sehun? " Sehun mengangguk antusias. "Ayo. "

Mereka menuju disisi lain ruangan itu yang hanya terpisah dengan kelambu berwarna biru muda, disana ada sebuah ranjang, detektor jantung, dan treadmill. Sehun segera menanggalkan pakaiannya dibantu sang ibu, sudah menjadi suatu kebiasaan bagi wanita itu sejak setelah kecelakaan itu.

"Bentuk tubuhmu bagus juga, kau sudah seperti atlit saja. " Sehun tertawa mendengar pujian konyol Haejin, sembari menempelkan alat yang terhubung dengam eleltrokardiograf. Sehun menyebutnya kabel berwarna yang menghias dada bidangnya.

"Samchoon terlalu berlebihan. " meskipun tak boleh kelelahan, bagi pemuda itu olah raga harus dilakukan.

"Baiklah mari kita mulai. "

Sehun berdiri diatas mesin yang mungkin di tempat gym sangat banyak ditemui, bedanya ini memantau detak jantungnya. Treadmill stress test, pemeriksaan yang dilakukan untuk memantau tingkat stress yang dapat ditoleransi jantung ketika beraktifitas. Dengan mengamati ritme jantung selama uji fisik berlangsung, Sehun berlari ditempat sesekali berbicara ringan dengan Haejin lewat sudut matanya.

Keringatnya sudah mengucur dari setiap sudut tubuhnya, ia cukup ter-engah. Karena Haejin meningkatkan sedikit kecepatannya. Pria paruh baya itu menyudahi sesi pemeriksaan, ia menyodorkan handuk dan botol berisi air putih. Sehun pun segera menerimanya dan kemudian memakai bajunya.

Beberapa menit kemudian, mereka berkumpul kembali berhadapan diantara meja. Dan Haejin sedikit menghela nafasnya, karena menemukan hasil yang tidak memuaskan.

"Sehun-ah, apa kau sedang memikirkan sesuatu? "

Sehun berpikir dan sedetik kemudian menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. "

"Syukurlah jika begitu, jangan terlalu kelelahan untuk 2 minggu ini. Jangan olah raga dipagi hari untuk saat ini saja, kerja jantungmu sedang tidak baik Hun. "

Ji hyun sempat murung mendengarnya, sesuatu yang tak ingin ia dengar hari ini. "Lalu apa ada hal lain lagi? " Haejin tersenyum kemudian.

"Jangan hawatir, jika Sehun tidak memikirkan hal aneh dan membuatnya tertekan. Dia akan baik saja. " Ji hyun menghela nafas lega. "Baiklah, pemeriksaan kali ini sudah selesai. Jaga kesehatanmu selalu Hun. "

"Terimakasih samchoon. "

Ji hyun keluar dari ruangan itu, dan meninggalkan Sehun bersama Haejin disana. Memang pemuda kulit susu itu mencari alasan pada ibunya tadi, Sehun terdiam sejenak lalu mengeluarkan selembar kertas dari tasnya. Menyodorkannya pada Haejin agar dibaca.

souls (end) Where stories live. Discover now