8

3K 323 29
                                    

Ini hari pertama turun salju, kebanyakan anak kecil sangat menyukainya begitu pula dengan Sehun. Dia hanyalah anak kecil berusia 10 tahun yang rentan terhadap penyakit, itu mengharuskannya datang ke rumah sakit setiap 2 minggu sekali. Sesuai anjuran dokter, anak kecil mempunyai titik kejenuhan sensitive. Orang dewasa harus mengerti, dan itu yang tengah dirasakan Sehun kecil.

Rumah sakit adalah sebuah tempat singgah kedua bagi anak kecil itu, memang ini bukan keinginan siapapun. Termasuk kedua orang tuanya. Haejin dokter yang sudah menangani Sehun sejak pertama kali anak itu menyambangi rumah sakit, seolah tidak percaya akan diagnosanya sendiri.

Sehun masih terlalu kecil untuk menderita kardiomiopati pada jantung mungil miliknya, tapi entah mengapa bocah seusianya selalu memiliki binar di iris matanya yang coklat terang. Padahal keadaan tubuhnya jauh dari kata baik, dan hal ini yang membuat Haejin berambisi di tengah ironi pelik milik Sehun.

"Appa, ini bukan taman belmain. Kenapa kita datang kesini, Sehunnie neomu shiloyeo." tak ada kebohongon di iris matanya, membuat Goongyo semakin tergerus akan rasa pedihnya. Dia seolah menjadi ayah yang tak berguna, untuk memimpin bahteranya sendiri.

Sang wanita hanya terdiam, ibu dari bocah kecil itu tak bisa menahan air matanya. Ia sudah berjanji tak akan menangis tapi entah mengapa setiap putra bungsunya berkata, dia tak berdaya. Meskipun kejadian itu sudah hampir menginjak satu tahun, tapi itu berbekas bahkan tubuh kecil itu medianya.

"Tentu saja kita akan ke taman bermain, tapi ini masih terlalu sore Sehunnie. Kau tak menunggu Joohyun noona? " Goongyo berusaha membujuknya, waktu ini tak boleh terlewatkan atau Sehun akan bertambah buruk. Dan si kecil hanya mengangguk pasrah, berpindah menggandeng tangan ibunya.

"Eomma menangis? " Jihyun menggeleng mantap, dan beralasan sedikit terserang pilek. Membuat aksen cadel putra bungsunya ini menjawab. Kata dokter Sehun sedikit sulit mengucapkan satu huruf itu, tapi tak perlu di hawatirkan.

"Apa kau senang akan bertemu Haejin samchoon? "

"Tentu saja eomma. "

Keluarga kecil sempurna di tengah kerapuhan yang mereka alami, mereka menganggap ini hanyalah sebuah anugrah supaya mereka lebih meperhatikan harta paling berharga. Bagi anak kecil itu sendiri tak ada yang lebih bahagia selain kedua orang tuanya, asalkan ada mereka Sehun kecil sudah bahagia.

Walaupun terkadang rasa penasarannya membuncah, karena sebuah aturan yang tak memperbolehkannya keluar tanpa mengajak ayah atau ibu. Padahal sebelum ia kenal paman Haejin, ayah dan ibu selalu memperbolehkan. Tapi jika melanggar peraturan itu dadanya akan sakit, jika ia bertanya ibu akan menjawab 'Sehun tidak boleh bermain diluar tanpa ayah atau ibu. ' sekolah pun ada dirumah.  Pemikiran sederhana milik bocah kecil yang masih dalam masa perkembangan.

pintu berwarna coklat itu berderit akibat dorongan dari kedua orang tuanya. Dan senyuman Haejin menyambut mereka, Sehun terkekeh geli ketika pria yang ia sebut paman menciumnya bertubi. Lalu memberi sebuah coklat kemudian.

"Sehunnie sudah makan? " Haejin mengusap surai hitam legam bocah ini, merasa gemas menatap mata jernihnya. Kemudian menyuruh asistennya mengganti pakaian Sehun.

"Tetaplah bersemangat, Sehun sangat membutuhkan itu. " sepasang pasutri itu hanya bisa mengangguk meng-iyakan kata yang sama atas dokter ucapkan, Sehun anak yang tegar lebih tegar dari mereka.

Goongyo tetap memeluk pundak kecil milik istrinya, berbagi kekuatan untuk tetap berdiri. Mereka berdua duduk di kursi tunggu, didepan ruangan itu menunggu pengobatan Sehun. Sampai tak terasa satu jam mereka lalui, dan pintu itu terbuka dengan menampakkan brangkar membawa serta putra kecil mereka.

souls (end) Where stories live. Discover now