"Nanti deh Abang periksa, terus poto pacar shasa mana cerita nya?" Tagih evan, berusaha mengembalikan Aga ke jalur yang benar, jalur menceritakan pacar Shasa yang ditempel di dinding. Segila apapun Evan, dia tidak pernah menempelkan foto orang yang dia cintai di dinding, apa Shasa selebay itu sampai harus menempelkan foto pacarnya di dinding? Hell! Itu masih pacar, bukan suami! Tiba-tiba saja Evan menjadi sensi dengan pemikiran tentang pacar Shasa.

"Ih! Sabar kenapa sih Bang, Aga kan belom selesai kalo cerita!"

"Iya-iya maaf, lanjut gih ceritanya."

"Nah, pas Micin di kamar mandi, kan Aga bosen nunggu nya lama, terusss Aga liat-liat kamar Micin, nah disitu, di tembok, Aga liat banyak poto-poto pacar Micin ditempel-tempel gitu!"

"Ganteng gak?" Tanpa sadar Evan menanyakan hal itu, setengah hatinya dia ingin membandingkan dirinya dengan laki-laki yang disebut-sebut Aga sebagai pacar Shasa itu. Laki-laki itu tidak boleh lebih tampan darinya, tidak boleh!

"Ganteng banget, kayak om Dokter mukanya. hidungnya juga mancung kayak om Dokter, putih juga kayak om Dokter." Evan semakin mengerutkan keningnya, om Dokter yang dimaksud Aga pasti Mario, apa mungkin foto yang dimaksud Aga benar-benar foto Mario? Apa diam -diam Shasa menyukai Mario?

"Maksud Aga pacar Shasa om Dokter?" Tanya Evan memastikan.

"Bukan! Bukan om Dokter ganteng Bang, tapi mirip!"

'Mirip'? Apa mungkin laki-laki itu bule juga seperti Mario?

"Di pipinya, sama di dagunya pacar Micin ada...... ada... apa yah namanya, yang kaya rambut-rambut tapi ga panjang, tapi ga pendek juga, Aga ga tau nama nya apa itu." Jelas Aga sambil menunjukan sekitar area rahang sampai dagu.

"Jenggot Ga, itu namanya jenggot tipis, biasanya disebut berewok." Jelas Evan.

"Tapi kok Abang ga ada, tapi pacar Micin ada?"

"Abang cukur."

"Berarti nanti kalo Aga udah gedhe, Aga juga punya kayak pacar Micin itu ya Bang?"

"Iya, tapi lebih bagus dicukur Ga, bersih. Ayo dilanjut lagi ceritanya." Evan semakin penasaran.

"Terus apa ya?" Aga malah berpikir sebentar menggantungkan cerita, membuat Evan semakin kesal menunggu kelanjutan ceritanya, tapi sebisa mungkin dia tersenyum, sabar menanti, daripada adiknya itu marah padanya, hilang sudah kesempatannya untuk mengetahui laki-laki yang Shasa sukai.

"Ah iya! Pacar Micin, kaya preman deh Bang!"

"Hah? Preman gimana Ga?"

"Iya, Aga liat tangan pacar Micin itu digambar-gambar, kan kaya pereman itu Bang, Aga pernah liat di lampu merah, kata Micin preman itu orang jahat, apalagi tangannya digambar-gambar, kata Micin Aga harus jauh-jauh dari orang kaya gitu, berarti pacar Micin preman kan? Abang harus kasih tau Micin Bang, kasih tau Micin jangan pacaran sama preman!"

"Ga, gak semua orang yang tangannya digambar-gambar itu orang jahat loh, ada orang baik yang tangannya digambar-gambar juga, karena mereka suka, itu namanya tato." Jelas Evan supaya Aga tidak salah paham.

Diam-diam Evan berpikir, apa laki-laki idaman Shasa itu laki-laki yang seperti itu ya? yang brewokan dan bertato? Apa Evan harus brewokan dan bertato juga agar Shasa menyukainya? Evan buru-buru menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? Apa yang akan dikatakan pekerjanya kalau dia tiba-tiba berubah brewokan dan bertato?

"Ah lupa! Aga punya potonya Bang!"

"Ck" Evan tanpa sadar berdecak kesal, tidak dari awal?! Dia kan tidak perlu mendengarkan cerita abstrak Aga!

"Micin! Ambilin hp dong!" Teriak Aga kencang sekali, supaya Shasa yang ada di belakang bisa mendengarkan suaranya.

"Ga, kalo mau minta sesuatu itu, harus bilang apa?" Tanya Evan dengan nada pelan. Aga terdiam sebentar sebelum menjentikkan jarinya sambil tersenyum.

"Tolong..."

"Nah, itu jangan pernah lupa, harus bilang tolong dulu." Aga mengangguk paham,

"Micin tolong ambilin hp dong!" teriak Aga lagi, tapi saat Shasa sudah berada di ambang pintu, Evan mengkode Shasa untuk kembali ke belakang yang dituruti Shasa sambil menghentak-hentakkan kakinya, kesal karena sudah jauh-jauh datang kesana.

"Ih Abang, kok Micin disuruh balik sih kan..."

"Ga, kalo kita masih bisa mengerjakan sendiri, kerjakan sendiri, lagian kan shasa juga lagi sibuk, untung apa kita punya kaki, tangan, mata kalo ga kita gunakan kan. biar pun mereka kerja sama kita, tetap saja jangan selalu minta tolong sama mereka, kerjakan sendiri Aga ngerti kan?"

"Iya."

"Pinter, sekarang kamu ambil gih." Tanpa disuruh 2x Aga langsung berlari, menuju kamarnya dan mengambil Hp yang tergeletak di atas nakas. Tidak lama Aga datang sambil membawa Hp nya.

"Sst! Abang jangan bilang-bilang Micin, Aga diem-diem ambil poto pacar Micin." Ujarnya sambil membuka folder galeri dan sibuk mencari poto yang berhasil Aga abadikan kemerin.

"Nih bang potonya, tuh kan ganteng Bang." kata Aga sambil menunjukkan foto di layar Hpnya. Seketika Evan membelalakkan matanya, bahkan mata itu mungkin bisa menggelinding jika tidak ada otot dan rongga mata yang menahannya. tanpa sadar dia menghela napas lega dan tersenyum senang sambil memeluk Aga erat-erat dan mengucap syukur yang berlebihan.

Cinta gue aman, hati gue aman, gak jadi patah hati deh gue!

Cinta gue aman, hati gue aman, gak jadi patah hati deh gue!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

P.S Gambar diambil dari berbagai sumber

NEVERLANDWhere stories live. Discover now