Step Closer

4.4K 742 35
                                    

Jisoo tersenyum penuh kemenangan, dilihat guru Manse berjalan menjauh sambil menghentakkan kaki.

Susah payah dirinya membuat bekal sejak shubuh akhirnya terbayarkan. "Mom Ji, sandwichnya masih ada?"

Jisoo dengan cepat menyiapkan roti isinya untuk Manse. "Nah, tenang aja masih banyak kok."

Jisoo tersenyum cukup lebar sampai hanya menyisakan garis di matanya. Sehun yang sedari tadi memperhatikan Jisoo jadi ikut tersenyum.

Cewek didepannya ini masih terlalu labil dengan suasana hatinya yang mudah silih berganti. Mengingat tatapan nyalang tak suka yang dilontarkan pada guru Manse beberapa menit yang lalu. Dan sekarang senyumnya terlihat sangat berkilau.

"Kamu ga mau nambah Mas? Kamu kan cuma makan sepotong?" Sehun mengangkat alisnya lalu kembali mencomot makanan yang tersusun rapi di dalam Tupperware.

"Makasih yah." Ucap Sehun sembari mungusak lembut kepala Jisoo.

***

Setelah rangkaian acara dilaksanakan, akhirnya tiba juga pada acara bebas, peserta dipersilahkan keliling sampai batas waktu yang diberikan oleh panitia.

Jisoo, Sehun, Sera, Nara, dan Manse memilih berjalan-jalan menemani Sera, Nara, dan Manse mencoba berbagai wahana yang ada. Jisoo dan Sehun hanya mengawasi, kadang sesekali keduanya ikut menaikinya.

Sepanjang jalan Jisoo merasa kembali utuh seperti keluarganya dulu, saat Ibunya masih ada. Mengingat Keluarga Jisoo merasa dirinya sedikit egois. Harusnya Ia belajar dari Sehun dan anak-anak. Seorang wanita sangat dibutuhkan di dalam keluarga.

Membayangkan jika saja Dia tidak ada, Manse pasti tidak akan ikut dan Sehun masih tak peduli dengan anak-anak.

Jadi bertemu dengan Ibu tirinya sepertinya bukanlah ide yang buruk juga.

***

Sehun sekeluarga akhirnya sampai juga di rumah jam tujuh malam. Sera dan Nara terlihat lelah, sedangkan Manse terlelap di pangkuan Jisoo.

Sehun berjalan memutar lalu menjulurkan tangan untuk mengambil Manse ke dalam gendongannya.

Jisoo merasa seluruh tubuhnya kaku dan kram, karena sepanjang jalan menjaga Manse agar anak itu nyaman selama perjalanan, akibatnya badannya yang menjadi korban.

"Kamu gapapa?" Sehun terlihat cemas, Pria itu menangkap wajah Jisoo yang tampak sedang meringis.

"Gapapa kok, Mas bawa Manse aja dulu."

Tahu kan arti gapapanya Cewek pasti ada sesuatu. Gitu juga sama Jisoo padahal dalem hati udah misuh-misuh capek tapi pas ditanya "Gapapa".

Jisoo berjalan seperti Zombie, berjalan kaku masuk ke dalam rumah, Sehun yang selesai dengan Manse memperhatikan Jisoo dari ambang pintu dengan tawa tertahan.

"Mau Aku gendong?" Tawar Sehun begitu Jisoo tepat dihadapannya.

"Eng- Enggak, apaan sih Mas?" Jisoo blushing, rona merah jelas muncul.

"Biasanya Aku ga suka nawarin dua kali loh?" Jisoo benar-benar gemas, Sekarang ini apa Sehun sedang mempermainkannya atau tidak, dalam hati Ia ingin berteriak iya. Tapi harga dirinya sebagai perempuan pasti akan jatuh.

"Enggak Jis, Enggak. Tolak Jis, jalan terus aja!!" Batin Jisoo.

Tapi belum sempat Jisoo berdebat dengan batinnya Sehun lebih dulu mengangkat Jisoo dan membawanya masuk.

"Mas!!!" Pekik Jisoo.

Sehun tersenyum senang, pria itu masih berbaring di samping Jisoo. Meski sudah berkali-kali diusir pria itu malah semakin ngotot untuk tetap disana.

"Mas, Aku mau tidur ih." Sehun menoleh pada Jisoo sambil menggeleng.

"Enggak, ini kan sekalian buat Kita latihan jadi suami istri?"

Jisoo membulatkan mata nyalang. "MAS DIMAS, KELUARRRR!!" Teriak Jisoo disusul dengan suara gedebuk dari badan Sehun yang jatuh dari ranjang."

***

Pagi harinya Jisoo masih merenggut pada Sehun, Sehun juga sudah minta maaf tapi sepertinya Jisoo masih tidak suka dengan becandaannya semalam.

"Ji, maafin Mas ya. Janji deh ga gitu lagi, Nunggu sah aja. Gimana, Hmm?" Tanya Sehun sembari bersandar pada pintu kamar Jisoo.

Tuh kan mulai lagi, memang kayaknya menggoda Jisoo bakal jadi hobby baru Sehun.

"Emang siapa yang mau sama Mas, Wlee." Ledek Jisoo sambil menjulurkan lidah.

Jisoo baru ingin berlalu, tapi tangannya ditahan oleh Sehun.

Sehun terkekeh, hari-harinya menjadi semakin ramai karena Jisoo. Kadar humornya juga sepertinya ikut meningkat karena gadis itu.

"Bukan tentang siapa yang mau sama Mas, tapi ini tentang Mas yang mau sama Kamu."

Sehun secara terang-terangan menatap langsung manik mata Jisoo. Jisoo secara spontan ikut terdiam seolah separuh dari nyawanya tersedot ke dalam mata kelam Sehun.

Secara perlahan entah sadar atau tidak kedua wajah mereka semakin dekat. Sepersenti jarak bibir mereka mungkin akan menempel kalau saja suara bel pintu tidak membuyarkan keduanya.

Tbc

Ada yang nunggu heuheu

Vomment Juseyo 😘😚😍

DaddySitter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang