Stanley

5.5K 873 53
                                    

Kali ini Jisoo semakin kesal, menghadapi ata- ah, bukan lebih tepatnya asuhan.

Sudah hampir kali keempat dirinya bolak balik pantry hanya untuk membuat secangkir kopi yang menurutnya belum sesuai dengan selera miliknya. Dan hal ini benar benar membuat Jisoo jengkel.

"Kalo masih ga sesuai juga, abis ini gue kasih sianida." Keluh Jisoo sambil menyumpah serapah secangkir kopi yang entah mempunyai salah apa pada dirinya.

Gadis itu keluar dari ruangan pantry setelah memastikan semua yang ada di secangkir gelas itu sesuai dengan intruksi Wendy.

Setelah masuk dan keluar dari ruangan Sehun Jisoo menghembuskan napas lega. Jisoo bersyukur setidaknya dirinya tidak akan perlu repot mencari sianida karena Percobaan ke empatnya berhasil.

Wendy yang duduk tepat di depan ruangan Sehun ikut memperhatikan Jisoo yang sibuk bolak balik pantry dan merasa prihatin.

Wendy tau betul bagaimana sifat Sehun. Sebelumnya sudah banyak asisten pribadi yang membantu Sehun. Namun mengetahui tabiat lelaki itu membuat banyak yang tak betah bekerja dengannya.

Ditambah lagi dengan pekerjaan utamanya mengurus wanita yang selalu berusaha mendekati Sehun.


Beberapa kali asisten-asisten tersebut kewalahan menghadapi serbuan wanita yang selalu ingin menempel pada Sehun.


Lalu apa yang membuat Wendy bisa bertahan? Dan jawabannya satu Wendy dan Sehun adalah sepupu. Jadi mudah saja untuk Wendy tau betul tentang tabiat Sehun sejak kecil.

Kali ini Wendy sendiri tidak yakin kalau Jisoo akan bertahan lama.

"Kak Wen, ini rubiknya aku mainin yah?" Pinta Jisoo yang sedari tadi merasa kebosanan setelah tidak ada satu hal pun yang ia kerjakan.

Wendy mengalihkan pandangannya pada layar laptop dan mendapati Jisoo berlutut di depan mejanya dengan wajah bosan.

"Mainin aja kalo bisa." Jawab Wendy sekilas lalu kembali sibuk pada laptopnya.

Jisoo memberenggut dan menatap Wendy sengit, "Lihat yah Kak Wen, Aku pasti bisa." Sesumbarnya sambil beringsut duduk disofa panjang yang tersedia di samping meja wendy.

Wendy cuma terkekeh lalu melanjutkan pekerjaannya. Tapi pikirannya kembali teralihkan dengan penilaiannya, Bukankah mungkin saja kalau Jisoo bisa menyelesaikan tugasnya, dengan melihat bagaimana sosok Jisoo yang sepertinya tangguh meski agak childish setidaknya tidak berbeda jauh dengan Sehun.

***

Pukul sebelas siang, dan Jisoo masih sibuk berkutik dengan rubik milik wendy yang sudah memakan waktu hampir dua jam.

Satu sisipun Jisoo belum bisa menyelesaikan sampai Sehun keluar dari ruangannya dan melemparkan sebuah paper bag.


"Pakai itu, terus susul saya diparkiran." Perintah Sehun, setelah itu Sehun berlalu tanpa memberikan kesempatan untuk Jisoo bertanya.


Jisoo mengernyit menatap paper bag yang ada di pangkuannya dengan bingung.

Wendy yang melihat Jisoo masih sibuk menimang paper bagnya segera berseru. "Jisoo cepat ganti baju habis itu susul Pak Sehun, dua puluh menit lagi ada pertemuan dewan direksi."


Jisoo meringis, sungguh dia bingung apa kaitannya antara Dirinya, paper bag, dan pertemuan dewan direksi.


Persetan dengan semuanya, Jisoo sedang bekerja saat ini. Jadi lakukan semua sesuai dengan perintah atasanmu.

***

Gedung tinggi menjulang dengan banyaknya ucapan karangan bunga menandakan bahwa sebuah acara peresmian atau pembukaan sedang dilakukan ditempat tersebut.

Suasana orang berbincang pun nampak bersahutan dari berbagai sisi. Dan disinilah Jisoo berada, di sebuah tempat yang notabenenya berisi kumpulan orang yang membicarakan kenaikan atau penurunan harga saham.


Jisoo memakai pakaian wrap dress modern berwarna navy yang dipadukan dengan heels tinggi berwarna senada yang entah kapan Sehun mendapatkannya.


Tanpa ke salon dan make up seadanya Jisoo masih tampak terlihat anggun dan cantik. Sehun hampir saja memandang sosoknya tanpa berkedip. Beruntung ponselnya berbunyi setidaknya ia bisa menyembunyikan pendapat bahwa Jisoo nyatanya memang sangat cantik dan mengagumkan.

"Jangan cuma berdiri di sini, bukannya Kamu harusnya bekerja sekarang?"

Jisoo membeku begitu Sehun melingkarkan tangannya pada pinggang ramping miliknya.


Sehun melihat Jisoo yang masih menegang kaku disebelahnya.


"Kamu ga lihat, cewek-cewek yang ada disini dari tadi mandangin Saya seperti mau dimakan?" Ujar Sehun dengan berbisik membuat bulu kuduk Jisoo meremang.


Jisoo mengikuti arah pandang Sehun, benar saja sekarang wanita-wanita tersebut menatapnya dengan tatapan mematikan. Mendadak tubuh Jisoo melunak, ada sebuah hal yang menyenangkan disini dan Jisoo tidak mau lewatkan.



"Oke, sekarang waktunya kerja." Ucap Jisoo pelan.


Tanpa di duga Jisoo tersenyum lalu mengelayut ditangan Sehun dan semakin membuat wanita-wanita itu mengeluarkan tatapan lebih mematikan.



Jisoo tertawa dalam hati.

























Kapan lagi bisa bikin orang kepanasan ditambah iri berat begini hehe ^_^





















"Sayang?"






















Jisoo menatap sengit wanita dengan tahi lalat yang berada di dihidungnya. "Siapa yang anda panggil sayang?" Tanya Jisoo ketus.

Sehun cuma menahan tawa melihat akting Jisoo yang seperti marah sungguhan, Dia tidak menyangka gadis yang suka berbicara hal yang menurutnya aneh dengan tingkahnya yang kadang seperti- Stanley Sepupu Spongebob, yang sangat ceroboh. Jisoo mempunyai bakat terpendam dengan aktingnya yang cukup bagus.

"Seharusnya Saya yang tanya kamu tuh siapa?" Balas wanita itu tidak kalah ketus.

Jisoo tersenyum miring lalu mengecup pipi Sehun.





























"Dia, calon suami saya. Dan Saya calon Ibu dari Sera, Nara dan Manse."



















Orang-orang yang mendengar termasuk wanita tadi ikut terkejut, Jisoo menelan ludah dengan gugup, dan Sehun hanya menatap Jisoo dengan satu sudut bibir naik.

***

TBC

Hehe ♡♡

Keep Vomment Juseyo ♡♡♡

DaddySitter?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang