Author POV
Edward segera keluar dari Rumah sakit dan langsung menuju kediamannya, menemui sang, ayah karena hanya ayahnya yang memiliki ramuan penyembuh itu.
"Dad!" Teriak Edward yang langsung masuk dan membanting pintu dengan keras.
"Ada apa kau teriak teriak seperti ini?" Tanya Daniel. Ayah Edward.
"Dimana ramuan penyembuh wound power?!"
Daniel mengerutkan dahi, bingung.
"Charrie menggunakan wound power pada Lauren. Ayo lah dad, aku tak tahan melihat Lauren kesakitan!" Ujar Edward frustasi.
Daniel yang mendengar cerita itu langsung melesat menggunakan kekuatan Vampirenya menuju ruang kerjanya dan mengambil sebotol ramuan cair berwarna biru.
"Ini, cepatlah. Dia hanya akan bertahan 30 menit jika kau tak segera menanganinya" ujar Daniel.
Edward mengendarai mobilnya menuju Rumah sakit dengan gelisa, hanya ada waktu 10 menit lagi, untung jalan kota London tidak macet sekarang. Suatu keberuntungan.
5 menit, ia sudah sampai di ruang nomor 103, ia mendapati Lauren terbaring lemas dengan tangan yang sudah diperban tapi masih mengeluarkan darah.
"Maaf tuan, darahnya tidak mau berhenti" ujar salah seorang suster dengan wajah menyesal.
"Tak apa, kalian pergilah" sesuai perintah, kedua suster itu pergi meninggalkan Edward dan Lauren.
Lauren tersenyum tipis menahan sakit. Wajahnya juga sudah terlihat pucat.
Edward menuangkan ramuan itu di gelas. "Minumlah, sedikit saja tidak apa"
Lauren meneguk Ramuan itu perlahan, hanya 2 kali tegukan lalu ia dapat merasakan sakit nya berkurang, dan lama lana menghilang.
Dia menyerahkan gelas itu pada Edward. "Coba kau buka"
Dengan perlahan Lauren membuka perban itu, dan ia dibuat terkejut karena luka itu sudah tidak lagi mengeluarkan darah. tidak hanya luka, bekasnya saja sudah tidak ada.
"Ed, tanganku sembuh!" Teriak Lauren kegirangan.
"Iya, tapi jangan berteriak didekat telingaku" ketus Edward.
Lauren terkikik geli.
"Thanks Ed" ujarnya.
Tapi dari situ Edward berfikir lagi. jika Lauren tetap ada didekatnya, ia akan selalu celaka, dan Edward tidak ingin Lauren celaka. Dia menghembuskan nafas dengan berat dan tersenyum tipis seraya mengangguk.
Tiba tiba terdengar derap kaki dari arah pintu muncullah 2 orang gadis dan 2 orang lelaki. Mereka adalah Gabriella, Lheana, Darell, dan james. Lheana membawa sekeranjang buah buahan segar.
Mata Lauren berbinar melihat buah buahan yang dibawakan oleh sahabatnya itu. "Lauren, bagaimana keadaanmu?" Tanya Lheana khawatir.
"Sudah mendingan Lhe" jawabnya masih dengan mata berbinar menatap buah buangan itu.
Tapi sepertinya tuhan sedang tidak berpihak padanya, Edward yang melihat wajah Lauren sangat menginginkan buah itu malah mengambil sekeranjang buah dari tangan Lhea dan berujar "kata dokter, dia belum boleh makan buah"
"Bukannya itu baik untuk kesehatan ya?" Timpal James.
Edward mengedikkan bahu seolah tak peduli. Lauren mengerucutkan bibirnya, terlihat dari raut wajahnya ia sangat kesal dengan tingkah Edward.
'Huh! Padahal kan buah itu baik untuk kesehatan!' Batin Lauren.
"Jika dokter tidak mengizinkanmu memakannya, apa kau akan tetap memakannya, hm?" Kata Edward yang membuat mereka semua tersentak bingung, tapi tidak bagi Lauren.
YOU ARE READING
My Lover Is 'VAMPIRE'
Vampireaku beruntung mengenalnya, dia selalu melindungiku, membuatku nyaman, dan tersenyum. tapi dia mempunyai sisi yang awalnya tak ku ketahui. ya! dia seorang vampire. makhluk mitos yang sebagian orang percaya ia hanya ada di cerita dongeng belaka.
