Prolog

5.3K 543 97
                                    

Assalamualaikum ....

Terima kasih sudah memilih cerita ini. Selamat membaca dan semoga suka.

Salam santun 😊🙏

🍁🍁🍁

Jendela?

Cendana mengernyit. Setelah maju 20 langkah sesuai perintah yang tertulis di secarik kertas yang kembali dipandanginya, kini gadis berpiama biru langit itu berada di depan jendela di sebuah ruangan lantai dua rumahnya yang menghadap ke pos satpam. Seharusnya ia sudah tidur kalau saja tidak menemukan potongan kertas pertama di balik selimutnya, yang bertuliskan perintah singkat yang memintanya keluar dari kamar dan berjalan ke arah kiri sejauh 15 langkah. Begitulah awalnya, sebelum ia menemukan potongan kertas kedua, ketiga, hingga tiba di depan jendela ini.

Sekarang apa? Lompat? Gadis bermata cokelat bening itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil tersenyum datar.

Dalang di balik permainan ini kurang profesional. Cendana berbalik, bermaksud kembali ke kamar. Mengira permainan yang disangkanya akan berakhir dengan kejutan istimewa itu sebatas ini saja, membuat wajah tirusnya mendadak murung. Namun belum sempat menggenapkan langkahnya jadi dua, ia menemukan potongan kertas lagi di lantai. Seiring harapan yang kembali merumpun, ia memungutnya dengan penuh semangat. Sekali lagi ia menyelipkan rambutnya yang menjuntai ke belakang telinga sebelum mulai membaca pesan dalam kertas itu yang kelihatan lebih panjang dari sebelumnya.

Maafkan aku yang kurang ahli mendalangi permainan semacam ini. aku sering melihatnya di film, dan kupikir akan menyenangkan. Nyatanya menghitung jarak langkah di setiap ruangan di rumah ini dengan akurat tidak mudah. Jadi jangan heran jika kini kamu berdiri di tepi jendela dan sempat mengira aku akan menyuruhmu lompat. Oke, sebelum permainan ini semakin garing, bergegaslah ke taman belakang. Aku menunggumu. Tidak perlu menghitung berapa langkah, sebab aku pun tak sempat menghitungnya.

Tulisan di kertas itu ditutup gambar lingkaran menyerupai wajah yang sedang menjulurkan lidah. Cendana mengantonginya lalu berlari-lari kecil menuju taman belakang.

Cendana disambut dekorasi rangkaian balon warna biru dan perak setibanya di taman belakang. Ada semacam gapura yang dipagari bentangan pita biru bermotif bercak-bercak putih. Karpet berwarna biru gelap terbentang menuju sebuah meja kecil yang di atasnya terdapat kue tart berhiaskan lilin angka 17. Tidak salah lagi. Ini kejutan ulang tahun sesuai dugaannya. Namun pelakunya masih belum menampakkan diri. Sambil berjalan menghampiri meja tadi, diam-diam Cendana berdoa agar kedua orangtuanya di balik semua ini.

Setibanya di sisi meja, Cendana lagi-lagi menemukan potongan kertas tepat di samping kue yang lilin angkanya semakin dalam terkikis.

Duduklah yang manis.

Cendana mengedarkan pandangan sebelum duduk sesuai perintah. Sambil menyamankan posisi, Cendana masih terus berdoa, semoga kedua orangtuanya di balik semua ini.

Tidak cukup semenit setelah Cendana merapatkan pantatnya, dentingan senar gitar mulai terdengar dari arah belakang. Cendana tersenyum haru. Ia sangat mengenali intro lagu yang sedang dimainkan oleh seseorang yang dalam dugaannya tidak akan meleset. Cendana tidak menoleh, memilih menunggu hingga orang itu tiba di depannya. Maka sebelum melantunkan bait pertama, di bawah penerangan lampu taman, Cakka muncul bersama gitar akustik yang belum lama ini dibelinya secara sembunyi-sembunyi.

Mata Cendana berkaca-kaca ketika Cakka menyanyikan bait demi bait lagu ciptaannya sendiri, yang memang ia persiapkan untuk hari ini.

Terima kasih, Tuhan, segini aja udah cukup.

Meski lagi-lagi Cendana harus kecewa karena kedua orangtuanya mengabaikan hari ulang tahunnya, tapi diperlakukan seistimewa ini oleh sang adik cukup membuat gadis pencinta warna biru itu bahagia. Tadinya ia terlalu lancang berharap kejutan ini dari kedua orangtuanya. Nyatanya, hari spesialnya ini belum ada apa-apanya dibanding kesibukan mereka di luar sana.

"Happy birthday, Kakak tercantik."

Cendana bangkit dan memeluk cowok kelas tiga SMP bertubuh ceking itu. "Makasih, Adek tercakep."

"Cakka sayang Kakak."

"Kakak juga sayang Cakka."

Cendana mengeratkan dekapannya, alih-alih membunuh kekecewaan setelah lagi-lagi tidak mendapatkan perhatian khusus dari kedua orangtuanya di hari seistimewa ini.

***

Follow Instagram penulis : @ansar_siri

Follow Instagram penulis : @ansar_siri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jati dan CendanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang