47-Fourty Seven

157K 8.9K 218
                                    

Cinta bukan siapa yang perhatian. Bukan siapa yang hanya sekedar sayang. Tapi cinta  adalah yang datang dan tidak pergi-pergi lagi.

***

"Nay? Lo kenapa?"

Naya membuang pandangannya ke sembarang arah, mencoba tak menghiraukan Arga yang sedari tadi sudah memanggilnya berkali-kali.

"Nay?" Naya masih tak menghiraukan Arga, ia saat ini fokus dengan buah Apel yang sedang ia kupas kulitnya.

Arga menghela nafasnya lelah. Tangan kanannya yang tidak dipasangi infus mulai bergerak untuk menyentuh tangan Naya. Berniat menghentikan kegiatan mengupas Apel yang dilakukan Naya.

Sudah hampir dua minggu Arga dirawat di Rumah sakit ini. Keadaannya sudah berkembang pesat, kini ia sudah seperti orang yang tidak sakit apa-apa meski masih ada perban yang menghiasi kepalanya.

Dan sejak minggu lalu--disaat Naya melihat Vio--Naya selalu menghindari kontak mata dengan Arga. Bahkan Naya selalu bersikap cuek pada Arga saat Arga mengajaknya berbicara. Meskipun begitu, Naya tetap rajin mengunjungi Arga, menyuapi Arga, dan rajin mengupaskan buah untuk Arga setiap harinya.

Naya berhenti mengupas buah saat tangan Arga sudah menggenggam tangannya. "Lepas, Kak!"

Arga tidak menghiraukan ucapan Naya, ia malah menatap Naya dengan intens. Sedangkan Naya yang ditatap seperti itu malah merasa risih, ia meletakkan buah Apel--ada di tangan kiri Naya--pada piring lalu menutup wajahnya dengan tangan yang sudah tidak memegang Apel itu.

Keadaan menghening seketika. Perlahan Naya mulai menatap Arga, saat Naya menangkap mulut Arga sedikit terbuka--akan berbicara-- dengan cepat, Naya langsung mengambil potongan Apel pada piring lalu menjejalkannya ke mulut Arga. Membuat Arga mengurungkan niatnya untuk berbicara.

Arga segera mengunnyah potongan Apel itu. Saat mengunnyah, Arga sempat tersenyum kecil. Ia tahu bahwa Naya hanya sedang berpura-pura marah padanya. Tingkah gadis itu yang sedikit salah tingkah membuat Arga gemas dan tersenyum.

"Lo kenapa sih, Nay? Ngomong ke gue." Ucap Arga setelah ia menelan potongan Apel itu.

Naya menggeleng ragu. Sebenarnya ia ingin sekali bertanya 'siapa Vio?' tapi ia terlalu gengsi untuk bertanya. Naya tak mau Arga mengejeknya karena ia sedang cemburu.

Arga terus menatap Naya, tiba-tiba otaknya kembali memutar suatu kejadian yang susah payah Arga lupakan. Kejadian yang menjadi puncak pertengkarannya dengan Naya. Kejadian dimana ia mengatai Naya dengan sebutan-sebutan yang menyakitkan.

Perlahan genggaman Arga pada tangan Naya mulai terlepas, Naya yang sadar akan itu, langsung menoleh pada Arga dan mengerutkan dahinya bingung.

"Gue..."

Naya semakin mengerutkan dahinya bingung saat Arga menggantungkan kata-katanya.

"...Minta maaf."

Lagi-lagi Naya mengerutkan dahinya bingung, ia sama sekali tak paham kemana arah pembicaraan Arga.

Arga menoleh penuh ke arah Naya, ia menatap bola mata Naya, lalu mengunci pandangan itu.

Arga benar-benar bingung, ia ingin sekali menjelaskan semuanya, tapi ia terlalu takut, ia terlalu takut jika Naya akan kembali marah lagi padanya.

Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang