33-Thirty Three

164K 8.2K 232
                                    

Semoga, yang sekarang kau abaikan bukanlah yang kelak kau kejar saat telah pergi. Sebab segala tentangnya menjadi yang paling kau rindukan.

***

Rafa, Dani, dan Kiki hanya bisa memandangi Arga dengan tatapan bingung. Sedari tadi Arga tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya, ia hanya sibuk memandangi ponselnya, entah apa yang sedang ia lakukan.

Bahkan Arga sama sekali tak memperhatikan ketiga temannya itu, meskipun mereka bertiga sudah berusaha membuat Arga mengeluarkan kata-kata, namun Arga masih tetap bungkam.

Arga sendiri hanya memandangi sebuah foto pada ponselnya tanpa mau mengalihkan perhatiannya sedikitpun.

Hati dan pikiran Arga berkecamuk, sedari tadi otaknya terus saja menayangkan kejadian-kejadian kebersamaan antara Kenan dan Naya. Ia sangat tidak suka.

"Liatin aja terus tuh Foto! sampai sapi bertubuh ayam ada, pasti orang itu gak bakal muncul dari layar ponsel lo!" Celetuk Kiki yang sudah sejak kapan berada disebelah Arga.

Jiwa ke-kepoan Rafa dan Dani muncul, "Siapa ,Ki?" Tanya mereka berdua kompak.

"Biasa, pacar"

Rafa meletakkan ponselnya yang sedang menampilkan game Mobile legend, tubuhnya menegak. "Lo ada masalah, Ga? Sama Naya?" Tanya Rafa.

Namun, Arga masih tetap bungkam.

"Kelihatan banget lo lagi mikir sesuatu, Ga" Ucap Dani tiba-tiba.

Arga menghelas nafasnya kasar, ia meletakkan ponselnya dan menatap ketiga temannya. "Hm" Jawab Arga singkat.

"So? Lo gak ada niatan cerita?" Tanya Rafa, namun keadaan menghening, tak ada jawaban.

"Oke, biar gue nanya" Putus Rafa. "Lo lagi ada masalah kan sama Naya?"

"Hm"

Rafa mencoba untuk memikirkan masalah apa yang sekiranya sedang dialami oleh sahabatnya itu. Ia tahu, Arga tak mungkin berbicara jika ia tak bertanya.

"Lo--" Ucapan Rafa terhenti karena seseorang yang sedang dibicarakan datang.

"Halo, kakak-kakak semua" Sapa Naya dengan riang.

Seketika Arga bangkit dari kursinya dan segera pergi dari tempat itu tanpa berucap apapun. Perlakuan Arga itu menimbulkan berbagai pertanyaan dikepala mereka semua.

***

Bola basket itu terus saja memantul menatap lantai dan sesekali masuk ke dalam ring. Begitu seterusnya.

Arga sama sekali tak berniat untuk beristirahat ataupun berhenti memantulkan bola itu, dengan ini setidaknya Arga bisa meluapkan semua perasaannya.

Lagi, bola itu masuk dengan sempurna ke dalam ring. Arga memang benar-benar berbakat dalam bidang olahraga terutama Basket.

Sebuah suara tepuk tangan membuat Arga menghentikan aktivitasnya mendribble bola.

"Bagus, ternyata kemampuan lo bagus juga" Ucap Fian.

"Sialan" gumam Arga yang masih bisa didengar oleh Fian.

Sontak, Fian terkekeh melihat raut kesal diwajah Arga. "Sans bro" ucapnya dengan menepuk bahu Arga.

Mata Fian beralih menatal bola yang sedang berada di lantai. "Duel?" Tawar Fian.

"Cuma buat latihan aja" lanjutnya.

Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang