41-Fourty One

171K 7.4K 221
                                    

Dear brain, stop thinking about past, and dear heart, i want to move on.

***

Naya berjalan kembali menuju ranjang yang diduduki Kenan dengan membawa sekotak P3K ditangannya. Ia segera membuka kotak itu dan mengambil kapas serta obat untuk mengobati luka yang ada pada wajah Kenan.

Seharusnya, ini adalah tugas petugas PMR, namun karena saat ini jam belajar mengajar sedang berlangsung, jadi mau tak mau Naya harus mengobati luka Kenan sendiri.

Naya menempelkan kapas yang telah ia tetesi obat itu dengan hati-hati pada wajah Kenan. Naya sangat fokus saat ia sedang mengobati luka Kenan.

Kenan sendiri, ia terus mencoba mengendalikan detak jantungnya yang sedang bekerja dua kali lebih cepat itu. Naya tak sadar bahwa dengan jaraknya yang sangat dekat dengan Kenan itu dapat membuat kerja jantung Kenan menjadi tidak normal.

Kenan terus menatap Naya yang sedang mengobatinya itu dengan lekat. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan menatap Naya dari dekat seperti ini.

"Awh" Kenan meringis saat ia merasakan perih pada lukanya.

Naya menghentikan aktivitasnya saat Kenan meringis kesakitan, "Eh, sakit ya kak? Maaf ya?"

Kenan tersenyum tipis, "Nggak papa"

Naya mengangguk lalu kembali melanjutkan aktivitasnya. Begitupun dengan Kenan, ia juga melanjutkan aktivitasnya menatapi Naya. Rasanya ia ingin sekali mengabadikan momen seperti ini, namun itu tak mungkin. Ia tak mau mengganggu Naya.

"Cantik." Ucap Kenan secara tiba-tiba. Ia mengucapkan itu masih dengan mata yang menatap Naya lekat. Sedangkan Naya, ia menjadi menghentikan aktivitasnya dan menatap balik Kenan.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

4 detik.

5 detik.

Waktu terus berjalan, namun mereka berdua sama sekali tak berniat untuk memutuskan kontak matanya. Bumi seakan berhenti berputar, Jam seolah berhenti berdetak, dan seakan pasokan oksigen diantara keduanya telah habis. Mereka benar-benar mengunci pandangannya dan kemudian kunci itu dibuang ke tempat yang terpecil, tempat yang tak akan mereka temukan.

Hanya nafas serta barang-barang yang ada di UKS yang menjadi penonton setia aksi pandang-pandangan mereka tanpa protes.

Jantung Kenan benar-benar berdetak berkali-kali lebih cepat daripada biasanya. Sedangkan Naya, jantungnya memang tak berdetak sekencang detakan jantung Kenan, tapi entah mengapa ia tak mau melepaskan kontak mata itu.

Mata mereka saling beradu, seolah mengungkapkan rasa nyaman yang mereka rasakan saat ini.

Ini bener-bener kesempatan emas, bahkan kesempatan berlian yang pernah gue miliki. Batin Kenan.

Kenapa gue gak bisa lepasing kontak mata ini sih?. Batin Naya.

"Ciluk-baa"

Seketika Naya serta Kenan memutuskan kontak matanya secara bersamaan. "Kalian?!" Ucap Kenan dan Naya bersamaan.

"Tercyduk nih."

"Oh, gitu, sekarang Nay?"

"Ciee...Barengan gitu jawabnya."

Naya dan Kenan kompak menjadi salah tingkah, "Uhukk...uhukkk" Ucap Feli dengan berpura-pura batuk.

"Kenapa muka kalian merah gitu?" Goda Belva.

Cold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang