FOURTEEN

218K 12.8K 83
                                    

Part 14
"H A P P Y? "

🌜

Bayi laki-laki yang masih merah sedang tertidur di alat penghangat setidaknya sampai kondisinya membaik. Bobotnya mencapai 2,5 kg dengan panjang sekitar 48 cm. Bayi tersebut sangat manis, kata Vivi dia mirip sekali dengan Max saat baru lahir, bahkan sangat sulit dibedakan. Bisa dikatakan, bayi tersebut seperti kembaran Max saat kecil.

Max hanya tersenyum melihat bayi tersebut di depan kaca besar yang melindungi bayinya dari banyaknya orang. Bayi tersebut memejamkan matanya dengan mulut yang sedikit terbuka. Max merasa ingin menggendong lagi bayinya dan memberikan beribu ciuman di wajahnya, namun Max belum berani memberikan ciuman pada putranya. Putranya masih terlalu dini untuk bisa dipegang banyak orang apalagi di cium.

"Max kamu temui dulu istri kamu gih, mungkin dia sudah bangun. Kami akan pulang dulu mengambil pakaian Bulan dan pakaian kamu." Ucap Vivi dan dianggukan oleh Max.

"Jaga istri kamu, Max." Ucap Pras dengan senyum mengambang. Pras tidak pernah membayangkan anaknya yang dulu masih dalam gendongannya kini akan menggendong anaknya sendiri, bahkan dia telah menjadi seorang kakek.

"Ia Pa, aku akan menjaganya dengan baik. Jadi tenanglah." Ucap Max dan dianggukan oleh Pras. Anaknya telah dewasa dan Pras berharap tidak ada lagi pengganggu dalam hubungan mereka.

"Aku pulang dulu Bang dan maaf, karna kesalahanku kak Bulan harus melahirkan tidak sesuai jadwalnya. Aku sungguh sungguh menyesal, sekali lagi maafkan aku." Ucap Anya tulus yang dari tadi menunggu Bulan dengan perasaan tidak tenang.

Max mengulurkan tangannya dengan lebut ke kepala Anya dan mengacak pelan rambut adiknya.

"Tidak masalah yang penting mereka berdua telah baik-baik saja. Bahkan aku sudah menjadi seoarang Ayah lebih cepat dari waktunya." Ucap Max dengan nada lembutnya, Max tahu Anya sangat menyesal.

"Pergilah, besok kamu bisa datang lagi dan lebih baik suruh supir saja yang mengantar pakaian kami. Besok kalian semua baru kesini lagi, sekalian aku akan mengabarkan Dion agar kemari besok." Ucap Max dan dianggukan oleh Pras.

Pras juga berfikir lebih baik mereka datang lagi besok, karna tidak baik jika Bulan dijaga oleh banyak orang dan Vivi juga setuju dengan pemikiran suaminya.

"Baiklah kami pergi."Pamit Pras pada Max.

"Yah Pa." Ucap Max.

"Mama pulang." Ucap Vivi sebelum memeluk anaknya dan mengucapkans elamat sekali lagi karna sudah menjadi seorang Ayah

"Hati-hati." Ucap Max saat sudah melepaskan pelukan vivi dan berahli pada Alya.

"Aku akan kembali besok Bang." Ucap Anya

"Iya Anya."

Mereka pergi dan langkah Max mengarah pada kamar VIP, Kamar yang akan menjadi tempat tinggal Bulan sampai jagoan mereka sudah diizinkan pulang bersama mereka.

Max membuka pelan pintu kamar tersebut, Bulan masih tidur dalam nyenyak. Max berjalan kearah Bulan, Max tidak tahu perasaan apa ini? Yang Max rasakan sekarang adalah kebahagiaan. Melihat wajah anaknya untuk pertama kali dan melihat wajah perempuan yang melahirkan anaknya. Apakah ini kebahagiaan sebenarnya? Apa ini kebahagiaan memiliki keluarga?

Max mengelus pelan pipi Bulan dan meyingkirkan beberapa helai rambut yang ada diwajah Bulan dan rupanya gerakan Max membuat Bulan bangun.

Mata indah milik Bulan mulai terbuka dan hal pertama yang Bulan lihat adalah senyum Max. Senyum yang Bulan suka, Bulan tidak tahu kenapa dia menyukai senyum Max yang tulus.

"Apa dia laki-laki? Atau dia perempuan?" Tanya Bulan pada sang suami dengan senyum tipisnya.

"Laki-laki. Dia bayi laki-laki yang paling tampan yang pernah aku liat." Ucap Max dan membuat Bulan tersenyum dan tertawa pelan.

"Apakah dia sangat tampan hingga membuat kamu memujinya?" Tanya Bulan dan dianggukan oleh Max.

"Hem kamu benar, dia sangat tampan hingga membuatku jatuh hati padanya dan tanpa sadar selalu membuatku ingin melihatnya." Ucap Max dan Bulan mengangguk.

Dia pasti sangat tampan hingga bisa memikat diri Max. Bulan tahu anaknya pasti ada di alat penghangat khusus bayi, karna anaknya lahir sebelum waktunya. Tapi setidaknya Bulan bersyukur saat dirinya melakukan kontrol terahkir kali, anaknya memiki bobot berat yang idel.

"Apa dia mirip dengan kamu?" Tanya Bulan lagi.

"Dia mirip denganku, dia sangat tampan dan aku yakin dia akan pintar sama seperti kedua orangtuanya. Dia akan menjadi anak yang akan selalu membuat kita tersenyum dan tertawa setiap hari, bahkan mungkin aku akan malas kekantor." Ucapan Max tanpa sadar menjelaskan bahwa Max mengharapkan mereka akan selalu bersama.

Bulan hanya menganggukan kepalanya dan terus mendengar ucapan Max yang memuji betapa tampannya putra mereka. Putra yang dibilang seratus persen mirip dengan Max.

"Apa kamu sudah memikirkan namanya?" Tanya Bulan pada Max dan dianggukan mantap oleh Max.

"Siapa namanya?" Tanya Bulan penasaran, nama apa yang akan diberikan pada anak sulungnya.

"Rahasia, saat anak kita sudah diperbolehkan pulang aku akan memberitahu tahu kamu dan keluarga besar kita." Ucap Max dengan semangat.

"Lalu dimana yang lain aku tak melihat siapapun selain kamu?" Tanya Bulan.

"Aku menyuruh mereka pulang dan besok kembali lagi kesini." Ucap Max.

"..." Bulan menggukan kepalanya.

"Tidurlah, ini masih malam." Ucap Max dan disetujui oleh Bulan. Bulan juga masih lelah dan memilih tidur untuk mengistirahatkan dirinya.

"Selamat malam." Ucap Bulan dan di balas juga oleh Max.

"Selamat malam."

Dalam hitungan menit, Bulan telah kembali tertidur dan Max hanya diam menatap wajah istrinya. Bulan sangat cantik, baik, lembut, penyayang, pintar, namun kenapa sulit sekali untuk Max menyadarinya. Max menghembuskan nafasnya dengan kasar dan memilih tidur di sofa panjang dan ikut tidur setelah Bulan terlelap.

Dua manusia tersebut tidur dengan senyum dan kebahagiaan yang ada dihati masing-masing. Awal baru hubungan mereka, senyuman tulus yang mereka lemparkan masing-masing, tawa bahagia yang mereka perlihatkan dan rasa kasih sayang yang mereka tidak tahu sudah mulai tumbuh diantara mereka.

Jarak yang dulu mulai terkikis dengan kehadiran malaikat kecil di hidup mereka. Permainan takdir akan terus-menerus terjadi pada keluarga kecil mereka tanpa bisa di cegah, namun bisa diatasi. Kedua anak manusia ini akan mencoba mengatasinya, walaupun keduanya mengatasi dengan cara berbeda.

~ ~

Tanggal Publish 01/05/2018
Tanggal revisi  09/08/2020


BULAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang