SIX

236K 14K 81
                                    

Part 6
"S E N S I T I F "

🌜


"Kamu mau masyarakat bilang apa tentang kamu Bulan. Syukur kalau kamu tidak hamil, bagaimana kalau kamu hamil." Perkataan sang Bunda membuat Bulan terdiam.


Tidak pernah ada dipikirnya tentang ucapan sang Bunda. Hamil, mungkin menyebabkan Bulan lebih stres lagi. Bisa jadi dirinya akan menjadi salah satu penghuni kamar rumah sakit jiwa.

"Bunda sudahlah, Kakak yang berhak memberikan keputusan bukan kita Bun." Ucap Dion.

"Kamu gak tahu apa-apa Dion, Kakak kamu yang akan menderita saat hamil di luar nikah." Ucapan sang Bunda benar, tidak ada yang bicara lagi baik Dion ataupun Bulan.

"Jadi kapan anak kamu akan bertanggung jawab? Apa tunggu saat ada berita kalau Bulan hamil?" Tanya Laya pada Vivi dan Pras.

"Secepatnya Lay." Ucap Vivi dan dianggukan oleh Laya.

Bulan yang melihat hal tersebut mulai kalang kabut. Bulan ingin menjauh dari Max, tapi kenapa malah seperti ini. Bulan tidak bisa, Bulan tidak ingin. Pria itu sendiri yang jelas jelas menolak kehadirannya, bagaimana kehidupan pernikannya nanti.

"Aku tidak mau, aku bilang aku tidak mau!" Satu kalimat membuat Laya kembali melayangan tangannya pada pipi Anak perempuannya.

"Tampar lagi Bun, tampar lagi. Seratus kalipun Bunda menampar Bulan, Bulan gak akan mau." Baru saja Laya ingin memberikan tamparan lagi, tangannya sudah di tahan oleh Dion.

"Bunda tolong mengerti situasi Kakak. Kakak gak suka berada di rumah ini dan Bunda malah ingin membuat Kakak tinggal di sini? Bunda cobalah tempatkan diri Bunda di posisi Kakak, Bunda masih ingin Kakak tinggal di sini?" Tanya Dion pada sang Bunda dan berharap sang Bunda berubah pikiran.

"Ia, Bunda ingin Kakak kamu tinggal di sini. Di sini! Pilihan Bunda kalau Bunda jadi Kakak kamu, Bunda akan memilih di sini." Ucapan sang Bunda kembali membuat Bulan kalang kabut.

Bulan menatap ke kiri dan ke kanan. Tidak ada yang tahu apa pikiran Bulan sebelum ahkirnya perempuan itu berjalan menjauh dan mengambil vas bunga yang berada disampingnya dan memecahkannya dengan mudah dan mengambil serpihan kaca tersebut yang dia arahkan pada lehernya.

"Bulan?" Laya menatap Bulan dengan ekpresi wajah yang berbeda, perempuan itu takut kehilangan putrinya.

Semua orang mulai khawatir bahkan Max mulai khawatir, leher Bulan sudah tergores sedikit. Darah sudah mulai mengotori baju yang Bulan pakai.

"Bunda Bulan udah bilang, Bulan gak mau. Kenapa Bunda gak bisa mengerti Bulan?" Tanya bulan lemah karna darah mulai menyecer dengan banyak.

"Sayang Bunda mohon letakan, Bunda gak akan memaksakan kehendak Bunda. Jadi letakan kaca itu, hem Bunda mohon."

Bulan tahu sang Bunda berbohong, Bulan melihatnya pergerakan Max dan Bulan takut. Bulan yang merasa terguncang langsung lari keluar rumah dan otomatis semua orang mengejarnya dengan cepat.

Hingga

Brak,, langkah Bulan terhenti dengan sendirinya.

~ ~

"Ah,," Teriakan Bulan behasil membangunkan Anya dengan mudah.

Anya yang melihat Bulan langsung memberikan minum pada Bulan dan mengelus punggung Bulan lembut. Anya tahu mimpi apa yang di alami oleh Bulan, karna ini bukan pertama kalinya, ini sudah kesekian kalinya Anya melihatnya.

BULAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang