Chapter 6

46 2 0
                                    

Hallo, baru post lagi lanjutannya niccc :')

Di chapter ini Andan ketemu mantannya duhh, yu baca yu hehe!!!



"Aku ada di sini sekarang."

Abell menoleh ke arah sumber suara di ujung pintu masuk. Begitupun Aneta, segera ia mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Mulutnya menganga, hendak menyebutkan nama seseorang, namun kembali terkatup saat didapati kedua bola matanya ternyata yang datang bukan orang yang dia maksud. Ia hanya saling lempar pandang dengan Abell.

"Guten nachmittag mädchen," sapanya pada kedua gadis yang melongo melihat kedatangannya.

"Andan, kapan kau sampai di Indonesia?" ucap Anet kaget.

"Bukankah sudah ku bilang, Februari aku akan pulang." Andan menghampiri kedua sahabat itu. Ini baru tanggal satu Februari dan Andan benar-benar berada di Indonesia tepat pada bulan Februari.

"Ow Andan, selamat datang kembali di Indonesia, di kota kecil Bandung bagian barat tepatnya." Ucap Abell mencoba menyambut dengan hangat.

"Apa kabar Abell? Kau sudah buka praktek ya? Boleh aku magang di tempatmu?" gurau Andan.

"Haha tentu. Walau kau masih harus menyelesaikan studymu, aku yakin kau sudah lebih mahir dariku Andan." Mereka pun terkekeh.

Andan menatap ke arah Anet, "hey, kau menangis? Kenapa?"

"Uhm?" Anet baru tersadar, segera ia mengusap sisa air matanya. Air mata yang terjatuh entah untuk siapa. Apakah untuk Farlis yang menghilang, atau Andan. "Aku rindu kamu, Andan." Jawab Anet tanpa berfikir sambil tersenyum. Ia ingin menyenangkan hati seseorang di hadapannya yang baru saja datang. Orang yang selama ini ia nanti-nantikan.

Abell berdeham. "Untuk menyambutmu dia sampai berlatih menyeduh mocha hingga lima gelas hari ini."

"Sungguh? Kau sudah cukup terlatih Anet." Andan mengacak-ngacak rambut bob Anet. Seperti kebiasaannya selama ini. "Kalau begitu, mana mocha untukku?"

"Baik, tunggu sebentar Tuan." Gadis itu segera bergegas menuju pantry sambil merapikan rambutnya. Tatapannya seolah masih tak rela lepas dari wajah Andan. Ini seperti mimpi, laki-laki yang selalu dan selalu ia rindu kini benar-benar ada di hadapannya. Rasanya ia ingin memeluk Andan dengan erat.

Andan pun melanjutkan perbincangan dengan Abell, seputar dunia kesehatan yang mereka geluti. Andan adalah calon dokter yang masih harus menyelesaikan studynya di universitas tertua di Jerman. Menempuh pendidikan disana termasuk perjalanan panjang yang harus dilewati, lebih panjang daripada study di Indonesia.

Sementra itu di pantry, Anet sibuk menyiapkan secangkir mocha penuh cinta. Rindu yang membludak ikut larut di dalamnya. Sampai ia lupa akan Farlis yang tadi juga berlarian dalam benaknya selain Andan.

"Hier ist sie eine Tasse besonderen Mokka," ucap Anet terbata-bata melafalkan sederet kalimat dalam bahasa Jerman, "just for you Andan, special." Yang diakhirinya dengan bahasa Inggris.

"Danke, schön." Jawab Andan sembari meraih secangkir mocha yang ia rindu. "Khas buatanmu Anet, aku selalu suka. Hampir mirip buatan Pak Tua."

Anet bergeming, sejenak matanya menerawang jauh pada masa lalu. "Aku jadi rindu dia."

"Uhm... by the way, kapan kau belajar bahasa Jerman Anet?" ucap Abell mengalihkan pembicaraan. Dia tahu Pak Tua si peilik kedai kopi teman Andan dan Anet yang menjadi korban dalam kebakaran hebat beberapa tahun silam itu, dan dia tidak mau kedua sahabatnya bersedih mengingatnya hari ini. Bukan hari ini, sangat tidak tepat untuk pertemuan pertama mereka setelah sekian lama.

Coffee Shop LoveWhere stories live. Discover now