9. Aku Lupa Salahku

111 21 7
                                    

9. Aku Lupa Salahku

"Maaf, aku terlalu sibuk mencari salahmu atas perpisahan kita kala itu, sampai terlupa olehku bahwa mungkin saja dalam mencintaimu aku melakukan kesalahan juga. Seperti ... mencintaimu dengan sangat, sementara kau hanya mencintai sesaat."

⌂⌂⌂⌂

Tidak ada yang paling membahagiakan selain bisa menikmati hari setelah sekolah yang menenangkan dengan cara melihat bias-biasnya di layar. Meskipun bukan di konser, tetapi melihat mereka menyanyi atau menari menunjukkan skills mereka saja sudah membuat senyum Azilia terbit lagi meskipun sedang kesal pada Kala.

Kala pernah bertanya pada Azilia, atau teman-teman cowoknya di sekolah juga pernah bertanya. Apa sih menariknya cowok-cowok Korea itu? Modal joget sama nyanyi doang bisa bikin lo teriak-teriak?

Maka, dengan mudah Azilia akan menjawab, setidaknya cowok-cowok Korea itu tidak mengatakan janji-janji manis lalu kemudian meninggalkannya. Setidaknya cowok-cowok korea itu tidak pernah menjadikannya perempuan salah satunya, tetapi mengatakan padanya yang sebaliknya. Setidaknya oppa-oppanya bisa membuatnya bahagia dengan cara mereka sendiri.

Lalu setelah itu, Azilia akan balik bertanya kenapa mereka menanyakan pertanyaan itu. Yang dijawab dengan pernyataan bahwa menurut mereka, oppa-oppanya itu tidak ganteng sama sekali. Mereka juga kadang suka ilfeel kalau kpopers ini udah mulai ketemu satu sama lain dan saling teriak-teriak seolah dunia ini milik mereka sendiri.

Azilia tahu sih gimana keselnya di posisi mereka melihat kelakuan kurang waras itu. Tapi dia akan menjawab dengan lugas bahwa oppa-oppanya itu ganteng. Dan suka itu hak siapa saja. Setidaknya dengan menyukai oppa-oppanya, dia tidak merugikan orang lain, tidak merepotkan orang lain, minus bagian teriak-teriaknya, sih.

"Zi!"

Pintu kamarnya terbuka, mama Azilia berdiri di sana dengan celemek dapur. Tangannya yang putih jelas sekali baru saja memegangi tepung. "Ada Kala, mau main ke sini. Pakai baju yang bener, gih."

Mendengar nama cowok itu disebut, Azilia memutar bola mata. Tetapi dia tidak bisa menampik bahwa dia ingin berlari menuju belakang pintu, mengambil cardigan-nya yang panjang menyentuh lutut, lalu duduk kembali di atas kasurnya.

"Hai, Babe," sapa Kala, seulas senyum manis terukir di bibirnya. Mama Azilia sudah menghilang dari pintu kamarnya, mungkin sudah mulai bereskperimen dengan kue-kuenya.

"Ngapain lo ke sini?" sinis Azilia. Memang dasarnya semua cewek ya, suka berpura-pura soal perasaan mereka yang sebenarnya? Padahal Azilia senang Kala main ke rumahnya.

"Mau minta maaf," jawab Kala, tenang. Dia tersenyum, senyum yang gampang membuat hati siapapun luluh. "Lo mau maafin gue pakai bunga atau pakai cokelat?"

Azilia menatap tajam pada Kala, dia memutuskan untuk mengabaikan cowok itu untuk melihat seberapa besar usahanya untuk membuat Azilia memaafkannya. Dia kembali menatap layar laptop, memperhatikan tiga belas cowok ganteng dengan lini grup Seventeen di laptopnya.

"Ayolah, Az. Gue bener-bener minta maaf karena nggak jemput lo pas makan siang, gue bener-bener nggak maksud bikin lo kelaperan," kata Kala, dia mengambil cokelat yang dia sembunyikan di balik jaketnya, lalu mengambil bunga yang dibelinya juga untuk Azilia. "Maafin gue, ya?"

Azilia tidak bersuara menanggapi perkataan Kala barusan, matanya tetap fokus pada Seventeen yang ada di depannya.

Sementara Kala, memutar otak bagaimana caranya membujuk Azilia. Setelah mendapat ide, dia tersenyum kecil. Merogoh saku celananya dan mulai googling setelah melihat judul video yang sedang Azilia lihat.

ReabsorbWhere stories live. Discover now