6. Bukankah Kita Teman?

103 19 2
                                    

6. Bukankah Kita Teman?

Perlahan-lahan aku yakin suatu hari nanti bisa melupakanmu. Bisa menganggapmu hanyalah sekedar teman biasa di waktu lalu. Karena kita tidak pernah lebih dari itu. Yang berlebih hanyalah rasa sayangku padamu, sementara kau tak pernah mau aku begitu.

⌂⌂⌂⌂

“Gue pengin nyoba suka NCT deh, Zi.”

Azilia yang sedang mencoret-coret halaman belakang bukunya dengan nama-nama bias Wanna One-nya, refleks berhenti. “Yang anggotanya delapan belas? Serius lo?”

Sinta mengangguk. “Banyak yang ganteng. Bentar lagi Wanna One bubar, gue harus cari pengganti.”

Azilia mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. “Jadi lo berniat bubar dari Wannable setelah Wanna One bubar nanti? Terus lo berniat ngejadiin NCT pelarian karena udah nggak bisa sama Wanna One lagi?”

Sinta cemberut begitu tatapan Azilia mengintimidasinya. “Dia aja pas bubar sama pacarnya, ngejadiin gue pelarian, masa gue nggak boleh?”

Azilia menepuk kening. “Sin, lo sebenarnya suka sama Wanna One dari hati atau enggak, sih?”

“Ya dari hati lah!” seru Sinta. “Mana mungkin gue nggak mencintai Jisung pakai hati.”

“Nah, kalau lo bener-bener suka sama mereka, kalau lo emang ngaku-ngaku jadi penggemar sejati mereka, lo nggak akan pernah berpikir buat pindah fandom.”

“Gue bukan mau pindah fandom, Zi. Gue bakal tetep jadi Wannable kok, tapi ya pengin nyoba ngikutin NCT, atau BTS, EXO. Wanna One bakal tetep di hati gue,” aku Sinta, membuat Azilia hanya bisa menghela napas.

“Kalau gue sih tetep pengin sama Wanna One aja.”

“Terus nanti lo patah hati sampai depresi karena sebegitu setianya sama mereka sampai-sampai depresi pas mereka bubar?” tanya Sinta. “Ibaratnya nih ya, lo udah tau lo bakal patah hati kalau terus suka sama Abgari, terus kenapa nggak nyoba nyari sesuatu yang baru kayak menghargai Kala?”

“Kok jadi bawa-bawa Kala, sih?!” Azilia mendesis sebal.

“Ya bener, kan?” Sinta menunjuk-nunjuk wajah Azilia. “Lo udah dikasih banyak pilihan buat membahagiakan diri lo sendiri, terus kenapa masih bertahan sama pilihan yang--"

“Sin bukan gitu—“

“Kak Azi!”

Azilia dan Sinta sama-sama menoleh ke arah pintu, menemukan adik kelas mereka yang bernama Izza mendatangi mereka.

“Kenapa, Za?”

“Kakak megang kunci ruangan UKS, kan? Bu Reta lagi rapat di kantor,  nggak enak kalau mau minta sama dia kuncinya.”

“Emang ada yang sakit?” Azilia bertanya sambil merogoh saku-saku tasnya mencari kunci UKS.

“Ada anak-anak yang ikut tawuran terus pulang ke sekolah, mereka di depan UKS sekarang. Udah, ayo buru!”

Izza tidak membiarkan Azilia berpikir dengan jernih, sehingga dia buru-buru bangkit dan pamit pada Sinta lalu menuju UKS secepat yang dia bisa.

ReabsorbWhere stories live. Discover now