TWO

284K 16.4K 83
                                    

Part 2
" M E "

🌜

Bulan baru saja selesai mengecek kandungannya yang baru memasuki bulan kelima dan semuanya sesuai harapan Bulan. Semuanya baik, semuanya baik baik saja setidaknya sampai saat ini. Bulan yang merasa ponselnya bergetar segera mengangkatnya setelah melihat siapa yang menelponnya.

"Ya Ma, ada apa?" Tanya Bulan pada Vivi.

"Bagaimana? Apakah dia baik-baik saja?" Tanya Vivi pada Bulan.

"Dia baik Ma, sangat baik." Jawab Bulan seadanya.

"Baguslah, maaf ya Mama gak bisa mengantar kamu tadi." Ucap Vivi yang terdengar menyesal.

"Tidak masalah Ma." Jawab Bulan dengan suara ciri khas miliknya, lembut.

"Kamu mau kemana setelah ini?" Tanya Vivi pada Bulan.

"Aku mau ke tempat Dion Ma." Jawab Bulan yang sudah masuk ke dalam mobil setelah menunggu pak Bambang mengambil mobil.

"Ada apa dengan adik kamu?" Tanya Vivi penasaran karna jarang sekali Bulan mengunjungi adiknya, kalau Bulan mengunjunginya pasti karna ada masalah yang di buat oleh adiknya Bulan.

"Ada sedikit masalah Ma." Jawab Bulan jujur. Sebelum Bulan sampai di rumah sakit pihak asrama menelponnya, melaporkan perilaku adiknya yang melewati batas kembali.

"Baiklah, hati-hati. Jangan terlalu pusing sayang."

"Iya Ma, kalau begitu aku tutup telponnya."

Bulan menghembuskan nafasnya berkali-kali sambil melihat jalan yang ramai dengan kaca mobil disampingnya. Jujur saja Bulan lelah menghadapi sikap adik laki-lakinya atau lebih tepat adik tirinya.

Enam tahun yang lalu, Bulan baru tahu kalau dirinya memiliki adik laki-laki atau lebih tepatnya anak lain dari Ayahnya. Saat itu Bulan masih mengingat dengan jelas setiap kalimat yang terlontarkan dari mulut Ayahnya ataupun Bundanya. Kenangan tersebut menjadi salah satu kenangan yang tidak akan bisa Bulan lupakan karna rasa sakit yang dirinya dapatkan saat itu.

Flashback

"Bunda aku pulang!" Teriak anak perempuan yang menggunakan seragam SMA putih abu-abunya yang terlihat sedikit usang karna ini adalah tahun terahkirnya, hanya menunggu beberapa bulan lagi dirinya lulus dari Sekolah Menengah Atas.

Merasa tidak ada jawaban, anak perempuan itu berjalan ke halaman belakang. Samar-samar anak perempuan itu mendengar tangisan perempuan yang sangat familiar di pendengarannya.

"Bunda?" Anak perempuan itu tahu, itu adalah tangisan Bundanya.

Anak itu lari dengan kencang dan terdiam saat melihat Bundanya menangis dengan posisi jatuh di atas tanah, anak perempuan itu juga melihat orang lain. Ayahnya yang mencoba memeluk Bundanya, namun Bundanya menolak dan anak laki-laki yang mungkin masih menginjak bangku SMP.

"Bunda?" Panggil anak perempuan itu sambil melangkah menuju Bundanya.

Anak perempuan itu langsung memeluk Bundanya, Anak itu tidak bisa melihat air mata jatuh di pipi Bundanya.

"Ada apa Bun? Kenapa Bunda menangis?" Tanya anak itu sambil masih memeluk Bundanya, saat tak mendapat respon anak itu melihat Ayahnya.

"Ada apa Ayah? Kenapa Bunda menangis?" Tanya anak perempuan tersebut pada Ayah dan Ayahnya pun hanya diam sambil menatapnya seakan mengatakan 'maafkan Ayah.'

BULAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang