19

2.7K 171 7
                                    

Selamat membaca!

Memori tak menyenangkan biasanya akan selalu teringat sampai kapanpun?


Syifa Pov

"Syifa pulaaang," ucapku setelah membuka pintu rumah keluargaku dan mendapati rumah benar-benar sangat sepi.

Aku berjalan ke arah dapur, "ma, Yah, bang? Pada kemana sih mereka?" Ucapku mulai kesal karena tidak melihat tanda-tanda dari keluargaku.

Aku berjalan ke lantai atas tempat kamarku dan bang Fahri berada.

Kriieett.. suara pintu kamar bang Fahri yang sedikit berderit, aku memasukan kepalaku hanya kepalaku ke dalam kamar bang Fahri. Aku mengamati sekitar, setelah kupikir-pikir kamar bang Fahri luas juga.

Eghh.. Hegghh.. Argh.

Sebuah suara tiba-tiba saja terdengar dari arah balik tirai yang baru aku sadari keberadaannya. Suara itu seratus persen suara bang Fahri tapi kenapa suaranya aneh begitu.

Aku membulatkan mataku ketika pikiran kotor itu tiba-tiba terlintas dikepalaku, sesuatu yang sering aku dengar saat tidak sengaja mendengar perempuan-perempuan dikelas menggosip kalau lelaki biasanya sering melakukan aktivitas kepuasan 'anu'nya.

"Jangan-jangan bang Fahri ngoco--!? Omg! Apa yang mau aku ucapin!? Kamu masih polos Syifa jangan jadi gila," aku memukul-mukul kepalaku menjauhkan pikiran kotor itu.

"Gak mungkin bang Fahri kayak gitu... bang Fahri berbeda dengan cowok lain. Dia abang aku terdabest!" Ucapku berusaha untuk tetap tenang dan positive thinking.

Enghh.. aghh.. ouhh.

"Tariik nafas.. lepaskan.. rileks oke!?" Ucap suara bang Fahri lagi.

Aku mendekati tirai itu pelan dan pasti. Kusentuh lembut tirai itu dan saat hitungan ketiga kubuka dengan secepat kilat.

Sreet..

"Bang Fahri lagi apa!!!" Teriakku.

Brugh!

"Aww! Apaan sih de! Ngagetin abang aja! Sakit tau, kalau pinggang abang kenapa-napa gimana coba!? Masa depan abang bisa runtuh" ucapnya kesal dan itu tidak membuatku merasa bersalah sedikitpun. Salah siapa mengeluarkan suara seperti itu segalakan?

"Elehh... lebay banget sih bang. Habisnya rumah sepi, ke kamar abang terus dengar suara aneh. Lagian abang ngapain kayang segala sih? Kayak gak ada kerjaan lain aja!" Ucapku bersiap-siap keluar dari kamar bang Fahri.

"Berat badan naik de, gimana abang gak kayak gini!? Abang stres tau gak!? Abang gak bisa makan, tidur, kerja, pegang pulpen aja susah. Berat badan abang naik banyak banget" keluh bang Fahri dengan wajah sedihnya.

Bang Fahri terlihat sangat sedih dan membuatku sedikit kasihan. Jadi, aku memutuskan untuk diam sebentar dan mendengarkan keluhan bang Fahriku terkece badai yang malang itu.

"Ctct kesiaaann. Emang berat badan abang pertama berapa? Tapi keliatannya gak ada perubahan kok bang, masih kece...?" ucapku mengamati area-area yang kemungkinan membesar jika berat badan bertambah terutama dibagian perut.

Dia masih sendu, "awalnya berat badan Abang 60 de, tapi sekarang..." dia menghentikan kalimatnya. Aku membayangkan pasti berat badannya bang Fahri sekarang bertambah empat atau tidak lima kilogram.

Kalau tidak naiknya segitu dia tidak akan sedih, seolah hilang harapan hidup seperti itu.

Aku pernah merasakan hal yang sama seperti yang bang Fahri rasakan saat ini. Pasti sangat menderita.

CEWEK Gendut In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang