18

3.5K 207 32
                                    

Selamat membaca! Jangan lupa Vote dan komennya ya.

Seketika bisa kurasakan sebuah benda lunak menyentuh lembut bibirku, cukup lama dan tentu saja bisa kusebut itu adalah sebuah ciuman.

Aku mengerjapkan mataku pelan.

Byuurr..

Aku terkejut dan langsung bangkit terbangun saat merasakan sebuah siraman air yang mengenai wajahku.

"B.bb..bangun woy! Kok lo tidur sih!? Bibir lo monyong-monyong lagi. Lo mimpi basah ya!?" Teriak Avan sambil membawa cibokan air ditangannya.

Aku menyeka siraman air yang mengenai wajahku lumayan banyak dan membuat bajuku sedikit basah.

"Oh my God! Kok aku disiram sih!? Emang kenapa juga? Terserah aku dong mau mimpi buruklah, mimpi basahlah, mimpi keringlah, mimpi erotislah! Yang penting di mimpi aku itu gak ada kamu! Huh basahkan" ucapku panjang lebar padanya dan setelah itu menatap bajuku yang basah akibat siramannya tadi.

"Gue juga gak perduli tapi satu hal yang bikin gue perduli" ucap Avan menaruh cibokan tadi ke atas sofa lalu langsung duduk disampingku, menatapku menggunakan kedua matanya dan menangkup kedua pipi tembamku ditangannya.

Glek.

Aku meneguk air liurku sendiri merasakan tangan hangat itu.

Tatapan itu... hangat.

Dejavu!?

Aku hanya menjerit dari dalam hati. Apa mimpiku akan kenyataan? Apa kami akan ciuman? Apa ini nyata? Apa ini mimpi lagi? Tunggu! Apa aku sudah menyikat gigiku tadi?

Tlek.. tlek. Dia menjentikan jari tengah dan jempolnya di depan wajahku.

"Woi. Sadar, Syifa. Jangan sampai lo kesambet ya! Kalo sampai lo kesambet gue antar lo langsung ke dokter hewan!"

Kata-kata Avan menyadarkanku kalau  aku masih di bumi, mungkin kalau tidak disadarkan aku sudah  menginap di pluto.

"Ekhm, ekhm. Oke. Jadi apa yang membuat kamu peduli?" Ucapku menatap tajam dan serius matanya.

Avan terlihta terkejut karena aku menatapnya dengan tatapan itu. Apa aku seseram itu. Dia langsung berpaling dan menatap ke arah lain.

"Ekhammm... m..mm..mata lo biasa aja dong."  Gagapnya mungkin risih dengan pelototan mataku.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali.

"Emang kenapa!" Ucapku mulai kesal karena dia mengomentari mataku yang menurutku indah dari alat indra lain yang aku miliki.

"Ekhaam, ekhmm. Nyeremin tau gak! Mata lo jelek banget! Tuh tai mata lo aja nongol, banyak lagi. Dasar jelek, gak ada yang bisa gue banggain dari calon tunagan kayak lo. Apa yang membuat gue perduli? Wajah tidur lo ganggu gue, jelek banget."  Dia berdiri dan berjalan menuju kearah dapur.

Ucapannya membuatku melongo dan menerima kenyataan kalau aku hanya terlalu banyak berharap pada lelaki ini.

Mataku sudah panas, hatiku... Hatiku seperti ditusuk oleh paku kuntilanak.

Kalau dia menghina wajah dan tubuhku jelek tidak apa-apa tapi kenapa harus mataku juga. Mata adalah milikku yang bisa aku banggakan. Itu membuat hatiku tertohok benda tajam namun tidak berdarah.

Aku berjalan lunglai kepojok ruangan dan menyembunyikan kedua wajahku dikedua pahaku.

"Hiks... huaaa, Mamaaa, Abaaangg, Ayaahhh!!!" Teriakku sambil terus menangis keras.

Aku melihat Avan membulatkan matanya melihatku menangis keras, Dia dengan cepat menuju kearahku dan langsung menyamakan tinggi tubuhnya denganku yang duduk.

CEWEK Gendut In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang