15. Tell The Truth

9.6K 951 37
                                    


"Jimin! Konsentrasi!"

Pelatih Song mematikan musik yang di putar. Jimin menghela nafasnya, dengan peluh yang terus menetes di pelipis kanan dan kiri. Ia membungkuk, memohon maaf pada semuanya.

"Josonghamnida." (Maafkan aku)

Jimin menyeka keringatnya, lalu kembali memandang dirinya di pantulan kaca. Seokjin menepuk pelan bahu Jimin. Sementara Jimin menoleh dengan nafas terengah dan menatap Seokjin yang tersenyum menyemangati. Jimin menghela nafasnya lagi, kemudian membalas senyum Seokjin.

"Bagaimana kalau istirahat? Sepertinya semuanya lelah." Ucap Seokjin. Seokjin menatap pelatih Song, lalu di jawab dengan anggukan.

"Baiklah. Istirahat dulu."

Semua anggota berkumpul, membuat lingkaran dan membagikan makanan. Inilah yang mereka dilakukan saat istirahat. Makan dan mengisi tenaga.

"Jimin, makan?"

Jimin yang sedang meminum susu kalengnya pun menoleh lalu menggeleng. Ia menelan susunya dengan dahi yang sedikit mengernyit lalu menatap makanan yang Seokjin tawarkan padanya. Mual. Perutnya sakit bahkan saat meminum susu.

"Aku tida—"

"Lihat? Kau sendiri yang membuat dirimu menderita." Sinis Yoongi.

Jimin sontak menoleh pada Yoongi. Tatapan mata polos yang sedaritadi ia pancarkan lantas menghilang begitu saja. Matanya menajam, sama seperti tatapan Yoongi padanya.

"Kalau hyung tidak merasakan menjadi aku, diam saja."

Yoongi tertawa kecil. Membuat atmosfer kian bertambah mengerikan. Namjoon meletakkan kotak ayamnya, berjaga-jaga siapa tahu akan ada perkelahian lain. Yoongi dan Jimin tidak begitu akur akhir-akhir ini.

"Kalau begitu, makan." Yoongi hanya berusaha peduli. Namun selalu saja salah dalam menyampaikan sesuatu. Yoongi menyakiti Jimin. Jimin membekap mulutnya, menelan kembali susu yang sudah termuntahkan sampai ke mulut. Rasanya anyir, amis.

"Bodoh sekali." Maki Yoongi.
"Jangan sok—"

"Hyung, aku ingin makan tapi aku tidak bisa!"

Jimin meledak, bersamaan dengan Jungkook yang tiba-tiba menggenggam tangannya. Suasana menjadi tegang. Namun Yoongi justru memperparah keadaan. Jimin meludahkan sisa muntahannya di telapak tangannya karena terasa amis sekali. Jimin melihat telapak tangannya, namun bukan susu yang ia temukan, melainkan darah. Jungkook menatap Jimin gelisah, "Hyung..." lirih Jungkook.

"Aku muntah setiap kali aku mencoba makan!"
"Kalau hyung ingin tahu rasanya, cobalah!"

"Park Jimin!" Seokjin menengahi, berusaha meredam emosi adiknya. Namun, lain dari yang ia harapkan. Jimin menoleh, menatapnya tidak kalah tajam. Jimin mengepalkan tangannya, menyembunyikan darah yang ia ludahkan.

"Apa, hyung?!" Jimin membentak.

"Apa aku salah berkata begitu pada Yoongi hyung? Kalian tidak pernah tau rasanya di hina seperti itu!"
"Sudah cukup aku menerima cacian dimana-mana!"

Semuanya terdiam. Jimin mengambil nafas, berusaha menahan air matanya. Ia sudah cukup lelah karena berdebat dengan Taehyung. Ia tidak bisa menolerir hal lainnya.

"Sejak awal, aku sudan tidak diinginkan disini. Aku berusaha. Sampai sekarang."

Jimin menatap satu persatu teman-temannya. Seisi ruangan menjadi hening, tidak ada satupun yang berbicara. Termasuk staff yang berada disana.

"Aku tahu, aku salah kelewatan diet.Aku hanya takut, jika aku tidak di terima lagi di antara Army."

"Dan mereka bilang, aku tampan saat menjadi lebih kurus." Jimin terkekeh pelan.

There For You ✔ Where stories live. Discover now