6. D-day

10.3K 1K 94
                                    

(disarankan mendengarkan lagu : Growing Pains - D&E Super Junior)

Juny, 2013.
Jimin meremas ujung bajunya. Ia berulang kali hendak menyentuh knop pintu ruang PDnim. Jantungnya berdegup kencang, sesekali ia menghela nafas kasar saat tangannya ragu-ragu untuk sekedar membuka pintu. Jimin menarik nafas dalam, memantapkan niatnya, kemudian masuk. Pasalnya, ia di panggil kemari oleh pelatih Song. Perasaan Jimin mendadak tidak enak setelah memandang beberapa staff dan PDnim serta pelatih Song disana.

"Permisi, pelatih memanggil saya."

Wajah beberapa staff nampak tidak bersahabat padanya. Jimin menelan ludahnya dan memainkan ujung bajunya gugup. Ia takut akan didepak lagi, karena setiap ia di panggil ke ruangan PDnim, Jimin pasti akan mendapat kecaman.

"Maafkan saya. Apa saya melakukan kesalahan lagi?" Ujar Jimin sembari membungkuk 90 derajat. Pelatih Song berdiri, menepuk bahu Jimin agar lelaki muda ini tidak terus menerus membungkuk.

"Besok, Bangtan akan debut. Kenapa PDnim masih memasukkan anak ini?"

Jimin menegakkan badannya, namun kepalanya tertunduk. Jimin takut. Semua staff kembali berargumen yang sama, menatap PDnim tidak terima. PDnim diam saja, membiarkan para pegawainya mengeluarkan pendapat.

"Apa..."
"Apa saya masih tidak pantas?"

"Ya! Sadar, nak. Kami semua menentangmu debut." Sela beberapa staff. Jimin mengepalkan tangannya, berusaha menjaga emosinya. PDnim tetap diam, menatap Jimin penuh makna.

"Tapi, kenapa?"
"Saya sudah berusaha keras." Pelatih Song menepuk bahu Jimin, mengingatkan bahwa ia tidak boleh kelepasan disini. Namun, Jimin sepertinya tidak peduli. Matanya menatap tegas beberapa staff.

"Tetap saja tidak bisa mengubah pantas tidaknya kau ada di grup ini."

Hati Jimin sakit. Ia sebegitu tidak diinginkannya disini. Jimin sempat kehilangan kata-katanya kemudian ia mencoba untuk tetap bersuara, "Ya. Saya pantas."

"Saya berlatih pagi siang malam hanya untuk mengejar yg lainnya. Apa itu belum cukup?"

"Nak, meskipun kau berusaha keras, tapi kalau dunia tidak menginginkanmu bagaimana?"

Dada Jimin mulai sesak, amarah dan sedih bergabung menjadi satu di dadanya. "Kenapa?" Jimin membuka mulut dengan suara yang sedikit tercekat. Jimin menarik nafas, kemudian memejamkan mata sejenak. Jimin membuka matanya dan menatap satu persatu staff di ruangan ini.

"Kenapa hanya aku?" Suara Jimin kembali tercekat, matanya panas.
"Kenapa hanya saya yang tidak diinginkan padahal saya sudah berjuang mati-matian lebih dari semuanya. Kenapa?!"

Pelatih Song menyentuh lengan Jimin usai Jimin berteriak. Nafas Jimin memburu, ia benar-benar tidak habis pikir. Kenapa semua orang melakukan ini padanya padahal besok adalah jadwalnya debut.

"Sajangnim, apa anak yang menaikkan intonasinya begini masih pantas? Bukankah tidak sopan?" Ujar salah satu staff. PDnim hanya diam, menatap Jimin yang menatap marah dirinya. Jimin menghela nafas kasar, ia mengalihkan pandangannya.

"Kalau memang tidak pantas," berulang kali suara Jimin tercekat saat berbicara, menahan tangis. Setidaknya tidak di depan staff.

"Saya akan mundur. Dan bangtan akan debut hanya dengan 6 orang."
"Seperti itu yang diinginkan agensi, bukan?"

PDnim menegakkan badannya dalam posisi duduk. Ia berniat membuka mulutnya, namun suara pintu ruangan yang terbuka membuatnya menoleh. Namjoon masuk ke dalam ruangan dengan wajah yang cukup serius.

There For You ✔ Where stories live. Discover now