3. Incident

12K 1.2K 21
                                    

—April, 2013.
"Taehyung."

Taehyung menghentikan aktivitasnya dalam membolak-balik halaman novel yang sedang ia baca. Ia menoleh pada Yoongi yang tiba-tiba memanggil namanya. Yoongi mengulum bibirnya, walau matanya sama sekali tidak memandang Taehyung yang sedang duduk di sampingnya.

"Soal waktu itu..."

Yoongi terdiam sembari terus menatap gugup tembok di hadapannya. Taehyung memiringkan kepalanya, mencoba menatap perubahan ekspresi yang dibuat Yoongi.

"... Aku minta m-maaf."

Taehyung membulatkan mulutnya dan mengerti apa maksud Yoongi padanya. Pertengkaran itu sudah terjadi berbulan-bulan yang lalu tapi Yoongi baru meminta maaf hari ini.

"Tidak." Goda Taehyung.

Taehyung terkekeh kecil saat melihat ekspresi jengah yang tiba-tiba Yoongi tunjukkan padanya. Sungguh, Taehyung sudah tidak sakit hati akibat perkataan Yoongi. Ia kini malah merasa lucu jika Yoongi memilih untuk mengalah.

"Sialan." Yoongi kembali mengetikkan beberapa kata di laptopnya dan mengacuhkan Taehyung yang tertawa. Namun kemudian, suasana kembali senyap. Taehyung sibuk dengan novelnya lagi dan Yoongi sibuk dengan lirik lagunya.

"Hyung,"

Yoongi menoleh saat suara berat Taehyung kembali mengacaukan konsentrasinya. Wajah Taehyung berubah sayu, memandang tembok yang ada di hadapannya.

"Menurutmu, kita bisa debut dengan kondisi begini?"

Yoongi menghela nafasnya. Ketakutan itu bukan hanya ada di benak Taehyung namun juga pada dirinya dan anggota lain.

Saat ini semuanya tengah berada dalam kondisi seperti yang di katakan Taehyung ; putus asa, lelah, dan terombang-ambing akibat Jimin yang selalu di tegur pelatih Song dan terancam tidak akan debut. Semuanya tahu dan merasakan apa yang Taehyung rasakan, namun mereka hanya diam dan menyemangati Jimin selayaknya yang Taehyung lakukan.

Karena mereka tahu bahwa Jimin mau tidak mau pasti akan mencapai titik puncak lelahnya.

"Aku percaya pada kalian dan mari mulai mengepakkan sayap untuk mencapai panggung yang kita semua inginkan."

Min Yoongi, seorang kakak yang Taehyung akui terkadang bisa memberikan ketenangan di dalam kata-kata pedasnya.

-

Hari kembali berjalan. Siklus kehidupan yang berulang kembali menggentayangi semua anggota trainee seperti ; bangun - makan - sekolah - latihan - tidur. Kehidupan yang monoton dan membosankan sebenarnya, namun sepertinya bagi mereka tidak.

"Sungguh? Kau benar-benar jatuh dengan gaya begitu?"

Namjoon kontan tidak bisa menahan tawanya. Gaya aneh yang selalu Hoseok lakukan—

Bukan, lebih tepatnya tidak sengaja Hoseok lakukan saat jatuh itu benar-benar membuat humor yang bagus bagi mereka setelah menyelesaikan latihan yang membuat lelah seluruh tubuh.

"Sungguh! Aku benar-benar terjatuh seperti ini di depan gadis yang kusuka!"

Taehyung tertawa setelah melihat telinga memerah Hoseok saat memeragakan aksi anehnya, lelaki itu benar-benar malu setengah mati. Setelah beberapa menit semua yang ada diruangan latihan ini tertawa dalam duduknya, Taehyung berdiri. Semuanya lantas menoleh dan mendongak.

"Baiklah, ayo latihan lagi!"

Semuanya berjalan lancar setelahnya. Dengan Jimin yang masih kerap kali salah dalam posisinya dan Namjoon yang terkadang bertabrakan dengan Seokjin. Semuanya kacau di awal memang. Yang mereka lakukan kini hanya berusaha demi masa depannya, impiannya. Hanya itu. Lalu, bagian aksi panggung dimulai, dengan atraksi saat lagu hampir selesai. Jungkook mengangkat Jimin yang kemudian kakinya akan menendang pelan satu persatu punggung temannya secara berurutan.

Taehyung bergerak, mengikuti irama lagu yang terputar. Taehyung menyeka keringatnya. Namun,

"Ah!"

Taehyung terjatuh tepat setelah Jimin menendang punggungnya. Entah Jimin yang terlalu keras dan terlalu bersemangat atau Taehyung yang masih belum siap pada gerakan selanjutnya. Setelah Taehyung terjatuh duduk dan meringis pelan, semua gerakan terhenti layaknya jam yang telah habis baterainya.

Jimin berlari menghampiri Taehyung setelah Jungkook menurunkannya ke lantai ruang latihan.

"Taehyung, astaga. Kau baik-baik saja?"

Taehyung berhenti meringis namun masih tetap berwajah kusut. Berulang kali ia mengelak pertanyaan yang diajukan Jimin kepadanya. Taehyung selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Ini cedera, Taehyung! Jangan membohongiku, aku sering seperti ini pada kelas contemporer sebelumnya."

Barulah Taehyung berhenti mengelak. Namjoon mengusap wajahnya kasar dan yang lainnya menghela nafas, termasuk pelatih Song yang tengah mendekati Taehyung dan anak didiknya. Sementara kini Jimin memandang Taehyung dengan penuh rasa bersalah.

"Mianhae." (Maaf)
"Hyung, kan aku sudah bilang choreo seperti ini hanya akan menyakiti yang lainnya."

Jimin menoleh dan mendongak menatap pelatih Song yang kini sedang ada di sampingnya. Taehyung menggoyangkan pelan tangan Jimin. Kepalanya menggeleng kecil saat Jimin kembali menatapnya.

"Kau bukan seorang idol, Jim." Pelatih Song menatap Jimin tajam, di sertai dengan atmosfir yang berubah mencekam. Jimin menelan ludah, masih menatap sang pelatih dengan gurat rasa bersalahnya.

"Saat aku membuat choreo membuka setengah baju di partmu saja, kau menolak. Begitu pula dengan hal ini."
"Yang benar saja. Lalu apa yang kau inginkan, Jimin?" Pelatih Song mendengus, masih tidak menjauhkan tatapannya dari Jimin. Tentu saja, siapa yang tidak marah jika koreografi yang telah ia ciptakan di protes hanya karena alasan lalai. Memangnya mereka anak sekolah dasar? Mereka sudah dewasa, dan Pelatih Song berharap mereka mengerti bagaimana menghargai susahnya membuat gerakan demi gerakan.

"Kau pikir untuk apa dan untuk siapa aku membuat choreo seperti itu?"
"Kau sekarang itu bukan idol. Kau hanya trainee yang bisa di keluarkan kapan saja saat perusahaan sudah tidak membutuhkanmu."

Jimin dibuat bungkam setelahnya, diikuti dengan wajah serius pelatih Song. Setiap kata yang diucapkan pelatih Song diberi penekanan. Pikiran Jimin masih melayang disana, memikirkan segala sesuatu yang nampak bertambah rumit di hidupnya.

"....Maaf." Lirih Jimin.

Jimin masih duduk di lantai saat pelatih Song membantu Taehyung berdiri dan memapahnya. Taehyung masih menoleh kebelakang, menatap Jimin yang kini menatapnya juga.

Keduanya berada dalam satu tatapan dan satu pikiran ; Kita semua tidak akan debut tahun ini atau kemungkinan yang terburuk adalah Jimin tidak akan bisa debut, sedangkan yang lainnya sudah menginjakkan panggung terlebih dahulu.

To Be Continued

———
Edited on 19.01.20

There For You ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang