2. You've done your best

14.5K 1.3K 28
                                    

—December, 2012.
Jimin menjatuhkan dirinya di lantai ruang latihan. Hari sudah menjelang pagi namun Jimin masih disini dan mengejar targetnya. Menjadi lebih baik dan lebih baik. Berlatih saat semua orang tidur dan begitu seterusnya.

Jimin mengatur nafasnya dan memejamkan matanya karena lelah. Mungkin bukan lelah, ia hanya tidak terbiasa dengan jadwal yang begitu padatnya.

Namun kelak ia harus terbiasa.

Jimin mengernyitkan dahinya saat pening di kepalanya memborbardir. Ia masih sibuk mengatur nafasnya saat merasa pasokan udara di paru-parunya semakin menipis. Dadanya sakit dan rasanya semakin susah untuk mengambil nafas. Lama ia bergelut dengan dadanya yang seakan-akan di tekan kuat hingga sakit rasanya. Jimin sesekali terbatuk dan menggeliat. Jimin meringkuk di lantai sembari menekan dadanya.

"Jimin?"

Jimin berusaha membuka matanya saat suara beberapa orang yang dikenalnya mendekat. Suara mengi nafasnya semakin keras saat udara di sekitarnya nyaris tidak terhirup sama sekali. Matanya sayu, keringat dingin terus menetes di pelipisnya. Tangannya membeku, badannya menggigil.

"Jimin!"

Suara desas desus panik orang di sekitarnya perlahan menghilang dan menyisakan hening yang tersisa. Jimin collapse setelah latihan intens yang ia jadwalkan setiap malam hingga menjelang pagi. Pertama kali dalam hidupnya, ia tidak sadarkan diri.

"Jimin?"
"Bisa dengar aku?"

Jimin membuka matanya perlahan dan menatap beberapa staff bighit dan teman-teman satu grupnya. Matanya masih mengerjap lemah ditambah dengan masker oksigen yang masih menempel di area wajahnya berembun saat ia sudah bisa bernafas dengan normal.

Ia menatap sebuah tangan yang menggenggamnya erat. Matanya bergerak keatas dan menatap wajah kawatir Jungkook, Taehyung beserta kakak-kakaknya. Matanya masih melihat dengan samar namun ia tahu pasti wajah teman-temannya di penuhi kekhawatiran.

"Oh, ya, Taehyung, selamat ulang tahun."

Jimin membalas genggaman tangan Taehyung dan tersenyum kecil. Hari ini ulang tahun Taehyung, ia tidak lupa.

—Maret, 2013.
Taehyung berdiri di depan pintu ruang PDnim. Mendengarkan obrolan-obrolan didalam sana. Ia tidak sengaja lewat dan menemukan sepatu milik Jimin di depan ruangan, maka dari itu ia memutuskan untuk menguping. Yah, sedikit saja tidak apa-apa.

"Maafkan aku, PDnim."

Taehyung mengepalkan tangannya. Ia sudah lumayan lama mendengarkan sejak tadi dari luar, namun yang bisa Jimin katakan di dalam sana adalah permintaan maaf saja.

"Kinerjamu buruk sekali. Sedangkan target kita di tahun ini sudah harus debut, Jimin."
"Sudah berulang kali kau kuberi peringatan dan keringanan tapi masih juga tidak menunjukkan kemajuan."
"Kami sempat ragu untuk mendebutkanmu sampai detik ini."

"Aku akan berjuang lagi PDnim, kumohon."

Taehyung memejamkan matanya. Ia membuka matanya sebal dan melangkah pergi dari sana dengan tangan yang masih terkepal kuat. Memang Jimin anggota terakhir yang masuk dalam grupnya, tapi Jimin sudah mengalami banyak kemajuan daripada sejak awal berlatih. Apa masih kurang? Kenapa hidup selalu meminta lebih? Meminta sempurna? Bung, tidak ada seorangpun yang sempurna di dunia ini.

Taehyung lantas masuk ke dalam ruang latihan dan duduk bersama teman-teman satu grupnya.

"Jimin ada diruangan PDnim lagi." Ujar Taehyung.

There For You ✔ Where stories live. Discover now