CHAPTER 46 | BERTARUNG

Mulai dari awal
                                    

Bangunnya Raskal membuat kehebohan dari segala arah. Beling yang sudah yakin dengan teman-temannya akan menang langsung kaget membuat suara-suara pendukung Raskal semakin meninggi menciptakan suasana yang semakin tak terkendali.

Raskal maju, menarik pundak Beling dengan tangan kirinya. “INI DARI TERESA BUAT LO!” suara pukulan seperti pemecah batu itu menggema membuat orang-orang yang mendengarnya jadi merasakan bagaimana sakitnya. Raskal mengeluarkan semua tenaganya yang membuat Beling kewalahan.

“DASAR BAJINGAN!”

Raskal sekali lagi menarik Beling. Memukulnya begitu keras hingga Beling hilang kendali. Verrel mendekat, menyatakan pertandingan selesai ketika Beling tak mampu bertahan.

Kedua tangan Raskal yang mengepal jadi melemas. Napasnya seirama dengan detak jantung. Detak jantung ini, panas tubuhnya dan juga perasaan ini sama ketika Teresa ada di dekatnya.

“Baik untuk yang menang kali ini. Gue nyatakan Raskal pemenangnya. Jadi Beling dilarang menganggu dan dekat-dekat Teresa.” Verrel tetap memandu jalannya pertandingannya yang telah berakhir.

Begitu Raskal dinyatakan menang. Cowok itu kaget ketika Verrel langsung mengajaknya turun. Meninggalkan Beling yang dibopong teman-temannya untuk turun. Yogi dan Saka terlihat kewalahan menghadapi Beling.

“Kenapa lo ngajak gue turun?” tanya Raskal pada Verrel namun Verrel tidak menjawab. Raskal duduk di kursi, menetralkan debaran jantungnya.

“Raskal?” panggil Teresa membuat Raskal menoleh ke belakang. Teresa turun dari tribun untuk mencapai Raskal.

“Raskal lo gak pa-pa kan?” tanya Teresa setibanya dia di depan Raskal. Yang Raskal lakukan adalah diam lalu sedetik kemudian tersenyum kecil melihat wajah khawatir Teresa meski rasa sakit ditubuhnya belum hilang.

“Sini peluk dulu.”

Belum saja Raskal menarik tangan Teresa. Perempuan itu sudah menarik diri, duduk di sebelah Raskal dan memeluk lehernya secepat angin berhembus yang membuat Verrel terkekeh di belakang.

Yang membuat Raskal terkejut. Teresa malah menangis. Di punggungnya.

“Kenapa nangis?” bisik Raskal saat tangannya menyentuh rambut Teresa lalu memberi gerakan turun, mengelus rambut halusnya. Raskal bersumpah kalau saja tidak ada teman-temannya. Sudah Raskal bawa pergi perempuan ini agar ia bisa dapat waktu berdua dengan Teresa.

“Saking senengnya gue menang ya?” canda Raskal membuat Teresa melepas pelukannya. Menatapnya dengan mata merah.

“Lo tuh ya! Ngeselin banget sih jadi orang?! Ada ya orang kaya lo Kal?!” Teresa mengomel membuat Raskal terkekeh diselingi lirihan perih di mulut karena tonjokan Beling tadi.

“Bercanda.” Raskal kembali menarik tubuh Teresa. Perempuan dalam dekapannya ini tidak menolak sama sekali. Itu artinya ada kesempatan besar untuk Raskal agar bisa menjaganya.

Beling yang baru menyaksikan itu masih berdiri di belakang Gathenk. Setelah kalah tadi teman-temannya malah pergi meninggalkannya. Tidak tahu ke mana. Hingga Beling jadi sendirian sekarang.

Beling sama sekali tidak sadar sejak tadi ia sedang menahan napas. Ia memilih pergi dari sana, meninggalkan perempuan yang membuatnya terobsesi.

“Lo kok nekat banget sih?! Kenapa lo terima ajakan Beling?” tanya Teresa dari balik punggung.

“Ya biar lo gak diganggu dia lagi.” Raskal menjawab santai.

“Dasar aneh!”

“Aneh-aneh juga dipeluk. Dipeluknya kenceng banget lagi.” Raskal kembali terkekeh membuat Teresa berdecak melepas pelukannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

180 DerajatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang