CHAPTER 25 | Di Atas Gedung Sekolah

71.7K 7K 328
                                    

Mabar ML (4)

Gathenk: E lo di mana kampret? @raskaldananjaya

Gathenk: Kal kita udah mau tampil buruan napa lo ke sini @raskaldananjaya

Gathenk: Eh monyet. Lo di mana?

Raskal tidak berniat membalasnya. Jiwa penasarannya lebih menguasai sekarang. Cowok itu mencoba mengikuti Teresa setelah kejadian tadi. Dia tahu kemana Teresa akan pergi. Ke atas sekolah. Cowok itu mengikutinya dan ia rasa Teresa pasti tidak akan sadar. Teresa menaiki tangga sementara Raskal menunggu di bawah. Menunggu agar perempuan itu sampai duluan di atas sana. Setelah memastikan Teresa di atas. Raskal menaiki tangga satu demi satu lalu sampai di atas.

Kedua matanya mengedarkan pandang. Sedikit bingung karena Teresa tidak ada di sana. Saat menoleh ke samping. Ia menemukan Teresa. Perempuan itu mencari tempat yang aman untuk duduk bersender dan meringkuk di bawah meja lapuk yang sudah berdebu. Kedua tangannya memeluk diri sendiri. Berusaha melindungi diri dari sapuan angin yang tiada henti.

Raskal langsung tertegun. Tidak disangka perempuan itu melakukan hal itu. Jantung Raskal berdegup kencang ketika melihat Teresa merunduk. Sesuatu mendorongnya untuk segera menghampiri Teresa dan melindungi perempuan itu dengan cara apa pun agar dia tidak terlihat sedih seperti ini.

"Ya Allah sakit banget." suara Teresa mengisi kesunyian. Saat mendengar Teresa menyebut nama Tuhan. Raskal tambah tertegun. Masih tidak bisa bergerak. Sesuatu yang hangat mengalir dalam darahnya. Memacu cepat detak jantungnya sampai ia bisa mendengar sendiri detak jantungnya. Dia sudah benar-benar jatuh cinta pada perempuan ini.

Raskal maju. Suara sepatu bercampur dengan batu beton terdengar. Teresa tidak peduli. Dia masih tidak melakukan apa pun. Raskal berjongkok di depannya. Memegang meja itu dengan sebelah tangan kirinya. Ia merunduk sedikit agar bisa melihat Teresa.

"Lo ngapain di sini?" Teresa yang panik melihat Raskal hendak berdiri namun kepalanya malah kepentok meja yang ada di atasnya. Teresa mengaduh kesakitan. Sementara itu Raskal masih sama dengan yang tadi. Memandangi dengan lekat perempuan ini. Mungkin yang satu ini akan menjadi kebiasaannya.

"Gak hati-hati banget sih lo," kata Raskal.

"Lagian lo ngagetin gue banget sih!" Teresa mengusap kepalanya. Dia mencoba keluar tapi Raskal tidak memberikannya kesempatan untuk keluar dari bawah meja itu. Kedua tangannya Raskal kini berada di dua kayu pinggir meja yang digunakan sebagai penyangga kayu atasnya agar bangku sekolah itu bisa berdiri tegak.

"Eh lo minggir dulu deh gue mau keluar ini kepala gue sakit banget."

"Coba aja kalau bisa," kata Raskal.

"Minggir deh gue mau keluar."

Raskal tidak memberikannya keluar. Badan cowok itu sedikit merunduk agar kepalanya bisa berada di bawah meja. Teresa memundurkan kepalanya. Kedua matanya melotot dengan bibir yang tertutup. Deru napas Raskal serta aroma badannya mulai tercium. Ditatap dari jarak sedekat ini membuat Teresa meleleh.

Wajahnya, bau tubuhnya serta manik mata seperti kristal permata hitam langit yang sangat langka itu membuat Teresa sulit bergerak. Astaga, Teresa tidak tahu kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini. Perasaan ini bahkan jauh lebih besar dari apa yang ia rasakan untuk Beling dulu. Perasaan ini lebih terasa aneh di dalam rongga dada. Seperti ada yang meledak-ledak dalam perutnya.

"Lo kenapa?" tanya Raskal berhati-hati. Sebelah tangannya sudah berada di sebelah pipi Teresa. Menyusup di antara rambut lembut perempuan itu yang tadinya menutupi sedikit wajahnya.

180 DerajatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang