CHAPTER 11 | Rumah Raskal?

83.4K 8.5K 330
                                    

Cahaya matahari mulai mengusik ketenangannya yang masih bermimpi, yang masih tenggelam dalam damai tidur yang terasa sangat panjang. Ketika kedua mata itu terbuka dan mengerjap perlahan, kesadarannya belum pulih total. Badannya kaku dan juga terasa sakit seketika. Kepalanya pun pusing. Seperti habis terhantam ke dinding.

Teresa mengamati sekelilingnya. Ini bukan rumahnya. Ini sama sekali bukan kamarnya. Matanya mengerjap cepat untuk berpikir di mana ia sekarang.

Gue di mana nih?

Teresa duduk lalu menyenderkan badannya ke kepala ranjang. Kepalanya masih pusing. Sangat pusing. Bahkan berdenyut-denyut yang membuatnya jadi susah melihat. Kamar ini berwarna cokelat bernuansa vintage.

Gara-gara mabuk nih. Gue di mana sekarang?

Teresa menyingkap selimut yang menyelimutinya tadi lalu berjalan menuju keluar kamar. Ternyata bajunya juga sudah diganti. Berbagai pikiran negatif mulai bersarang di kepalanya. Rumah besar ini bukan rumahnya. Lalu rumah siapa?

Sekarang ia mulai memikirkan mobilnya ada di mana. Ponselnya ada di mana dan juga bajunya yang kemarin ada di mana. Ketika Teresa melewati lorong rumah itu, ada jam besar yang membuat Teresa memandangnya. Sudah jam 7 lebih 30 menit. Itu artinya pelajaran di sekolah sudah mulai.

Teresa juga tidak sanggup untuk sekolah sekarang. Ia menggulung ke atas lengan baju yang ia pakai dan meniup luka yang terasa sakit. Ketika ia berjalan menuju ke dekat lemari pendek sebatas bahunya, ia melihat ada foto keluarga.

Yang membuat jantungnya berdegup keras seketika adalah cowok tinggi yang ada di tengah-tengah orangtuanya. Dia diapit pria dan wanita dan di depan cowok itu ada satu anak perempuan yang sedang memegang lengannya.

Teresa mendekatinya untuk melihat lebih jelas. Ketika hendak mengambil foto itu, ada tangan seseorang yang menepuk pundaknya yang membuat Teresa langsung menoleh ke belakang secara refleks.

"Neng ngapain?" tanyanya membuat Teresa gelagapan, seperti sedang ketahuan sedang berbuat yang tidak baik.

"Gue--eh, saya nggak ngapain kok," katanya.

Wanita yang ada di depannya ini tersenyum ringan. "Neng pasti bingung lagi di mana ya?"

"Ini rumahnya Den Raskal. Katanya Neng Teresa temennya Den Raskal."

"Saya kok bisa di rumahnya Raskal."

"Kemarin Neng dianter ke sini sama Den Raskal. Katanya Neng mabuk."

Teresa mengingat-ingat kejadian itu namun kepalanya kembali pusing. Namun samar, ia ingat kemarin ada yang membopongnya ke mobil. Dalam hati Teresa merutuk sumpah serapah untuk tidak minum terlalu banyak lagi.

"Trus yang gantiin baju saya?"

"Itu saya Neng. Saya Bi Ami. Pembantu di sini."

Teresa diam. Lalu dia paham dengan apa yang terjadi. Berbagai pikiran buruk di kepalanya pun musnah seketika setelah mendengar perkataan wanita yang ada di hadapannya ini.

Jadi ini rumah Raskal.

Dari sekian miliyar orang di dunia ini, kenapa harus Raskal?

***

Ketika Teresa kembali ke kamar yang tadi ia tempati, ia melihat ponselnya ada di atas nakas. Ternyata, saking terkejutnya di mana ia sekarang. Teresa sampai tak melihat ponselnya ada di sana. Teresa lalu membuka ponselnya lalu melihat banyak sekali chat dari kedua temannya dan Beling. Tadi ia habis makan dengan Bi Ami dan ternyata Bi Ami orang yang bersikap lembut pada Teresa. Sikap yang tidak pernah Teresa dapatkan dari wanita lainnya.

Tanggannya lalu menyentuh layar dan membawanya ke atas. Ada chat Raskal juga. Namun sepertinya chat cowok ini serius. Bukan main-main.

Raskal Dananjaya: Lo jangan ke mana-mana. Gue butuh penjelasan. Ntar pulang sekolah gue langsung pulang.

Teresa mengerti maksud dari chat itu lalu ia memilih tidak membalasnya dan melihat chat dari Beling. Ada banyak sekali. Sangat jauh berbeda dengan Raskal. Bukannya Teresa berharap hanya saja. Beling terlalu sering membuatnya jengkel setengah mati.

Gama: Kamu di mana?

Gama: Kamu di mana? Jangan buat aku gak tenang Sa.

Gama: Kata Rivka kamu bolos.

Gama: Sa?

Gama: Sa please.

Gama: Sa, kamu di mana?

Gama: Sa, kamu di mana sih?

Teresa memilih menghentikan membaca chat-chat itu dan menaruh ponselnya di atas nakas kembali. Ia beranjak ke jendela dan melihat mobilnya terparkir di depan rumah Raskal. Namun kunci mobilnya tidak ada. Kunci mobil itu pasti sengaja disembunyikan atau dibawa oleh Raskal, sebagai jaminan agar Teresa tidak kabur dari rumahnya.

Teresa tiba-tiba teringat sesuatu. Jantungnya jadi bergemuruh cepat, sampai-sampai reaksi tubuhnya jadi ikut berlebihan. Ia lalu melihat perutnya yang masih ada bekas luka jahitan. Bi Ami pasti sudah melihatnya. Pantas saja tatapannya tadi seperti itu namun wanita itu berusaha menutupinya sekuat tenaga.

Kenapa Teresa baru sadar?

Mungkin juga ia sudah melihat bekas-bekas luka di tubuhnnya. Tapi mungkin Bi Ami akan tutup mulut. Mungkin. Semoga saja dia tidak sadar dan tak mengerti apa yang telah Teresa lakukan.

Semoga saja begitu.

****

AN: Ada yang tau gak sih artis Indonesia cowok yang ganteng gitu? Yang masih mudalah. In-line di sini dong.

#Ada yang udah bisa nebak Teresa kenapa?

Instagram: PoppiPertiwi
Ask.fm: PoppiPertiwi (Kalau mau nanya gitu kan ya siapa tau)
Line: @xgv8109t (pake @)

fm: PoppiPertiwi (Kalau mau nanya gitu kan ya siapa tau)Line: @xgv8109t (pake @)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Follow Raskaldananjaya, Teresarajata, Belingmartanta.

180 DerajatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang