CHAPTER 46 | BERTARUNG

156K 9.4K 6.2K
                                    

Tempat di tribune ini sangat gelap. Teresa tidak bisa melihat apa-apa. Lampu sengaja dimatikan. Semua orang berbisik-bisik di sebelahnya tapi Teresa sama sekali tidak bisa melihat wajahnya. Hanya pengap tanpa udara. Keadaan yang sangat menyeramkan ketika Teresa sadar bahwa dia benar-benar hidup sendirian di dunia ini setelah Teddy pergi.

TENG!

Suara gong besar berbunyi memacu detak jantung. Lampu-lampu sontak menyala. Sinar-sinar menyilaukan mata menerang. Di tengah arena ada Raskal dan Beling. Beling di pojok kiri sementara Raskal jauh di pojok berlawanan. Verrel sedang membisikan sesuatu pada Raskal sementara Gathenk memijat-mijat pundak Raskal, memberi dukungan penuh pada temannya itu.

“KAL! LO RELA KAYA GINI DEMI TERESA?! DIA ITU GAK PANTES DAPET PERHATIAN LO KAL!” Douglas datang, membuat kericuhan di bawah arena.

Semua orang memandangnya. Douglas masih berdiri di bawah arena, terus mengucapkan kata-kata yang tak pantas.

“KAL! INGET KAL! TERESA ITU CEWEK BUSUK! NGAPAIN LO BUANG-BUANG WAKTU BUAT ORANG KAYA DIA?!” Douglas semakin marah di tempatnya begitu murid-murid di sekolahnya menahan badannya agar tidak menghabat pertandingan.

“Kal! Lo harus inget apa yang lo bilang dulu ke gue Kal! Gak ada cewek pun lo masih bisa hidup! Kal, turun lo!”

Verrel menepuk-nepuk pundak Raskal membuat Raskal yang terus berpikir sambil menatap Douglas menoleh.

“Ini hidup lo Kal. Bukan hidup gue, Gathenk ataupun Douglas. Lo berhak menentukan apapun yang lo mau. Kalau lo mau berjuang demi dia. Berjuang dan buktiin kalau lo pantes di mata dia.” Verrel memberikannya minuman. “Tapi kalau lo mau mundur. Lo bisa mundur dari sekarang. Masih ada waktu buat pergi dan menjauh.”

Raskal menerima air minum dingin yang diberikan Verrel. Hanya dalam hitungan detik air itu sudah raip ketika Raskal meminumnya dan membuangnya ke bawah arena tanding.

“Bener kata Verrel, Kal. Biar gue rada gak suka sama Teresa tapi gue dukung apapun keputusan lo ketika lo ngerasa itu benar. Lo bukan anak kecil lagi Kal. Lo udah besar. Udah bisa nentuin mana yang benar mana yang salah.” Gathenk memberi suara.

Raskal menatap Beling di depannya. Ia masih mempersiapkan dirinya. Seringai tipis muncul ketika Raskal masih diam mengamatinya.

“Gue, Raskal Dananjaya. Gak bakalan mundur. Ayo mulai pertandingannya.”

“Kalau lo masih ngerasa jadi temen gue. Lo naik ke atas. Dukung gue, Glas.” Raskal mengatakannya tanpa melirik Douglas.

Douglas hanya menghening di tempatnya berdiri.

“Gue yang jadi penengah. Jadi peraturannya lo berdua udah tau kan? Gak boleh nyerang anggota tubuh yang sensitif?” ucap Verrel kepada keduanya yang sudah berada di tengah-tengah area.

“Ok... ” Verrel membawa kain merah pada tengah-tengah Raskal dan Beling.

TENG!

“MULAI!” suara Verrel dan gong besar beradu menciptakan suasana mencekam. Teresa menelan ludah susah payah ketika Beling dan Raskal saling serang.

Awalnya Beling menang dengan terus menyerang Raskal tanpa ampun. Dia sama sekali tidak sadar bawah Teresa sedang duduk menonton keduanya di tempat duduk dengan perasaan teraduk.

“RASKAL!” teriak Teresa ketika Beling memberi tinjuan di perutnya membuat Raskal jatuh namun inilah pertandingan. Tidak ada yang boleh menolong. Menolong atau mati. Itulah pedoman mereka untuk pertandingan ini.

Kedua mata Teresa terasa panas karena Raskal membelanya sejauh ini. Raskal jatuh tengkurap di arena. Keringat di tubuhnya semakin banyak. Suara Gathenk dan Verrel menyuruhnya bangun dari belakang terdengar semakin keras namun perlahan menghilang karena bunyi tinggi di telinga Raskal. Ketika ia melihat Teresa barulah kedua mata Raskal yang hendak tertutup jadi terbuka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

180 DerajatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang