33. Pasca Sidang

7.6K 904 328
                                    

Saat sidang kemarin, Clarine sedikit berbohong soal latar belakangnya kemunculannya. Ia mengaku mencuri surat tersebut dari tempat Pak Raizer. Ia tidak ingin melibatkan Drina dan Dazt. Clarine juga tidak lupa meluruskan soal isu yang mengatakan kalau dia bagian dari empat pemimpin tersembunyi.

Sebagai hukumannya, Clarine diminta meninggalkan pulau dan ingatannya soal Kaum Berbakat akan disegel. Clarine pun tidak punya pilihan kecuali membawa serta semua bukti keberadaannya dari kediamannya di Kota Lango.

"Ah, ini dia gadis yang dihukum untuk menjalani kehidupan normal di luar pulau." Sosok Dazt melangkah masuk ke kamar Clarine tanpa izin. Pemuda itu bahkan menutup pintu di belakangnya dan langsung merebahkan diri di atas tempat tidur. "Aku penasaran, apa orang tuamu memiliki koneksi khusus dengan Hakim Adonia? Hukuman yang diberikan pengadilan jelas agak menggelikan. Bagaimana mungkin hukuman bagi seseorang yang membohongi publik seperti dirimu adalah dengan mengusirmu dari sini untuk beberapa tahun ke depan. Ingatanmu memang akan dikunci, tetapi kau sudah pernah kuberitahu cara membukanya, jadi sama saja."

"Aku yang harus bertanya hal tersebut padamu. Apa yang kau lakukan kali ini?" Clarine balas bertanya tanpa mengalihkan pandanganya dari barang-barang yang sedang ia kemas.

"Kalau hakim adonia ada dipihakku, kau tidak akan kubiarkan menjalankan rencana kontroversialmu sejak awal," jawab Dazt. "Ah, aku jadi ingat, Kau memanfaatkanku dalam rencanamu. Tak kusangka kau cepat belajar. Kendati aku cukup terkesan, kau harus tahu kalau aku kesal dengan perbuatanmu. Kau harus memberikan beberapa penjelasan untukku. Bagaimana kau bisa mendapatkan ingatan Queena, serta bagaimana cairan ingatan itu bisa ada di ruang sidang?"

Clarine mendengus. Ia sudah memprediksi hal ini, cepat atau lambat Dazt akan muncul dengan serentetan pertanyaan. Karena itu, sebelum Dazt berbuat hal aneh untuk mendapatkan keinginannya, Clarine segera menjelaskan. "Aku meminta Pak Krav mengambil ingatan Queena saat mereka berdansa di festival. Untuk mengelabui mata perekam gadis itu, kami memastikan lampu dimatikan dan aku membantu menggerakkan tubuh Queena agar menyesuaikan dengan lagu. Cairan ingatan tersebut kemudian disisipkan Tante Sayang saat Queena dan Telly membawa bukti-bukti tentang Katharina ke kementrian. Seperti yang sudah kau contohkan, aku memberdayakan koneksi potensial yang bisa kutemukan." Clarine kemudian melirik Dazt sejenak dan bertanya, "Apa ada lagi yang perlu kujelaskan?"

"Bagaimana kau bisa memanggil Tante Sayang? Bukankah dia sedang pura-pura mati dan menghilang entah ke mana."

"Aku menggunakan burung Floit pemberianmu." Clarine kembali berkutat dengan barang-barangnya. Ia berkata tanpa menatap lawan bicaranya. "Terima kasih untuk itu."

"Kau berterima kasih. Suatu keajaiban," Dazt berseru setengah menyindir. "Hanya saja, kenapa kau tidak melibatkan diriku?—atau setidaknya Maery? Kau membuat kami semua pusing dan menyimpan semua rencanamu sendiri."

"Aku tidak menyimpan semua ini sendiri, aku berdiskusi dengan Tante Sayang dan ayahku."

"Jangan mengarang, ayahmu tidak berkata apapun soal ini."

Clarine melirik Dazt. "Kenapa ayahku harus mengatakannya padamu? Dia ayahku, bukan ayahmu. Aku tahu kau punya kerinduan untuk memiliki keluarga yang utuh, tetapi bukan berarti kau bisa begitu saja menempatkan dirimu dalam keluargaku sebagai kakak menyebalkan yang suka ikut campur."

"Aku sama sekali tidak tertarik menjadi kakakmu. Hanya saja, orang tuamu nantinya tetap akan kubuat menjadi orang tuaku juga."

"Apa kau sedang mengancamku?"

"Apa itu terdengar sebagai ancaman?" Senyuman aneh terlukis di wajah Dazt.

Emosi Clarine semakin tersulut. "Tentu saja. Kau seakan mengatakan akan memusnakanku dan mengambil tempatku," seru Clarine kesal.

CONNECTIONWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu