29. Rencana Diam-Diam

4.9K 815 47
                                    

"Apa yang kau lakukan?" terdengar suara Dazt saat pemuda itu melangkah masuk ke kamar Clarine di rumah ZZ. "Bukankah ayahmu dengan jelas memberikan larangan padamu untuk terlibat dengan urusan Kaum Berbakat? Dan kau malah memunculkan sosok Eucharistia di depan publik. Harus kuakui itu tindakan yang menarik, tetapi kau bisa diseret keluar pulau dan dibuat melupakan tentang Kaum Berbakat dengan ramuan—"

"Aku akan bicara langsung dengan ayahku tentang masalah ini. Jadi tolong jangan mendahuluiku." Clarine berbicara tanpa mengubah posisinya yang sedang berbaring. Ia bahkan tidak membuka mata.

"Baiklah. Besok pagi berteleportasilah ke hadapan orang tuamu. Ini sudah larut dan kita perlu membahas beberapa hal. Pertama, Kenapa kau percaya kalau Katharina tidak terlibat?"

Clarine mengeram kesal sebelum bangkit berdiri. Dazt tidak akan berhenti mengganggu dirinya jika pemuda itu tidak mendapatkan jawaban. "Meski suaranya terdengar seperti Katharina, sosok itu menggunakan topeng dan jubah. Ia juga dengan sengaja mengekspos suaranya sehingga sama sekali tidak terkesan ingin menyembunyikan diri. Saat peragaan busana saja kau bisa berpura-pura sebagai Zoenoel hanya dengan topeng dan ramuan pengubah suara. Besar kemungkinan teknik yang sama juga digunakan seseorang untuk menjebak Katharina."

"Kau punya poin yang bagus," ujar Dazt, "tetapi kenapa Queena yang selalu kau curigai? Apa kau benar-benar cemburu karena dia mantanku?"

"Aku curiga karena dia mantan ketua kelompok pelindung," tegas Clarine. "Lagi pula tingkahmu jelas seperti memusuhinya. Apa kau sakit hati karena pernah dicampakkan?"

"Aku tidak sakit hati Honey. Aku sudah tahu kematiannya palsu dan aku juga tahu saat ia diam-diam menjadi ketua kelompok pelindung. Aku berpura-pura tidak tahu sebagai wujud menghormati keputusannya untuk dinyatakan mati. Jadi bagiku, ia sudah lama mati."

"Dan kau tidak bisa menghormati keputusannya untuk kembali hidup?"

"Orang yang sudah mati tidak bangkit lagi, terutama apabila dia mengaku masih hidup setelah dua tahun berlalu sejak tanggal kematiannya."

Clarine melihat secerca kepedihan di mata Dazt. Hanya sesaat, sebelum pemuda itu menyalurkan suasana hati buruknya dengan membuat masalah. Dengan gerakan tiba-tiba, Dazt bangkit dan berdiri di belakang Clarine.

"Mari kita mulai hukumanmu." Bisikan Dazt membuat bulu kuduk Clarine meremang. Posisi mereka terlalu dekat hingga nafas pemuda itu menggelitik tengkuk Clarine. Sebelum Clarine sempat bergerak menjauh, kedua tangan Dazt sudah melingkari dirinya.

"Apa-apan?" tuntut Clarine. Di rumah ZZ ini tidak ada yang bisa mendengar mereka, Clarine bebas mengamuk sesukanya.

"Aku membawa hadiah dari Zoenoel." Dazt sedikit menggoncang kotak yang ditahannya tepat di depan Clarine. Sialnya tubuh Clarine merespons berlebihan saat nafas Dazt kembali menyerang bagian lehernya. Posisi mereka terlalu dekat, apalagi saat Dazt dengan sengaja menumpukan dagunya di atas pundak kanan Clarine.

"Hal gila apa lagi ini? Lepaskan aku!" tuntut Clarine.

"Aku tidak akan beranjak sampai kau membuka hadiahmu dan jika kau menggunakan segel untuk melepaskan diri maka aku dengan senang hati menyiksamu lebih buruk dari ini."

Clarine berusaha keras menahan emosinya. Nampaknya Dazt sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk dilawan. Setelah lama berada dekat dengan pemuda itu, Clarine mulai mengerti kalau saat pemuda di belakangnya ini sedang kesal, ia akan membagi kekesalan itu dengan senang hati kepada orang lain.

"Ah, kau mau mengulur waktu agar kita berada dalam posisi ini lebih lama. Baiklah dengan senang hati. Hanya saja, bisakah kita duduk? Keram juga kalau harus berdiri lama-lama. Aku akan memangkumu dengan lebih senang lagi."

CONNECTIONWhere stories live. Discover now