21. Tante Sayang

5.6K 823 65
                                    

Keesokan paginya, Clarine nyaris jantungan saat melihat Tante Sayang melangkah keluar dari dapur. Kepala wanita itu kini ditutupi kain yang menjulang tinggi, dengan kedua ujung kain diikat di bawah dagu. Sepertinya ia menutupi topi pesulapnya dengan kain.

"Kenapa ekspresimu begitu?—ah karena ini yah." Tante Sayang melepas kain yang menutupi kepalanya dan tampaklah sesuatu yang semakin membuat Clarine melotot. Dugaan Clarine soal topi di balik kain memang benar, tetapi ia sama sekali tidak menyangka rambut hitam Tante Sayang akan ditarik ke atas mengikuti permukaan luar topi dan direkatkan ke sana.

"Tante hanya ingin membantu Mbok Na di dapur, tetapi mengingat tema hari ini adalah Topi Rambut, tidak akan menyenangkan jika kau menemukan helaian rambut di sarapanmu."

Clarine hanya bisa tersenyum seraya meyakinkan diri bahwa sarapannya hari ini aman untuk dikonsumsi. Terutama setelah melihat bubur kental bercampur sesuatu yang kehijauan dan oranye.

"Ini bubur labu dan sayuran. Penampakannya memang agak meragukan tetapi kujamin ini jelas jauh lebih enak dari muntahan kucing." Senyuman Tante Sayang merekah lebar. Sama sekali tidak ada ekspresi bersalah di wajahnya.

Clarine hanya bisa tersenyum. Untung saja Clarine sudah pernah menghadapi sesuatu yang lebih mengerikan di kelas Profesor Anggelita, jadi ia bisa memaksa diri untuk menyendokan sejumlah bubur mencurigakan tersebut.

Tak disangka, Tante Sayang ada benarnya. Bubur tak layak pandang itu terasa cukup enak di lidah Clarine. Hanya saja, ia tetap tidak yakin bisa menghabisakan satu porsi super besar yang disediakan Tante Sayang untuknya.

Pada suapan kelima belas, Clarine akhirnya di selamatkan oleh suara mobil yang berhenti di depan rumah. Beberapa saat kemudian, suara Maery terdengar menggema, "Selamat pagi. Apa kau sudah siap untuk—WOW." Sosok Maery nampak terkejut saat mendapati Clarine tidak sendiri. "Anda Pesulap Sayang?"

"Hai. Selamat pagi." Tante Sayang balas menyapa Maery. "Senangnya ada yang mengenalku."

Clarine melirik Maery dan Tante Sayang bergantian.

"Bagaimana Anda bisa ada di sini?" tuntut Maery tampak begitu terpukau.

"Aku ingin menyebutnya sebuah misteri, tetapi temanmu pasti akan menjelaskan alasannya nanti, bukan begitu Clarine?" ujar Tante Sayang.

"Eh ... yah." Clarine tersenyum canggung.

"Ayo sarapan dulu—Ah sebelum itu kurasa kita perlu sedikit sentuhan keajaiban." Tante Sayang tiba-tiba melakukan beberapa gerakan tangan yang tak biasa sebelum ia menjentikan jarinya. Bersamaan dengan suara jentikan, ratusan kelopak bunga mawar berjatuhan di sekeliling meja makan.

Selama beberapa detik suasana terasa seperti di negeri dongeng, tetapi begitu hujan bunga berhenti, semua orang bisa melihat keberadaan jala yang entah sejak kapan terpasang di langit-langit ruangan.

"Ini sebenarnya untukmu Clarine." Tante Sayang menyempatkan diri menyampaikan kata sambutan. "Hanya saja, berhubung temanmu begitu ramah dan menyenangkan, ia jelas layak diberi sedikit hadiah. Kuharap kau mau mengerti, akan kusiapkan kejutan lain untukmu, aku janji."

Clarine memasang senyuman kaku, masih tidak percaya dengan apa yang tengah terjadi. Sementara Maery tampak tersenyum sumringah. "Ini benar-benar indah, terima kasih."

"Senang kau menyukainya," ujar Tante Sayang kepada Maery. Ia lalu beralih menghadap Mbok Na, "Tenang saja, aku yang akan membersikan ini semua sebelum pergi."

***

"Kau tidak tahu dia itu pesulap yang akhir-akhir ini populer?" pekik Maery saat ia dan Clarine berkendara ke sekolah. "Pesulap Sayang menyumbangkan semua hasil pertunjukannya dan hanya hidup di sebuah rumah pohon. Dia itulah yang disebut-sebut rival Om Valerius. Kurasa Valaria tidak akan begitu senang jika tahu Pesulap Sayang tinggal di rumahmu."

CONNECTIONWhere stories live. Discover now