14. Dua Jiwa

5K 746 29
                                    

   "Whoa. Clarine? Tak kusangka kau tipe agresif." Dazt tersenyum aneh saat mendapati Clarine mendatangi kamar pemuda itu. "Apa ini akibat peragaan busana kemarin? Merasakan sesuatu dan akhirnya kangen padaku—ah, kau pasti ingin aku menyamar sebagai Zoenoel lagi agar kau bisa memelukku. Tampaknya Zoenoel yang asli masih tak mengacuhkanmu, kasihan."

Mengabaikan perkataan gila Dazt, Clarine langsung mengutarakan tujuan kedatangannya, "Apa menurutmu aku melakukan kesalahan fatal jika membuat Faithy percaya ia bisa mengaktifkan segel?"

"Kau sudah memberitahu Faithy soal dugaanmu akan bakatnya?" Dazt balas bertanya.

Clarine mengangguk. "Dia sudah mencoba menggambar beberapa kali, tetapi ... Aku sama sekali tidak bermaksud memberinya harapan palsu. Hanya saja, melihat ekspresi Faithy saat beberapa kali gagal, aku refleks menggerakkan benda itu."

"Kalau kau benar soal kemampuan Faithy, maka itu bukan masalah. Jika dugaanmu salah, itu akan sangat menyakitkan untuknya dan jelas akan menjadi bencana. Sejauh ini kau sudah membuat Eka murka dan aku kehilangan langganan penjahit hebatku—"

"Kau yang mengusulkan ide untuk menyibakkan tirainya," sangga Clarine.

"Aku mengusulkan, bukan melakukannya. Ada perbedaan besar antara keduanya."

"Kau tak hanya mengusulkan, kau menghasutku."

"Whoa, kau menuduhku sekarang?"

Clarine mendengus keras sebelum membalik badan dan melangkah pergi. Tak ada gunanya ia lebih lama di sini.

"Kau sudah mau pergi?" tanya Dazt. "Kukira kau akan menginap. Kau tak mungkin datang sejauh ini hanya untuk menanyakan satu pertanyaan bukan?"

"Aku hanya sekalian mampir. Orang yang ingin kutemui ada di bawah," Clarine menjawab tanpa berbalik ataupun menghentikan langkah. Ia bisa saja mengabaikan pertanyaan itu, tetapi Clarine merasa perlu untuk menegaskan alasan kedatangannya agar Dazt tidak besar kepala.

Sembari berjalan, Clarine merutuki dua tindakan impulsifnya hari ini. Pertama pada Faithy dan yang kedua saat ia dengan bodohnya mendatangi Dazt.

Seakan belum cukup siksaan dengan Dazt, Clarine masih harus menghadapi Glassina.

Zoenoel memang memintanya untuk tidak ikut campur, tetapi Clarine tetap saja merasa tidak enak. Apalagi hingga sekarang, tidak ada yang mau memberitahunya tentang siapa yang ditugaskan Zoenoel untuk merawat Glassina. Satu hal yang membuat Clarine semakin penasaran adalah wajah marah Glassina setiap kali ia bertanya perihal identitas sang perawat misterius. Glassina pasti akan selalu mengamuk jika pembicaraan itu disinggung. Gadis itu bahkan menyebut sang perawat dengan kata Monster. Karena itu, sesekali Clarine sengaja datang mengunjungi Glassina, dengan harapan bisa berpapasan langsung dengan si perawat.

Sialnya, pada kesempatan kali ini, kunjungan Clarine kembali diwarnai dengan percakapan gila. Glassina kembali kumat. Ia seakan mengalami gabungan gejala mabuk dan kesurupan.

Sama sekali tak bisa diprediksi kapan sosok transparan Glassina akan berteriak, kapan ia akan duduk meringkuk ketakutan, menangis seperti bayi, atau justru mengadakan aksi curhat yang tak terduga. Untung saja Glassina masih terikat dengan segel pengunci gerak, kalau tidak, gadis itu pasti sudah berhasil melukai Clarine.

Jika Clarine tidak pernah mengalami pengalaman dengan Deslia, ia tidak yakin akan kuat menghadapi pertemuan dengan Glassina. Entah apa yang akan terjadi jika Drina, Maery atau Ryn yang diberi tugas menjaga Glassina saat ini. Tanpa sadar Clarine tersenyum sendiri membayangkan.

"Mama Sisca akan memberimu pelajaran jika kau menertawaiku," tegur Glassina sebelum ia tertawa sendiri.

"Jika kau tidak diam, aku yang akan melaporkanmu kepada Mama Katy. Dia akan memberimu pelajaran." Clarine balas mengancam.

CONNECTIONWhere stories live. Discover now