DELAPAN

192 14 2
                                    


Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, membuat seluruh murid SMA Bintang berhamburan ada juga yang singgah dulu dikantin sebelum pulang menuju ke rumah nya.

Leta lagi membereskan buku nya yang berserakan di atas meja, lalu memasukan ke tas ransel nya setalah selesai Leta langsung keluar kelas karna Nia sudah nunggu di depan kelasnya.

Nia dan Leta langsung saja menuju gerbang sekolah,di setiap perjalanan mereka sesekali tertawa membahas hal yang menurut mereka lucu.

Sesampai di depan gerbang sekolah, mereka menunggu angkutan umum yang biasa mereka naiki disaat mereka lagi menunggu angkutan umum, tiba-tiba terdengar suara deru motor besar yang menghampiri mereka. Dan berhenti tepat di hadapan mereka.

Leta yang melihatnya keheranan, cowok itu membuka helm fullface-nya lalu tersenyum sangat tipis tapi masih bisa di lihat oleh Leta.

"Lagi nunggu angkot?" Gabriel mematikan mesin motor nya sesaat, Ya, cowok itu Gabriel.

"Iya,"jawab Leta seraya mengganggukan kepala nya.

Gabriel melirik Nia sebentar lalu mata nya teralih lagi ke Leta, "Gue anter pulang yuk,"

"Eh? Nggak usah gue pulang sama Nia aja, lagi nya geh gue takut lo mau main dulukan sama temen-temen lo." Leta menolak ajakan Gabriel secara halus, lagi nya juga Leta merasa tidak enak sama Nia kalo pulang bersama Gabriel.

Gabriel diam sesaat mencerna ucapan Leta yang menolak nya secara halus, tapi Gabriel mencoba mengerti kenapa Leta menolak ajakan nya. Gabriel mengganggukan kepala nya.

"Yaudah, kalo ada apa-apa chat gue."

Setelah mendapatkan anggukan dari Leta, Gabriel memakai kembali helm fullface-nya lalu menyalakan mesin motor nya dan perlahan menjalankan motor nya meninggalkan area sekolah nya.

Angkutan umum yang biasa Leta dan Nia naiki akhir nya datang juga, tanpa membuang-buangkan waktu Leta dan Nia langsung menaikinya.

"Lo ada apa sama Gabriel?" akhir nya pertanyaan yang sedari tadi berkeliaran di kepala Nia ditanyakan juga ke Leta.

Leta menoleh ke arah kirinya "Ha? Gue nggak ada apa-apa lagi sama Gabriel, hanya sebatas teman,"

Nia menatap Leta curiga, "Bohong! Gue perhatiin akhir-akhir ini lo sama dia deket banget kaya nya,"tuduh Nia.

Leta menghembuskan napas nya dengan sabar,"Emang salah kalo gue deket sama dia sebagai teman, nggak kan?"

Merasa tidak punya jawaban lagi, Nia hanya bisa mengerucutkan bibir nya, kesal.

****

Pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung, guru di depan sedang menjelaskan materi hari ini semua murid mata nya tertuju fokus terhadap papan tulis. Memang, bel masuk sudah berbunyi semenjak tiga puluh menit yang lalu.

"Kalo ada yang tidak kalian pahami,seilakan tanyakan dimana yang kalian nggak ngerti. Paham?" Bu Mita menyudahi menjelaskan materi hari ini, lalu Bu Mita mengecek si buku Agenda siapa saja yang tidak masuk.

Tokk Tokk Tokk

Ketukan pintu membuat semua mata terpokus pada arah pintu, tidak lama ada tiga murid yang terlambat dan itu membuat Bu Mita kesal terhadap mereka. Setiap jam pelajaran Bu Meta itu murid selalu telat, tidak hanya di pelajaran Pak Caryo saja ternyata.

Gabriel, Dion, Legi, hanya memandang Guru itu dengan tatapan datar nya.

"kemana saja kalian jam segini baru dateng? Dikira ini sekolahan punya nenek kalian ha!" Bu Meta sudah merasa kesal banget terhadap mereka.

"Kesiangan Bu," Legi menjawab nya dengan ekspresi malas nya.

Bu Meta menghembuskan napas nya secara kasar, sambil memijit pelipis nya pusing terhadap murid tiga ini, lalu mereka di izinkan untuk duduk dan mengerjakan soal yang tadi sempat di berikan oleh Bu Meta.

Tumben masuk si Legi? batin Leta bertanya, memang beberapa hari ini Legi tidak masuk, keterangan nya sih sakit tapi Leta tidak tahu sakit apa yang menderita Legi sampai-sampai jarang masuk.

Pelajaran Bu Meta akhir nya selesai juga, membuat semua murid di IPA1 bernapas lega.

Akbar berjalan keluar kelas, tidak lama Akbar masuk lagi ke dalam kelas dan itu membuat Leta melihatnya ke heranan. Disaat Akbar menuju meja nya tidak sengaja Akbar melihat ekspresi Leta yang melihat Akbar kebingungan,lalu Akbar menghampiri ke meja Leta yang sedang membaca Novel nya.

Akbar sudah berada tepat di hapadan Leta, dan Akbar duduk di depan bangku Leta membuat Leta mengernyitkan dahi nya.

"Kenapa lo ngeliatin gue gitu banget?" Tanya Akbar seraya menaikan alis nya sebelah.

Leta memundurkan kepala nya sambil mengernyitkan dahi nya, "Dih, pede banget lo siapa juga yang ngeliatin lo!"

Akbar terkekeh "Oya? Pasti lo kepo kan sama gue?"

Leta hanya menggelengkan kepala nya dan mata nya tetap terfokus pada Novel yang Leta baca, mencoba tidak mengubris ucapan Akbar barusan.

Merasa ucapan nya tidak ditanggapi oleh Leta, sekarang gantian Akbar yang kepo sama Leta.

"Lo lagi apa sih? Sampe gue ngomong nggak di dengerin," mata Akbar tertuju pada buku yang berada di tangan Leta.

Leta melihat Akbar malas,"Ngatain gue bisa kepo, tapi sendiri nya yang kepo."

Merasa tersindir oleh ucapan Leta barusan Akbar malah gencar mengganggu cewek satu ini.

"Biasa aja kali baca nya, nggak usah serius-serius amat." ucapan Akbar tetep tidak di gubris oleh Leta.

"Gue berasa omong sama patung!" Akbar terus mencoba mengganggu Leta, sampai Leta kesal terhadap Akbar.

Raga Leta memang ada di hadapan Akbar, tapi pikiran nya lagi berkeliaran di dunia imajinasi nya membayang betapa beruntung nya jadi si cewek yang berada di Novel itu.

Akbar bosan, merasa di kacangi oleh Leta dari tadi cewek itu hanya terfokus pada dunia nya.

"Leta,jajanin gue kek beliin permen aja deh," Akbar memukul lengan Leta,pelan.

Mata Leta langsung menatap sosok cowok yang masih ada di hadapan nya, memasang muka sok ganteng nya. Menurut Leta.

"Ya, beliin permen kan bentar lagi bel istirahat tuh,"Akbar tetap membujuk nya agar Leta membelikan permen kesukaan Akbar, dan itu permen karet.

Leta menutup Novel nya dengan kasar sampai menimbulkan suara hingga terdengar kebarisan ke tiga.

"Nggak, Nggak ada uang! Emang lo nggak di kasih uang apa sama orang tua lo,"

"Dikasih sih ayolah,Ta jajanin gue cuma beliin permen doang." Akbar masih tetap membujuk Leta.

"Nggak ah, gue males buat turun nya!" Leta tetap nolak keinginan Akbar.

"Yaudah! Gue aja sini yang beli mana uang nya?" dengan semangat Akbar menyodorkan telapak tangan nya, bermaksud meminta uang kepada Leta.

Leta tersenyum manis,"Gue beliin lo permen, lo beliin gue coklat pasta dua gimana?"

***

YEAY! AKHIR NYA BISA LANJUT CERITA INI SORI LAMA HEHE. SEBELUM NYA MAKASIH YANG SUDAH BACA CERITAKU SAMPAI PART INI SEMOGA TETAP SUKA YA SAMA CERITANYA😂😂😂

YAUDAH SEGITU AJA, YANG PENTING LANJUTKAN?? HEHE

JANGAN LUPA VOTE N KOMEN

Salam dari WitaPrasetyoAnanta

Tanpa KepastianWhere stories live. Discover now