EMPAT

354 23 3
                                    

"Muka nya judes amat neng di apain sama Akbar? " goda Irfan sambil memainkan alis nya. Leta melirik nya dengan sinis.

"Berisik!"

"Wihs galak arghh" Irfan menirukan kucing yang ingin mencakar orang.

Leta memutar bola mata nya dengan malas. Baru saja Leta ingin menuju ke meja nya,tiba-tiba ada yang menepuk pundak nya. Leta menoleh ke belakang.

"Apaan!"

Akbar yang mendapat respon seperti itu, malah tersenyum lebar. "Jangan marah dong. Nanti gue beliin Coklat pasta deh" bujuk Akbar. Kalo Leta terus-terusan marah padanya, terus Akbar nangguin siapa dong? Kalo bukan selain Leta.

"Lo nyogok gue supaya gue nggak marah? Gitu? " Leta menatap Akbar dengan tatapan tajam nya. Tapi bagi Akbar nggak ada apa-apa nya.

Akbar yang di tanya seperti itu malah cengengesan nggak jelas. Leta yang melihat Akbar seperti itu malah tambah malas. Tapi bukan Akbar nama nya kalo nggak bikin Leta tertawa lagi.

Akbar mengajak Leta untuk duduk di samping nya. Tidak lama Akbar menyodorkan dua Coklat pasta, yang nggak tau dapet dari mana. Yang tiba-tiba sudah ada di saku celana abu-abu nya. Leta menerima nya.

"Mau denger cerita gue nggak? Cerita Athar pas SMP-dulu. "Akbar menatap Leta dari samping,yang sedang membuka bungkus Coklat Pasta nya.

Leta menoleh ke arah Akbar yang berada di sebelah kiri nya. "Boleh. Emang Athar kenapa pas itu? " sesekali memakan Coklat Pasta nya.

Akbar mencerita dimana Athar di hukum di depan kelas bersama Irfan, Athar dan Irfan meledeki guru yang berdandan nya terlalu tebal. Alhasil itu membuat Athar dan Irfan mengeluarkan banyolan nya, saat Athar berkata sedikit menyinggung kepada guru itu,padahal niat Athar dan Irfan hanya sebuah candaan.Guru itu malah menghukum nya dengan berdiri menghadap tembok layak nya seperti cicak. Tapi Athar dan Irfan sudah di hukum seperti itu, tetap saja mulut nya tidak bisa diam,dan membuat sekelas tertawa terkecuali guru yang menghukum mereka.

Leta yang mendengarkan cerita Akbar ia tertawa lepas,menurutnya, itu lucu. Ternyata Athar pas SMP-nya bandel tidak jauh beda dengan Irfan. Tapi Akbar tidak sebandel teman nya, yang suka meledeki guru yang berdandan terlalu tebal.

Akbar senang melihat Leta tertawa seperti itu. Tenyata mood Leta itu bisa berubah-ubah di setiap jam nya.

"Serius Athar sama Irfan waktu itu kaya gitu? " tanya Leta di sela-sela tawa nya. Sedangkan yang di tanya hanya menggaguk saja sambil terkekeh.

"Bandel pokoknya. Tapi gue mah nggak." Akbar tersenyum manis.

"Prettt"

Spontan Akbar mengacak-ngacak pucuk kepala Leta. Leta yang diperlakukan seperti itu sama Akbar hanya mendengus kesal. Akbar tertawa renyah.

****

"Ta nanti kita nonton yuk. Gue bete di rumah." ajak Nia di sela-sela menulis nya.

"Yaudah. hayu, pulang sekolah? "

"Boleh. "

"Kalian mau kemana?" Athar yang tiba-tiba nyambung dalam obrolan Leta dan Nia.

"Kita mau ke... Kepo! " Leta menekan kata 'Kepo'. Sedangkan Athar hanya menghela nafas nya dengan sabar. Ngadapin omongan Leta seperti itu.

Akbar dan Irfan yang melihat ekspresi Athar seperti itu,hanya ketawa garing. Tapi membuat Athar menjadi kesal terhadap ke dua teman nya.

Tanpa KepastianWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu