"Gue serius. Lo siapin aja honornya, gue untuk detailnya bakal dijelasin sama Sarah sepuluh menit lagi. Oke?"

"Beneran perfect?"

"Ninety eight percent!"

"Dua persennya?"

"Dua persennya baru akan keliatan kalo fotonya udah gue kirim dan lo liat sendiri."

"Kalo ada apa-apa, elo yang tanggung jawab ya pokoknya? Gue rekam nih, teleponnya!"

"Deal! Udah, percaya sama gue!"

Suara rekaman itu sangat jelas. Kenapa juga saat mereka menelepon, tak ada gangguan sama sekali? Meta berharap kemarin ia menjawab 'Tidak' saja kalau tahu buntutnya akan seperti ini. Lagi pula bos mana yang bersih-bersih hotelnya sendiri? Pakai seragam pegawai hotel pula. Mana Meta tahu kalau pria bernama Rafka-Rafka itu pemiliknya. Yah, milik keluarganya berarti miliknya juga, kan?

Kalau benar dia bos besar, orang-orang seperti itu biasanya hanya memiliki dua kemungkinan kalau—yah, rencana apa pun yang mereka miliki itu diusik. Yang pertama hanya menganggap semua ini angin lalu, dan yang kedua—yang paling Meta takuti—membalaskan dendam mereka tanpa ampun. Bisa saja mereka akan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh Meta karena Meta telah mengusik ketenangan mereka.

"Ngapain sih teriak-teriak lo berdua?" tanya Gale pada Fiki. Ia yang baru saja datang ke studio mendadak bingung ketika mendengar teriakan heboh Fiki dan Meta.

"Bukan gue Mas, tapi..." adu Fiki sambil diam-diam tangannya menunjuk Meta, membuat Gale mengalihkan perhatiannya dari Fiki ke Meta.

"Ngapain lo?" tanya Gale ingin tahu.

"Le, gue mau dibunuh. Bisa jadi mereka nyewa pembunuh bayaran buat ngebunuh gue!"

Gale menaikkan satu alisnya ketika mendengar jawaban ngawur Meta. "Apaan sih lo, Met. Ngebunuh elo nggak ada untungnya. Daging lo udah pait, alot pula."

"Le, gue serius?!"

"Kenapa sih bos lo, Fik?"

"Ehm... Jadi gini Mas..." Fiki menceritakan kejadian sesungguhnya yang terjadi saat mereka di Batu, dari awal hingga akhir, tanpa kecuali. Mungkin sedikit ditambah bumbu agar lebih heboh.

Begitu mendengarnya, mata Gale membelalak tak percaya. "Hah? Yang bener?"

"Bener, Mas. Itu yang di akun Lambe Tumpah. Waktu gue buka akun dia, udah diprivat," adu Fiki lagi. "Tapi kayaknya sih bener, gue masih inget banget gimana mukanya."

"Tapi menurut gue, seharusnya nggak masalah sih, Met. Lo bayangin, lebih heboh mana kalau ketahuan Evelyn foto sama cleaning service hotel sama yang punya hotel. Gue yakin fansnya nggak bakal rela lo sandingin dia sama mas-mas cleaning service." Ucapan Gale kali ini setidaknya bisa diterima oleh akal sehat Meta. Ada benarnya juga, dan hal itu memberikan sedikit ketenangan untuknya. "Paling-paling bentar lagi beritanya juga ilang."

Meta benar-benar berharap kalau apa yang Gale ucapkan itu benar. Seiring berjalannya waktu, pasti berita ini akan menghilang begitu saja.

"Pokoknya kalo gue yang ilang, lo harus cari mayat gue sampe ketemu."

***

Beberapa hari ini Rafka benar-benar tidak bisa melepaskan diri dari ponselnya. Ia telah mencoba berbagai cara untuk bisa terhubung dengan kedua orang penghancur rencananya itu. Pak Kamal diam-diam membantunya mencarikan kontak agar ia dapat menghubungi Evelyn, sedangkan ia sendiri mencari informasi tentang si medusa sialan itu.

Pandora BossWhere stories live. Discover now