4. Again

7.6K 343 8
                                    

    ~Kadang yang manis di awal itu paitan di akhir~

Alysia Zein

_________________________________________

“Mana HP gue?” tanyaku.

“Ini, gue udah kasih nama gue di kontak lo.” jelasnya sambil mengulur HP gue.

Wajahku masih kusut karena ulahnya tadi pagi yang membuatku kesal.

“Lo nggak pernah berhenti belajar apa gimana sih? Galeri lo isinya foto materi semua. Lo masih normal?” tanyanya.
“Lha emangnya kenapa?”
“Biasanya tuh kalau cewek suka selfi gitu, lah ini foto soal semua sama teori.” jawabnya.
“Lo nyari foto gue?” tanyaku.
“Iya.”

Aku sedikit kaget dengan pernyataannya barusan.

“Untuk?”
“Lo bilang kata itu udah  berapa kali. Emang harus ya.. gue kasih alasannya kenapa?”
“Iya.”
“Kalau gue suka sama lo, harus gue kasih tau juga alasannya kenapa?”
“Iya.”
“Kalau gue suka sama lo tanpa alasan gimana?”
“Emangnya lo suka gue? Enggak kan , udah ah, mau cabut dulu.” kataku lalu pergi.

😊😊😊

Sekembalinya ke dalam kelas, aku menemui ketiga sahabatku di sana yang duduk menunggu dengan setia.

“Gimana HP lo?” tanya Sabrin.
“Udah balik kok.”
“Nah ini nih, jelasin dong gue nggak paham.”

Aku melihat contoh soak milik Sabrin.

“Dibuku ada, halaman 186.” kataku.
“Lo nyimpen semua itu jawaban di otak lo ya?” tanya Fina.
“Enggak , kebiasaan aja jadi gue hafal.” jelasku.
“Segitu pinternya.”

Kami asyik membaca materi.

“Si Devan bilang apa aja tadi ke lo?” tanya Diba.
“Di bilang gue nggak normal.”
“Kenapa gitu?” tanya Sabrin.
“Katanya gue nggak pernah selfie dan isinya galeri cuman soal.” jelasku.
“Gara-gara itu aja dikatain nggak normal?” tanya Fina.
“Iya, emang kenapa?”
“Padahal menurut gue dia nggak jauh beda dari lo. Lo nggak tau? Dia peringkat 1 anak IPS 1 .”
“HAH?!”

Aku tercengang, seolah tak mempercayai.

“Seriusan?”
“Iya.”
“Nggak pernah bawa buku, pinter juga tuh orang.” kata Diba.
“Jadi pengen punya cowok kayak Devan.” kata Sabrin.

Aku bergidik ngeri. Membayangkan suka dengannya saja ingin membuatku muntah bagaiamana bias membayangkan berjodoh dengannya.

😊😊😊

Bel pulang sekolah tiba, aku segera menuju gerbang luar menunggu angkutan umum di halte.
Tapi siapa sangka yang menjemputku di halte, Devan lagi.

“Bareng gue aja.” tawarnya.
“Ogah!”
“Bakalan lama nunggunya, gue anterin aja.”
“Gak!”
“Buset galak amat Neng.”

Aku terdiam.

“Kalau nunggu di halte, bukuya masukin tas jangan ditentengin terus.”
“Suka-suka gue.”
“Kalo gini caranya gue malah jadi tertarik sama lo.” ucapnya.
“Gausah nglantur Devan.”
“Serius.”

Akhirnya angkutan kota datang menjemput. Aku segera naik dan duduk. Dari jendela aku melihat dirinya dan motornya yang masih terparkir di sana, yang kemudian pandangannya semakin hilang dan menjauh.

Aku tak ingin mempedulikan apa yang dia katakana sebelumnya dan barusan. Aku juga tau kalau Papa nggak mengizinkan aku punya hubungan lebih dengan laki-laki. Eh -_-

Maksudnya, belum boleh pacarana, tapi siapa juga yang mau sama Devan.

😊😊😊

Kemudian ponselku berdering. Aku membukanya, rupanya dari Adhita. Adhita itu teman masa kecilku, dia laki-laki bukan perempuan. Panggilannya Adhit.

Muncul tokoh baru namanya Adhit, tapi hubungan apa yang bikin Adhit ini deket sama Zein? Entah, jawabannya di chapter selanjutnya.

Jangan lupa divote❤..Thanks.

Rebrrica [COMPLETED]Where stories live. Discover now