3. Kenal

8.6K 396 6
                                    

~Kalau kamu sekarang belum mengenalku maka kenalilah aku sesuai apa yang kamu lihat jangan apa yang kamu dengar~

Devan Kevaldo

_________________________________________

ZEIN POV

Setelah sampai rumah, aku merebahkan diri di atas kasur, mengamati sekeliling kamarku yang bercat coklat ini. Aku memandang buku-buku yang bertumpukan di atas sana. Jika di tanya itu buku apa? Jawabannya adalah latian soal dan ringkasan. Dan jika kalian bertanya dinding ku penuh hiasan apa ? Jawabannya adalah sticknote.

Aku menutup kedua mataku, merasakan sore yang begitu cerah. Cahaya matahari menembus kaca jendela dan masuk ke kamar. Lelah.

Aku pun segera membuka isi tasku, mengerjakan tugas yang diberikan hari ini. Mengerjakan setiap detailnya dengan teliti, kemudian ponselku berdering.

+628311100110
Ini Zein?

Alysia Zein
Ya. Ini siapa?

+628311100110
Devan. Zein,  save nomer gue.

Alysia Zein
Untuk?

+628311100110
Nggak usah banyak nanya, simpen aja.

Kemudian aku hanya membaca pesannya saja, belum membalasnya. Apa sih coba? Gajelas. Lalu,  Devan Kevaldo, ketos yang tadi memberi hukuman aneh. Aku segera menyingkirkan pikiran-pikiran yang bikin nggak focus, dan kembali pada hal yang sedang kukerjakan sekarang. Ponsel berdering lagi, notif Whatapps muncul.

+628311100110
Zein?

+628311100110
Zein?

Alysia Zein
Lagi ngerjain tugas.

+628311100110
Oke, ntar kalo udah selesai bilang gue. Save jangan lupa.

Kemudian aku mengambil buku soal-soal sosiologi dan mengerjakannya. Penat.

😊😊😊

Keesokan harinya, dikelas. Aku bersama Fina dan Diba sedang ngobrol pagi.

“Zein, kemarin Devan mint anomer lo.” kata Fina.
“Jadi biangnya elo Fin, kemarin dia chat terus suruh nyimpen nomernya dia.” ujarku.
“Naksir lo jangan-jangan!” kata Diba.
“Enggak lah, dari sekian cewek kenapa harus gue coba?”

Kemudian ada orang yang datang mengetuk pintu kelas, aku menoleh.

“Zein sini lo!” ujarnya.

Semua anak kelas memandangiku, tapi kedua temanku ini malah tertawa kecil. Aku menghampiri Devan.

“Kenapa?”
“Buset dah, lo dichat galak amat sekarang lembut amat, kepribadian ganda lo emang!” Devan ngoceh.
“Jadi?”
“Jadi gue mau minjem HP lo bentar.”
“Untuk?”
“Gue lagi butuh banget.”

Kemudian aku meminjamkan Ponselku padanya.

“Yah kontak gue nggak dissave.” Ujarnya.
“Emang harus ?” tanyaku.
“Iya.”
“Kenapa?”
“Pengen kenal aja sama lo. “

Semua anak di kelas yang mendengar hal tersebut langsung bersiul siul dan bersorak “Cie..”.
Aku menatap garang Devan.

“Hukuman buat lo karena lo udah nggak nurutin permintaan gue, HP lo gue sita!” ujarnya lalu pergi.
Aku menyusulnya di kelasnya 11 IPS 1 yang tepatnya di sebelah kelasku. Berlari mengejarnya ke sana dan kemari. Bagai pelari sprin yang begitu cepat karena seolah dibatasi waktu.

“Sampe istirahat pertama, gue balikin.” Ujarnya dengan napas tidak teratur.
“Oke.”

Aku kembali ke kelas. Fina dan Dibba sudah memandangiku dengan wajah penuh kemenangan.

“Kenapa tuh ketos?” tanyanya.
“Tauh ah!”

Aku merasa sedikit kesal.

“Itu ketos dia cari perhatian ke lo. Peka lo makanya! Jangan buku mulu!” kata Fina.
“Setahu gue juga, ketos itu nggak pernah seusil itu ke cewek.” tambah Fina.
“Apaan sih? Enggak kok.”
“Santai, Devan nggak kayak Megan.” kata Fina.
“Idih! Apa peduli gue?”

😊😊😊

Jam istirahat pertama, aku menunggu Devan di taman belakang sekolah. Di sana nggak terlalu rame. Tapi 5 menit udah berlalu Devan belum dateng juga. Akhirnya aku membuka sketch book kecilku dan menggambarnya dengan menggunakan pensil. Wajah siapa? Entah, yang jelas seorang pria.

“Suka nggambar?”

Aku menutupnya rapat-rapat.

Baca terus, bakal rutin update. Cerita udah dalam imajinasi yang akan segera dituangkan. Enjoy reading !Vote!!!😣

Rebrrica [COMPLETED]Where stories live. Discover now