"Eifel I'm In Love"

8.2K 762 7
                                    

Pagi ini setelah bangun tidur, Dira memeriksa catatan kecilnya. Hari ini, tepatnya sore nanti perjalanan harus berlanjut ke Venice. Satu tempat yang belum di datanginya. Menara Eifel. Landmark Paris yang harus dikunjungi.

“Revan, kita belum ke satu tempat penting!” Dira menghampiri lelaki yang sedang sibuk merapikan tasnya.

“Eifel. Aku tau.” Lelaki itu menutup tasnya. Lalu menatap Dira. “Bereskan barang-barangmu. Kita check out dan ke Eifel sebelum sore.”

“Tunggu sebentar.” Dira mengangguk semangat. Meraih tasnya, membereskan seluruh barang dan menjejalkannya di dalam carrier.

Dalam waktu cukup singkat, mereka sudah keluar dari hotel membawa tas besar yang di gendong di punggung. Beruntung keduanya menemukan tempat penitipan barang di sekitar bandara. Masih ada cukup banyak waktu untuk penerbangan selanjutnya ke Venice.

Disinilah mereka sekarang. Berganti kendaraan dari Metro menjadi RER. Ikut berdesakkan dengan penumpang lain yang kemungkinan bertujuan ke Eifel. Bisa ditebak karena hampir sebagian besar dari mereka berpasang-pasangan. Mungkin jika penerbangan ke Venice bukan sore ini, Dira ingin melihat menara tinggi itu di malam hari.

“Apa kita akan naik ke puncaknya?” Tanya Revan sambil melihat brosur tentang Eifel Tower.

“Tentu saja. Akan lebih terasa berlibur ke Paris jika sudah melihat Kota dari ketinggian.” Dira menjawab yakin.

Revan hanya menuruti. Lelaki itu membunuh rasa bosannya dengan melihat sekeliling kereta. Banyak pasangan sedang bersenda gurau, bahkan berciuman di atas kereta. Pemandangan yang tidak akan pernah di dapat jika menaiki KRL di Jakarta.

RER berhenti di stasiun Bir-Hakeim. Setelah itu keduanya mengikuti arus penumpang keluar stasiun. Bahkan dari tempat mereka berdiri sekarang ini, menara tinggi landmark Paris itu terlihat menjulang kokoh. Inilah dia tujuan utama orang-orang datang selain shopping atau belajar tentang seni.

Dira dan Revan berjalan menyisiri Seine Riviera. Beriringan dengan canggung dan cukup berjarak. Sangat kontras dengan beberapa pasangan yang berjalan sambil menautkan jemari mereka. Ada pula yang berjalan santai sambil saling memeluk pinggang. Pemandangan tersebut membuat keduanya tidak nyaman. Mungkin seharusnya mereka tidak pernah kesini. Ke Eifel. Sudah bisa dipastikan bahwa setiap pengunjungnya akan memamerkan kemesraan. Untuk apa datang dengan seorang yang belum seminggu dikenal. Status pertemanan itu pun terasa meragukan diantara keduanya. Mungkin cukup dikatakan rekan seperjalanan. Saling menagmbil untung untuk liburan yang mungkin hanya akan terasa hampa jika dilakukan sendirian.

Langkah kaki keduanya terhenti di area menara. Terlihat antrian tiket juga antrian menuju lift. Dira memandang Revan yang juga sama memandangi Dira. Ada keraguan di mata keduanya untuk naik ke puncak menara. Tapi entah apa yang dipikirkan Revan. Lelaki itu menggenggam tangan Dira. Membawanya ke loket untuk membeli karcis. Lalu masih menggenggam tangan wanita itu, mereka mengantri untuk masuk dalam lift.

Setengah jam berlalu, dan mereka sudah berada di puncak. Angin kencang tak menghentikan semangat Dira untuk memotret Paris dari ketinggian. Wanita itu melepas genggaman tangan Revan. Sibuk sendiri dengan dunianya. Sedikit bibir lelaki itu melengkung. Lagi dan lagi tanpa disadarinya, Dira bisa membuat senyuman merekah di bibirnya.

“Maaf, bisa tolong foto kami?” Pasangan muda menghampiri Revan. Meminta tolong untuk mengabadikan moment indah di kamera pasangan tersebut.

“Tentu saja.” Revan tersenyum canggung. Seperti fotografer professional ia mengarahkan kamera. Pose romantic dari berpelukan hingga berciuman diabadikan olehnya.

“Terima kasih.” Ucap pasangan tersebut. “Apakah kalian juga ingin di foto?”

Revan menoleh dan mendapati Dira tersenyum sambil memegang kameranya. Lelaki ini tidak bisa menolak. Akhirnya berdiri lebih mendekat kearah Dira.

“Begini.” Dira merangkul lengan lelaki itu.

“Apa itu kurang mesra? Setidaknya kalian harus lebih romantic. Ini Eifel Tower.” Wanita pasangan pria yang sedang memegang kamera Dira protes.

“Lalu harus bagaimana?” Dira bertanya polos. Revan mengerti maksud pasangan tersebut. Tanpa berpikir panjang ia meraih dagu Dira. Tanpa peduli bagaimana wanita itu terkesiap, ia mencium bibir Dira dengan lembut.

“click” “click” “click”

Tiga jepretan berhasil diambil. Revan melepas ciumannya. Lalu mengucapkan terima kasih dengan sopan pada pasangan tersebut. Dira terdiam. Masih belum sadar dari apa yang baru saja dialaminya. Jantungnya berdebar sangat cepat. Ia juga merasakan ada kupu-kupu terbang di dalam perutnya. Ada rasa senang saat Revan menciumnya dengan lembut. Disinilah ia terjatuh. Hal ini yang tidak diinginkan oleh wanita itu. Jatuh cinta. Tidak ada lagi rasa yang membuatnya jatuh terjerembab. Tidak. Ia tidak menginginkan ini.

Traveller Couple ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang