"Last Day in London"

8.5K 821 4
                                    

“Ada tempat yang bisa jadi rekomendasi, Mr. Karel?” Dira bertanya pada Uncle Dave. Hari ini adalah hari terakhir di London, tapi tidak ada tempat yang muncul di otaknya.

“Tower Bridge. Itu adaah icon Kota London.” Pria Inggris itu merekomendasikan satu tempat.

“Benar juga. Hari ini aku juga akan ke Baker Street.” Dira mengeluarkan buku catatannya. Menandai lokasi wisata yang akan ia kunjungi.

“Baiklah, kita harus segera berangkat.” Revan mengingatkan.

“Selamat bersenang-senang.” Uncle Dave tersenyum dan melambaikan tangan kearah ponakan dan teman barunya.

Perjalanan menuju Tower Bridge tidaklah jauh. Hanya beberapa menit menggunakan bus. Dira dan Revan bisa masuk ke Icon London tersebut. Melihat London yang terbelah oleh sungai Themes dari ketinggian. Puas menikmati London, mereka melanjutkan ke Tower of London. Dulu tempat itu adalah penjara dan benteng. Tidak ada yang menarik selain bangunannya yang kuno. Di bagian dalam hanya terisi lapangan luas, juga pameran mahkota yang pernah dipakai para raja dan ratu Inggris.

Baker Street?” Dira memperlihatkan catatannya. “Hari ini aku harus kesana.”

“Baiklah. Setelah itu ke Museum Madame Tussauds.” Revan memberi pilihan.

“Iya setuju. Musium itu kan juga terletak di kawasan Baker Street.” Dira tersenyum puas.

Menggunakan Tube, mereka akhirnya tiba di Baker Street. Tidak jauh terlihatlah tempat yang menjadi rumah Sherlock Holmes serta rekannya Watson. Walau hanya tokoh fiksi, tapi sosok cerdik Sherlock memang membekas di benak penggemarnya. Hingga dibuatlah rumah Sherlock yang sekaligus menjadi museum barang-barang yang identik dengan Sherlock Holmes.

Dira mengambil gambar rumah di Baker Street itu. Lalu ia sempat meminta Revan memotretnya dengan gaya berpikir Sherlock. Berbaring di sofa memejamkan mata, dan melipat kedua tangannya di depan dada. Puas berkeliling dan berfoto menggunakan mantel dan topi Sherlock, keduanya melanjutkan perjalanan menuju museum.

“Foto aku.” Revan berdiri disamping patung lilin Angelina Jolie.

“Seleramu sekelas Angelina Jolie.” Gerutu Dira. Ia mengambil gambar Revan yang memeluk pinggal bintang Hollywood itu dengan posesif.

Kali ini Dira berlari menuju patung lilin Leonardo Di Caprio. “Foto-foto.” Ucapnya semangat.

Revan menagmbil gambar Dira yang memeluk manja bintang tampan itu. Keduanya terus seperti itu. Berebut untuk berfoto dengan idola masing-masing hingga lelah.

Siang menyambut begitu keduanya keluar dari museum. Revan yang lapar mengajak Dira untuk menikmati Burger di salah satu café.

“Rencana selanjutnya setelah London?” Tanya lelaki itu.

“Paris. Aku ingin pergi ke menara Eifel.”Jawab Dira. “Lalu apa rencanamu setelah ini? Kembali ke Jakarta?”

Revan mengedikkan bahu, “entahlah. Aku masih punya banyak waktu cuti.”

Dira menyipitkan matanya. Gadis itu punya ide untuk menghabiskan liburan ini dengan seru. Entah setuju atau tidaknya Revan, ia harus mengutarakan idenya sekarang.

“Aku ada ide.” Dira menatap mata biru tua milik Revan. “Ikut aku ke Paris, Italia, Spanyol, dan Yunani.”

Revan terdiam, ia menatap Dira dengan dahi berkerut.

“Itu ide bagus sekaligus egois. Semalam di internet aku menemukan paket murah untuk pergi ke tempat-tempat tadi. Paket itu termasuk dalam paket bulan madu. Aku hanya mengincar harganya yang murah.” Wanita menjelaskan sebelum Revan menduga hal-hal, seperti dirinya ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama.

“Menarik.” Tanggap lelaki itu.

“Kamu mau?” Dira terbelalak tidak percaya.

Revan mengangguk, “setidaknya aku tidak bosan karena liburan sendiri.” Kalimat itu terucap, disusul dengan senyum tulus nan menawan milik Revan. Membuat Dira membeku saat itu juga di tempat duduknya. Ia menarik ucapannya tentang Revan yang tidak perlu tersenyum karena lebih menarik bersikap dingin. Lelaki itu jauh lebih menarik dan bisa membuatnya gila hanya dengan senyum tulus dari hatinya.

Traveller Couple ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang