"Explore The Past"

8.5K 751 25
                                    

Suasana stasiun begitu ramai. Dira dan Revan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan awal mereka ke Cordoba. Diantarkan Ghani juga Zi, mereka berempat menembus keramaian. Duduk di dekat peron sambil memakan sandwhich buatan Ghani.

"Lu jangan macam-macam sama Dira. Pokoknya, kalo ada apa-apa, gue nggak tinggal diam," pesan Ghani pada Revan yang duduk di sebelahnya.

Lain halnya adegan saling ancam para lelaki, Dira dan Zi malah saling menggoda. Berkali-kali Zi dengan isengnya menoel dagu Dira sambil memerhatikan Revan.

"Kece badai dah!" Gadis tomboy itu terkikik, "mati satu tumuh seribu!" Sambungnya.

Dira merasa jengah, "apaan sih. Lu juga, kok tau-tau ada di Madrid? Nyusul Ghani, kangen?"

"Apaan. Gue kerja neng. Si kampret tuh nelpon minta tolong gara-gara di gebukin mantan lu," Zi memberi alasan.

"Keretanya udah mau berangkat, Ladies!" Ghani mengingatkan. Kemudian empat orang berjalan mendekat kearah kereta. Mengantarkan Dira juga Revan memulai perjalanan mereka.

"Gue nitip oleh-oleh. Pokoknya sampai Jakarta, nagihnya langsung ke apartemen lu!" Seru Zi riang. Dira hanya cemberut dan mengikuti Revan masuk mencari tempat duduk mereka.

Saat kereta mulai berjalan, Zi dan Ghai meninggalkan stasiun. Kembali pada rutinitas mereka masing-masing. Walau tetap khawatir membiarkan sahabat mereka, Dira, pergi bersama pria asing yang baru beberapa waktu dikenal.

Perjalanan dari Madrid ke Cordoba memakan waktu kurang lebih dua jam. Sementara menikmati perjalanan, Dira memiliki ide agar dua jam berlalu tanpa kebosanan.

"Gimana kalo kita main batu gunting kertas? Yang kalah harus jawab pertanyaan yang menang," usul gadis itu.

Revan nampak berpikir, "boleh juga."

Keduanya mulai bermain. Dira yang pertama kali menang. Gadis itu nampak serius berpikir, pertanyaan apa yang tepat untuk di berikan. Sementara Revan menunggu dengan penasaran. Apa saja yang akan ditanyakan gadis aktif di sebelahnya.

"Oke, ini hal dasar. Bukannya nggak sopan, tapi aku penasaran. Berapa umurmu?" Tanya gadis itu sambil menatap mata biru lelaki tampan itu penuh kekaguman.

"Dua puluh tujuh," jawabnya tegas.

Permainan berlanjut. Mereka bergantian menang dan kalah.

"Dua bersaudara anak pertama," ucap revan

"Dua besaudara anak bungsu," ucap Dira.

Mereka terus bermain tanpa bosan. Menanyakan hal-hal biasa seperti makanan favorit, hobi, film kesukaan, dan hal sepele lainnya. Membuat keduanya mulai mengenal apa saja yang disukai dan tak disukai masing-masing rekan seperjalanannya.

Revan sekarag tahu, kalau Dira anak bungsu dari dua bersaudara. Kuliah di kedokteran, walau akhirnya gelar dokter yang di dapat tak pernah di manfaatkannya secara maksimal. Gadis itu juga sangat suka makan. Apa pun yang penting enak dan halal. Film favoritnya juga seperti gadis kebanyakan, drama romantis, atau pun drama komedi. Dira juga punya geng yang dinamakan The Genks, terdiri dari Dira, Zi, Ghani, Cacha, dan Rian.

Begitu pun sebaliknya. Dira kini cukup banyak tau tentang Revan. Lelaki itu punya seorang adik perempuan yang masih SMA. Tidak terlalu suka makanan manis, penggemar sepak bola, punya hobi melukis, sangat suka film bertema detektif. Revan juga masih menggemari kartun tertentu, seperti Detective Conan. Menurut gadis itu, perjalanan mereka semakin menyenangkan saat sudah mengetahui setidaknya hal dasar dari masing-masing rekan.

Tanpa terasa, mereka sampai di Cordoba. Mereka meninggalkan pemandangan indah hamparan kebun teh dan masuk ke bagian kota. Kereta berhenti di stasiun. Kini saatnya melanjutkan perjalanan mereka. Ya, Cordoba memang terkenal La Catedral De Cordoba atau Mezquita Cordoba. Bangunan megah tua yang usianya sudah hampir memasuki lima abad. Masjid yang kini beralih menjadi gereja itu memang selalu banyak pengunjung. Banyak yang ingin menyaksikan kemegahannya. Benar, Revan dan Dira langsung menuju kesana. Hari masih belum terlalu siang, sehingga mereka memikirkan belakangan masalah penginapan.

Traveller Couple ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang