"Finally Found You"

9.8K 692 19
                                    

Revan menatap sebuah kertas catatan di tangannya. Inilah informasi penting tentang Dira. Beberapa hari ini Ia memang mencari informasi tentang Dira. Hingga sebuah alamat kini ada di tangannya. Senyum lelaki tampan itu merekah. Rasanya ingin sekali cepat sore, Ia mau pekerjaan selesai dalam sekejap. Lalu segera menemui gadisnya.

Termotivasi untuk segera bertemu, Revan semangat mengerjakan pekerjaan. Tidak sampai sore, lelaki itu sudah selesai dan meluncur ke sebuah gedung apartemen. Ternyata tidak jauh dari kantornya.

Revan melangkah cepat, menuju lift. Beruntung Ia sendiri hingga sampai di lantai tempat Dira tinggal. Lelaki itu berdebar saat pintu apartemen Dira semakin dekat jaraknya. Lalu Ia terkejut ketika pintu itu terbuka, bahkan sebelum Revan menekan bel.

Mata biru lelaki itu bertemu dengab sosok gadis berambut hitam sebahu. Wajahnya cantik namun angkuh dan dingin. Gadis itu menyipitkan mata, memandang garang kearah Revan.

"Ngapain Lo kesini?" Tanya gadis itu ketus.

"Hai, Zi. Apa kabar?" Revan tersenyum, berusaha ramah pada sahabat Dira itu.

Zi berkacak pinggang, "kalau cari Dira, udah telat. Orangnya pergi dari kemarin."

"Kemana?" Revan penasaran.

"Nanya-nanya. Bukan urusan Lo. Ntar disamperin terus ditinggal lagi. Cowok-cowok ganteng memang sama aja semuanya," dumal Zi. Gadis itu berjalan melewati Revan yang masih berdiri termenung. Dira sedang tidak di rumah.

"Zi, please. Aku harus ketemu Dira," pinta lelaki itu, mengejar Zi hingga lift.

Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, lalu menyeringai, "cari di Pulau yang terkenal dengan banyak masjid dan masakan khasnya pedas. Dira di sana sekarang."

Revan mengerutkan kening. Bingung. Alih-alih memberi jawaban, Zi malah memberi soal tebak-tebakan. Seharusnya itu mudah untuk Revan. Tapi saat ini otaknya penuh segala masalah. Memgingat letak barang-barangnya saja sulit, apalagi memecahkan teka-teki.

"Tolong kasih tau," Revan memelas kali ini.

Zi menggeleng, "gue udah ngasih tau. Pikir dan tebak. Kalo Lo memang serius pasti cepat dapat jawabannya," kalimat terakhir Zi sebelum pintu lift tertutup.

Revan mendesah putus asa. Lelaki itu segera mengeluarkan ponselnya mencari tahu. Ada banyak informasi, dan Ia mengandalkan keberuntungan untuk dapat bertemu dengan Dira.

###

Suara ombak dan angin laut berhembus menyapa kulit putih Dira. Gadis itu duduk di hamparan pasir putih, menatap luasnya laut. Langit yang cerah tak berawan membuat air terlihat biru, jernih hingga karang-karang dan ikan kecil terlihat dari pantai. Suasana yang tenang ini membuat Dira juga rileks. Segala beban pikirannya terlupakan sementara.

Dira menikmati liburan, hadiah dari kakaknya dan Cacha karena mau repot membantu urusan pernikahan mereka. Tentu gadis itu senang menerimanya. Sementara kakaknya berbulan madu ke luar negeri, Ia di sini. Pulau Lombok, akhir-akhir ini menjadi tempat berlibur favorit. Pemandangan alamnya yang indah, menarik banyak orang untuk berkunjung, tidak terkecuali Dira.

Gadis itu merasa tenang, sendiri di pantai. Sengaja Ia memilih tempat yang jauh dari hiruk pikuk keramaian. Jadilah pilihannya jatuh pada sebuah pulau kecil di barat Pulau Lombok. Gili Kedis namanya. Hanya ada satu penginapan dan restoran. Pulaunya sepi dengan pemandangan bawah laut sangat cantik. Sejak datang kemarin, Dira sudah snorkeling dan menyebrang ke Gili Kedis dengan sampan kecil milik penginapan.

"Dira," satu panggilan itu membuat jantungnya berdebar tidak beraturan. Tidak ada yang tahu Ia pergi, kecuali kakaknya, Cacha, orangtuanya, dan Zi. Lagipula tidak mungkin lelaki itu bisa tahu, saling kontak saja tidak.

"Dira," suara itu kembali memanggil. Gadis itu berpikir Ia mulai gila. Sekarang sudah mulai berhalusinasi. Cinta membuatnya merana.

"Dira, ini aku," kali ini sebuah tangan hangat menyentuh pundak gadis itu. Dira menoleh, senyum Revan terukir. Ada kelegaan, juga rindu tercermin dalam mata biru lelaki itu.

Dira tidak bisa menahan air matanya. Ia kembali menangis, setelah sebulan lebih berusaha kuat menahan rindunya. Menekan dan mulai mengubur cintanya. Tapi siang ini, Revan kembali hadir dihadapannya.

"Hei, kenapa nangis?" Revan menyeka air mata di pipi Dira dengan jemari. Lelaki itu membawa Dira dalam dekapan hangatnya. "Aku kangen sekali, maaf baru bisa ketemu sekarang," ucap Revan.

Gadis itu tidak bisa berkata apa-apa, hanya sesenggukan dan mempererat pelukannya. Takut jika semua hanya mimpi. Ia tidak ingin lelaki itu pergi saat tangannya terlepas.

###

Malam yang indah membuat Dira tersenyum. Cahaya rembulan dan bintang menambah suasana bahagia. Makan malam di Gili Sudak terasa istimewa. Dihadapannya ada Revan. Walau lebih kurus dan ada brewok tipis di wajahnya. Tapi itu tidak mengurangi ketampanan Revan.

"Terus setelah memecahkan teka-tekk dari Zi, bagaimana kamu tahu aku di sini?" Tanya Dira penasaran, sebelumnya Revan bercerita tentang Zi yang menyuruhnya menebak lokasi Dira.

"Tanya Mami kamu. Aku datangi rumahmu langsung tanya. Mami dengan senang hati membocorkan informasi," jawab Revan riang.

"Mami?" Dira terbelalak. Tidak percaya ibunya bisa dengan gampang memberitahu orang lain tentang dirinya. "sebentar, kamu panggil Mami aku, Mami juga?"

Lelaki tampan itu mengangguk, "Mami sendiri yang minta, katanya calon mantu bebas panggil Mami."

Dira kembali terbelalak. Calon menantu kata Revan. Padahal status mereka saja belum jelas sampai saat ini. Bagaimana bisa Maminya menganggap Revan calon menantu?

Makan malam itu berlangsung dengan canda dan obrolan santai. Setelahnya mereka kembali menuju pantai. Malam di pulau terpencil itu sangat indah. Bintang bertaburan di langit, membentuk gugusan rasi yang tidak pernah mereka jumpa. Ibu kota terlalu terang, sehingga pancaran sinar dari langat kalah.

Revan dan Dira berbaring di pasir. Memandang langit bersama. Bahagia milik mereka sepertinya. Sama dengan pantai yang seolah milik pribadi. Tamu hotel lain yang hanya tiga orang, mungkin pergi ke kamar masing-masing. Sehingga malam ini pantai khusus untuk Dira dan Revan.

"Betapa senangnya kalau kita bisa terus sama-sama memandangi bintang seperti ini. Sampai tua nggak bosan berbaring lalu menunjuk bintang-bintang indah," Revan menggenggam tangan Dira yang berbaring di ssbelahnya.

"Hmmm," tanggap gadis itu.

"Dira, maukah kamu menyaksikan bintang-bintang itu bersamaku sampai kita tua, sampai umur kita habis nanti?" Tanya Revan. Lelaki itu menoleh ke samping kanannya. Menatap Dira yang juga menatapnya. Mata biru Revan bertemu dengan mata cokelat Dira. Gadis itu tersenyum mengangguk. Matanya kembali berkaca-kaca. Terharu dengan pernyataan Revan.

"I love you, my travel mate. I know you are the right one to become my guide to traveling this life, forever, together," ucap Revan.

"I love you too, My cold travel partner. I promise to be your guide and make you feel warm to through this cold life, forever, together," balas Dira. Keduanya tersenyum bahagia. Menatap bintang, menerawang masa depan yang tidak selamanya indah, tapi akan mereka hadapi bersama.

You are the one who make me feel warm
You are the one who make me keep smile
You are the one who can wipe my tears
You are the one who can accept my past

The End

----------

Hua!!! Akhirnya tamat setelah Dira dan Revan terbengkalai selama setahun lebih. Lega, seneng, karena ternyata bisa nyelesaiin cerita ini. *tebar bunga*
Mungkin ada sedikit extra part nanti kalau ada mood. Hehe

Mari Vote dan Comment ditunggu loh, makasih

Traveller Couple ( Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang