Lauren hanya meliriknya sekilas.
"Kenapa?" Tanya Edward.
"Nothing" jawab lauren dengan senyum dipaksakan.
Edward mengikuti arah pandangnya. Ia mendapati giesel sedang memandang mereka sinis. bukan mereka, hanya lauren.
Ketika Edward melihatnya, giesel langsung mengganti tatapan sinisnya dengan senyum manis. Terlalu manis untuk Edward sehingga membuatnya muak.
Edward membuang wajah.
Ia langsung duduk disebelah lauren.
Lalu mr. Bobs datang dengan membawa setumpuk buku.
"Siang mr" sapa siswa siswi yang berada di kelas.
"Siang" jawab mr. Boba dengan wajah datar. Terlihat ia kesal.
"Aku lupa! Seharusnya aku menjemputnya tadi!" Gumam nathan, selaku ketua kelas disana.
"Nathan, tolong kemari" mr. Bobs terlihat kesal.
Lalu nathan kedepan.
"Kemana saja kamu nathan!" Mr. Bobs menyentil telinga nathan.
"Auh, sakit mr. Maaf saya tadi lupa" jawabnya.
"Baiklah, sekarang duduk. Saya tak suka jika mengulur waktu" jawab mr. Bobs.
Nathan kembali ketempat duduknya lagi.
Mr. Bobs memulai pelajarannya.
Ting! Tong!
Bel sekolah berdering, tanda untuk siswa siswi boleh meninggalkan sekolah sekarang.
"Aku mau bertemu niall dulu, kau tunggulah di mobil, setelah selesai aku akan langsung menghampirimu" pamit Edward pada lauren lalu meninggalkannya.
"Ah dasar" umpat lauren.
Ia berjalan sendiri menelusuri lorong yang lumayan sepi. Lalu datanglah giesel dengan teman temannya.
Lauren POV.
ah Edward ada saja, aku kan jadi jalan sendiri, selama aku berjalan banyak siswa siswi yang memandangku sinis. Oke, kebanyakan adalah siswi. Mereka memandangku sinis.
Lalu datanglah giesel and the geng. Mereka mendekatiku.
"Hai" sapanya dengan senyum licik.
Aku tak menggubrisnya, aku melanjutkan berjalan. ingin menjauh darinya.
Tiba tiba ada seseorang yang mencekal tanganku. Oke dia adalah giesel.
"Jangan kamu coba mendekati Edward lagi" kta giesel penuh penekanan disetiap katanya.
Aku mengernyitkan dahiku.
"Jangan pura pura tidak tau" jawab salah satu anggota geng nya.
"Aku memang tidak tau" jawabku yang memang tidak mengerti.
"Edward. Jangan coba coba mendekatinya lagi. Dia milikku" Lalu dia pergi dengan menggoyangkan pinggulnya.
"Cuih! Dasar!" Umpatku sebal.
Lalu aku segera menuju mobil.
ternyata dia sudah ada disana.
Cepat sekali.
Dia melirikku lalu berbicara "cepat naik"
"Sudah lama menunggu?" Tanya ku.
"Barusan datang juga" jawabnya. Dasar. Baru datang saja pake mengomel.
Aku ber-ohh panjang.
"kamu dari mana saja? Bukan kah tadi aku menyuruhmu menunggu di mobil?" Tanyanya.
"Berjalan menelusuri lorong, aku kira kamu lama tadi" jawabku jujur.
"Lalu?"
Deg!
"Giesel menghampiriku beserta teman temannya."
"Dia bicara apa?"
"Kata dia aku tak boleh dekat denganmu lagi, and.. kau miliknya" jawabku jujur.
"What!? Sejak kapan aku menjadi miliknya maksudmu kekasihnya?" Edward kaget. Tapi tak beralih fokus pada jalan. Ia tetap fokus menyetir.
Aku mengedikkan bahu. Aku saja tidak tahu.
Dia terlihat berfikir keras.
"Sudah jangan difikirkan" kataku. Ya kali aku membiarkannya memikirkan hal ini sampai kepalanya pecah. Oh ayo lah aku tak setega itu.
"Thanks" ucapnya sambil menatapku.
Jantungku serasa terpompa lebih cepat. Aduh kamu kenapa sih.. padahal kan cuma kata 'thanks' doang.
Oke, kami sampai didepan rumahku.
Aku mempersilahkan dia masuk tapi dia tak mau.
"Lain waktu saja" katanya.
"Baiklah. Hati hati di jalan oke?" Kataku sambil melambaikan tangan.
Dia tersenyum padaku lalu mengangguk.
"Gak diajak masuk dulu?" Tanya Gabriea yang mengagetkanku. Oke tepatnya adalah godaan bukan Pertanyaan.
"Eh, aduh aku kaget Gaby."
"Maaf maaf" dia terkekeh geli.
"Dia gak mau tadi. Aku masuk dulu ya, capek" kataku langsung meninggalkan gabriella yang terbengong menatap ku.
Maaf lama gak update. Authornya lagi banyak tugas sekolah nih _-
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca ya dengan mengklik ✩ and comment juga ya ;)
Selasa, 13 maret 2018
YOU ARE READING
My Lover Is 'VAMPIRE'
Vampireaku beruntung mengenalnya, dia selalu melindungiku, membuatku nyaman, dan tersenyum. tapi dia mempunyai sisi yang awalnya tak ku ketahui. ya! dia seorang vampire. makhluk mitos yang sebagian orang percaya ia hanya ada di cerita dongeng belaka.
part 2
Start from the beginning
