24. Aku tak tersesat.

Depuis le début
                                    

***

Xeena tersenyum senang saat mendapati Rex telah menunggunya. Rex mengambil alih koper Xeena dan tiba-tiba mengenggam hangat tangan Xeena. Xeena menatap tangannya dan tersenyum tipis.

"Kau tahu? Aku akan mendapatkan masalah dengan perlakuanmu."

"Maksudmu?"

Xeena berusaha melepaskan tangannya, namun Rex tetap menggenggam erat. "Rex,"

"Na, aku hanya ingin mengenggam tanganmu."

"Tapi jika ada yang melihat-"

"Lalu kenapa jika mereka melihat?" "Aku bahkan ingin Raiden melihatnya." Batin Rex.

Xeena mengingat hal yang ia lakukan dengan Nathan lalu beralih ada hal yang Raiden lakukan. Xeena menghentakkan tangan Rex namun hasilnya tetap sama. "Kenapa aku selalu bersama kalian yang sama-sama keras kepala!"

"Kita tunggu sebentar disini. Pesawat kita akan berangkat satu jam lagi,"

"Pesawat?"

"Ya, bukankah kau ingin kembali ke London?"

"Kau,"

"Kenapa? Apa aku salah?"

Xeena menggeleng. "Tidak. Terimakasih." Xeena tersenyum lembut saat Rex mengusap puncak kepalanya.

Xeena lega karena akhirnya ia akan pulang ke London. Namun Xeena kembali mendesah kasar saat mengingat bahwa ia tak tahu harus tinggal dimana.

"Kemana aku harus pergi? Dirumah Violette dan Nathan? Itu tidak mungkin. Nathan baru saja mengalami hal buruk. Dan itu karena diriku. Lalu aku harus kemana?"

"Na," panggil Rex pelan.

"Ya?" Xeena langsung berdiri menatap Rex.

Rex tertawa. "Apa yang kau pikirkan? Kau bahkan tak menjawab panggilanku dari tadi."

Xeena menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Apa pesawat kita masih lama?"

Rex melihat jam di pergelangan tangannya sebentar. "Tidak. Kenapa?"

Xeena menggeleng. "Aku hanya ingin cepat pulang."

Rex tersenyum. "Aku sudah melihatnya."

"Apa?" tanya Xeena tak mengerti.

"Kau dan keluarga Chasiel. Maksudku-"

"Ya, dan Raiden memukulnya."

Rex tertawa. Rex tahu kenapa Raiden memukul Nathan. "Ada dua kemungkinan kenapa dia memukul Nathan."

Xeena tak bergeming. Hingga Rex melanjutkan kata-katanya.

"Pertama karena dia cemburu. Kedua-"

"Cemburu? Hah? Yang benar saja." Xeena menggeleng pelan. "Kenapa dia cemburu padaku? Aku akan dengan senang hati memberikan Nathan padanya."


Rex menaikkan alisnya sebelah. Menatap reaksi Xeena akan kata-katanya. Tanpa Rex tahu bahwa Xeena lagi-lagi salah mengartikan kata-katanya. Xeena tetap berpikir bahwa Raiden seorang gay.

"Lalu-"

"Bisakah kita tak membicarakan dia. Itu sangat membosankan."

Rex tertawa kecil. "Na, kau tahu? Dia memukul Nathan karena ia tak ingin siapapun mendekatimu. Karena dia mencintaimu."

Waktu berlalu hingga akhirnya Xeena dan Rex berada dalam pesawat. Rex selalu menatap wajah Xeena yang terlihat tak tenang. Terlihat jelas bahwa Xeena tengah memikirkan sesuatu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Rex khawatir.

Xeena tersenyum samar dan mengangguk.

"Kau ingat' kan, Na? Aku selalu ada bersamamu."

Xeena terlihat sedikit ragu. Namun akhirnya menceritakan semuanya. Semua hal yang telah ia alami. Rex menanggapinya dengan serius meski Rex merasa ada sesuatu yang masih Xeena tutupi. Tidak, Rex yakin bahwa Xeena tak menceritakan semuanya. Karena Rex melihat ada kekecewaan yang mendalam di mata Xeena dengan semua perlakuan Raiden padanya.

"Kau mencintainya." putus Rex pada akhirnya setelah mendengar cerita Xeena.

"Tidak. Aku tak mungkin mencintai pria robot sepertinya." Xeena menggeleng kuat dan menyanggah kata-kata Rex. "Dan jika aku mencintainya maka," Xeena diam. Pikirannya melayang. "... maka aku harus melepasnkannya. Karena seperti itulah kontrak itu dibuat." lanjut Xeena dalam hati.

"Benarkah? Kau mungkin tak menyadarinya, Na."

"Tidak Rex."

Rex tersenyum. "Jika begitu, kau bisa tinggal di apartemenku."

Xeena menoleh. "Maksudmu?"

"Bukankah kau tak mungkin tinggal di rumah sahabatmu? Kau sendiri yang bercerita."

Xeena mengangguk.

"Kau juga bilang tak mencintainya. Terlebih dia membuat perusahaan Daddymu bangkrut. Lalu untuk apa lagi kau menunggunya?"

"Kau benar." Xeena mengangguk setuju.

"Lalu kau juga belum memiliki tujuan. Tinggallah di apartemenku selama kau belum memiliki tujuan."

"Tidak, Rex. Aku akan mencari-"

"Na, aku mengatakannya sebagai temanmu. Tak aman untukmu di luar sana."

Xeena tampak ragu.

"Percayalah. Aku tak akan melakukan apapun padamu. Jika kau mau, aku bisa keluar dari apartemenku dan tinggal di kantor selama beberapa hari agar kau nyaman."

"Ti-tidak perlu, Rex. Bagaimanapun itu apartemenmu. Aku tak masalah jika kita satu apartemen. Aku akan mencari tempat tinggal secepat mungkin."

Rex tersenyum. "Jangan ragu untuk meminta apapun dariku jika kau kesulitan."

Xeena mengangguk. Hatinya sedikit lega. Di lain tempat, Raiden menatap layar ponselnya. Lima menit yang lalu salah satu anak buahnya mengatakan bahwa Xeena kembali ke Paris. Raiden sama sekali tak memikirkan itu. Bahwa Xeena akan kembali ke Paris lalu pulang ke London. Raiden bergegas dan memerintahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Xeena. Tak hanya itu, Raiden bahkan langsung terbang menuju London melalui pesawat keluarga Calisto.

Berkali-kali Raiden mengetuk-ngetukkan tangannya dengan perasaan kesal. Kepergian Xeena membuat Raiden resah. Terlebih Xeena pergi setelah mendapat perlakuan buruk dari ibunya. Untuk kali ini Raiden merasa penerbangannya terasa sangat lama. Raiden terlihat diam dan kian dingin untuk mengendalikan rasa khawatirnya.

"Kemana kau pergi? Aku harap kau baik-baik saja dan tak tersesat," ucap Raiden lirih.































================================














See you in next time.

Ellina Exsli.

Save Me Mr. Cool (Complete) Où les histoires vivent. Découvrez maintenant