29 - Home

89.9K 11.2K 3.3K
                                    

Windu sudah tau jika Luka bukan petarung yang bisa diremehkan, namun dia tidak menduga laki-laki itu akan menyerangnya secara tiba-tiba. Untunglah gerak refleksnya yang baik berhasil menyelamatkannya. Windu berkelit, membuat jarum-jarum es yang Luka lontarkan berakhir pada batang pohon besar yang berada tepat di belakangnya. Malang bagi pohon besar itu, karena batangnya langsung terkoyak seakan baru diterjang oleh selusin peluru revolver.

"Apa yang kamu lakukan?!"

"Ini adalah bagian dari kesepakatan yang kumaksud." Luka membalas singkat sebelum menerjang Windu. Alka yang berada di belakangnya hanya mampu menatap, tampak bingung harus berbuat apa. Di satu sisi, dia sangat mengerti mengapa Luka bertindak seperti itu.

Hubungan siswa dan proctor bukan jenis hubungan sederhana seperti mahasiswa dan asisten dosen di dunia manusia. Bukan pula seperti pelajar dengan mentor mereka. Salah satu alasan mengapa siswa dan proctor biasanya memiliki elemen yang serupa adalah bukan hanya untuk membantu siswa tersebut mengembangkan kemampuan magisnya, namun juga karena kesamaan elemen mampu membuat mereka memiliki keterikatan emosional yang cukup kuat. Selama Luka menjadi proctor Risa, itu berarti keselamatan gadis itu menjadi tanggung jawabnya. Namun bukan berarti proctor akan selalu bersikap manis pada siswa mereka. Jika siswa tidak mempunyai kompetensi sesuai standar di akhir tahun, proctor bisa saja membuat mereka tinggal kelas atau lebih ekstrem lagi, mengeliminasi siswa sehingga mereka menjadi outsider diantara para serpent.

Teknisnya, Windu memang seharusnya jadi musuh mereka. Tetapi bagi Alka, setelah peristiwa yang terjadi seribu tahun lalu, sulit mengkategorikan Windu sebagai teman atau musuh. Sosok itu berada di daerah abu-abu.

Pergulatan diantara Windu dan Luka masih berlanjut. Windu yang semula hanya menghindar mulai merasa terancam dan membalas serangan Luka. Kilat cahaya berbeda warna terlempar di udara, menerangi langit senja yang mulai redup. Jarak diantara kedua pihak yang bertikai kian dekat, membuat mereka terlibat dalam baku-hantam secara langsung. Beberapa kali, kepal tinju Luka berhasil mendarat di titik vital Windu. Beberapa kali juga, sapuan tendangan Windu berakhir pada bagian tubuh Luka. Kontak fisik itu berakhir ketika Windu dan Luka berhasil meluncurkan serangan mereka di saat yang bersamaan. Pukulan Windu mengenai Luka—tepat di dadanya—bersamaan dengan tendangan keras Luka yang membuat kaki Windu bengkok diikuti suara tulang yang patah.

Secara otomatis, Windu kehilangan kemampuan untuk berdiri. Laki-laki itu berlutut dengan raut wajah memerah menahan sakit. Darah mengalir dari pelipisnya dan dari sudut bibirnya. Ada rembesan kental yang menodai celana panjangnya, tepat pada bagian kakinya yang patah. Tidak jauh berbeda, Luka juga terlihat memaksa diri untuk bangkit dengan napas yang terengah. Laki-laki itu meludahkan darah dari mulutnya, berjalan terseok mendekati Windu dengan mata yang berkilat oleh kebencian. Dia membuka telapak tangan kanannya, memunculkan cahaya biru gelap yang membuat Alka tercekat.

Secepat kilat, Alka melesat ke sebelah laki-laki itu.

"Berhenti." Alka berujar sambil memegang bahu Luka, membuat Luka langsung menyentakkan tangannya seakan baru terkena api.

"Back. Off." Luka berbisik dingin, penuh dengan penekanan.

"Kamu tidak bisa membunuhnya."

"Aku bisa membunuh siapapun dan aku tidak butuh persetujuanmu."

"Dia bukan lovec biasa, Diwangka." Alka berujar tegas. "Sudah ada perang yang harus kita hadapi kedepannya. Kamu tidak perlu menambah perang lagi."

Luka berpikir sejenak, lantas mendengus—yang kemudian membuatnya mendesis pelan sebab rasa sakit yang menyengat dadanya. Apa pun serangan yang berhasil Windu daratkan di dadanya, serangan itu cukup destruktif karena sekarang Luka kembali membatukkan darah. Windu masih berlutut di depannya, belum bisa berdiri karena tulangnya tak mampu tersembuhkan secara wajar. Efek dari serangan Luka. Namun melihat Luka juga mengalami cedera, Windu tidak bisa menahan diri untuk tidak menyeringai.

NOCEUR: LIGHTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang