Curhat

29 6 1
                                    

Arez menaiki kamar pohonnya, itu sebutan Lala untuk kamarnya yang ini. Membuka knop pintu, lalu membanting tas ranselnya dengan asal.

Deretan tawa dan langkah menghiasi kamar itu.

"Gua bilang juga apa, Rez, udah sih ungkapin aja yang sejujurnya sama Lala." Gio langsung membuka topik sensitif setiba mereka semua sampai diatas.

"Lo pikir gampang!" Arez menggelengkan kepalanya.

"Dari pada lo pendem terus, bisa gila lo kalo kaya gini terus!" kali ini Bagas yang angkat suara.

"Kalo gua ungkapin yang sejujurnya sama Lala, terus tiba-tiba dia udah nggak mau sahabatan sama gua lagi cuma karena gua ada perasaan sama dia gimana?" Arez tampaknya sudah mulai tenang.

"Yaudah, jadi temen aja, hehe," Akas masih tetep dengan lawakannya yang receh itu.

Arez melotot kearah Akas, Akas menyengir sambil melayangkan dua jarinya membentuk huruf V.

"Lala nggak mungkin setega itu, Rez." Akas sudah mulai serius. "Lala itu kalo menyelesaikan sesuatu selalu dengan kepala dingin, nggak kaya lo!" Akas menoyor kepala Arez.

"Gua setuju sama yang di bilang Akas."

"Kadang-kadang, otak lo pinter juga, Kas."

"Nggak usah pake toyor, bego!" Arez mendorong Akas menjauh darinya.

"Udah-udah Ah, jadi ini gimana?" Gio yang selalu fokus dengan ponselnya ikut tersulut emosi dengan kisah klasik Lala dan Arez.

"Ya gini," Arez menjawab sekenanya.

Bagas meraih bantal yang sedang ia gunakan tepat ke wajah Arez. "Bego dipiyara!"

"Kambing lo piyara, biar cepet jadi sapi!" celetuk Akas.

"Otak lo noh piyara, biar cepet pinter!" ucap Gio.

Akas cemberut, meraih gitar dipojok kamar Arez dan mulai memaikannya.

Buat apalah susah cari kesana kesini..
Sudah didepan mata kamulah takdirku..

Tuhan, ciptakan aku...
Tuhan, ciptakan kamu...
Kita berdua diizinkan bersama tuk bersatu.. Selamanya...

"Aduh, ngena banget, Kas!" Gio bertepuk tangan.

"Mantap tuh, gais, lagunya."

"Dalem kaya sumur, uhuy."

Dan masih banyak lagi sahutan-sahutan maut yang keluar dari mulut teman-teman Arez.

"Diem ah, Kas!" Arez melempar bantal ke arah Akas. Lalu berbaring diatas tempat tidurnya, memasang earphone, menyalakan musik diponsel nya dan siap untuk tertidur.

Gio masih menatap layar ponselnya dengan posisi ponsel yang miring. Gio merupakan salah satu gamers yang paling ajaib disini. Gio berkonsentrasi penuh dengan ponselnya, kadang kala ia bergumam tidak jelas. "Yes, epic comeback!"

"Yailah, Gi, ML mulu noh jagoin. Masalah cinta aja ciut, ayam lo!" ketuk Akas yang sudah berjalan menuju tempat Arez terlelap.

"Yailah, Kas, ngaca sono!" balas Gio.

Akas yang mendengar seruan untuk berkaca akhirnya menuju pojok ruangan itu, melihat bayangannya dikaca, lalu berkata, "Nih udah ngaca, terus kenapa? Ih gua ganteng loh!"

"Najis!" Bagas yang dari tadi sibuk melihat-lihat lukisan Arez akhirnya angkat bicara.

"Kenapa mas, sirik?" tanya Akas.

FINESTOnde histórias criam vida. Descubra agora