Rasa bersalah Amber kini menjadi berlipat-lipat karena cerita Jeno tentang kejadian siang tadi. Seandainya dia pulang dan membelikan apa yang diminta Krystal maka istrinya tak akan jadi seperti itu. Banyak pengandaian yang Amber buat sambil sesekali menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya dia bisa ada dengan Krystal setiap saat, itu pasti akan baik untuknya.

~

Amber membasahi sebuah handuk kecil dengan air hangat. Dia juga berkali-kali memeras kain itu setelah mengelap tubuh Krystal agar bersih karena ia belum diijinkan mandi oleh dokter.

Krystal paham dengan diamnya Amber dan ekspresi datar yang suaminya pasang sedari tadi. Tak tega Amber menanggung rasa bersalah Krystal pun memutuskan untuk bersuara.

"Ini sudah jam sepuluh. Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Krystal sehalus mungkin.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana."

"Kalau tidak mau pergi kemana-mana lantas apa kau akan selamanya menempel padaku? Kau punya empat orang yang menjadi tanggung jawabmu. Kau harus kerja."

Amber menghentikan kegiatannya dan memandang lurus pada Krystal. Dia meletakkan handuk yang sedari tadi ia pegang ke dalam baskom berisi air hangat yang ada di atas meja kemudian duduk disamping Krystal.

"Marahlah padaku."

"Kenapa aku harus marah saat kau tidak salah?"

"Seandainya kemarin siang aku langsung pulang dan membawa roti yang kau minta. Mungkin kau tidak akan ada disini."

"Jangan terlalu banyak mengandai. Kau tidak salah, aku baik-baik saja. Selama aku periksa kau juga ikut kan? Apa kau pernah mendengar hal buruk? Jangan meminta hal buruk saat semuanya baik-baik saja. Tenanglah."

Krystal merentangkan tangannya. Memeluk Amber sembari sesekali menepuk pundak suaminya itu.

Selesai mengurus Krystal, Amber berjalan menuju ruangan Dokter Choi. Dia ingin bertanya, apakah Krystal sudah boleh pulang karena istrinya itu merengek minta pulang.

Choi Sooyoung diam setelah mendengar pertanyaan Amber. Sesaat kemudian dia memberikan jawaban yang Amber minta. Dia juga menyarankan agar Amber lebih memperhatikan Krystal karena minggu depan istrinya itu sudah masuk ke bulan terakhir dalam masa kehamilannya.

Selesai mendengar penjelasan Sooyoung, Amber yang penasaran dengan keadaan orang-orang terkasihnya itu mulai melemparkan pertanyaannya pada dokter wanita itu.

Amber mengangguk mendengarkan penjelasan Sooyoung yang sama seperti Jeno, kedua mertuanya dan yang lainnya jika Krystal hanya kelelahan saja dan itu normal.

"Dia hanya perlu diinfus sebentar. Kan aku sudah bilang nanti sore Krystal sudah boleh pulang."

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak."

Amber menunduk, memberikan salam pada Sooyoung sebelum keluar dan kembali ke ruangan Krystal. Ada sedikit keraguan di hati Amber saat melihat mata Sooyoung yang nampak sedikit bergetar saat menjelaskan tentang kondisi Krystal. Entah dia sedang berbohong atau memang aslinya seperti itu, Amber tak ingin lagi mengandai. Jika semua orang bilang baik, maka dia juga ingin berpikir demikian. Atau, mungkin saja dia sendiri yang terlalu berperasangka buruk pada semua hal yang sebenarnya baik-baik saja.

~

Pagi-pagi sekali Amber sibuk membawa kantong plastik berisi belanjaan yang baru saja dia beli di pasar. Dia pergi, membeli semua makanan favorit Krystal tanpa sepengetahuan istrinya yang masih terlelap di kamar. Setidaknya itu yang bisa Amber lakukan untuk Krystal yang sudah susah payah menjaga ketiga bayi mereka selama delapan bulan terakhir.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang