What If

1.7K 221 37
                                    

Jarum jam di dinding tak bosan berputar mengitari porosnya. Sementara Amber tak bosan melirik jam tersebut karena tak sabar menunggu waktu pulangnya.

Banyak orang yang mengatakan jika itu adalah bulan yang rawan untuk Amber. Mau tidak mau dia harus siap menjadi suami siaga yang dapat diandalkan sewaktu-waktu. Namun pekerjaannya yang menumpuk membuatnya sering lembur kerja dan tidak bisa dikategorikan dalam sebutan suami siaga.

Sebelum pulang ke rumah Amber mampir ke sebuah toko roti langganan Krystal. Istrinya yang sedang hamil besar itu siang tadi merengek meminta roti salju isi blueberry, tapi dia tak bisa pulang karena sebuah rapat penting.

Amber membuka pintu rumahnya dengan was-was. Krystal memang sering marah kepadanya. Namun selama sebulan terakhir intensitas amarah Krystal meningkat drastis meskipun itu hanya karena sebuah masalah kecil seperti Amber yang tak bisa menemukan makanan atau hal lain yang ia minta.

"Soojunga?? Jung Soojung~ Aku pulang." panggil Amber berkali-kali dari ruang tengah, berharap Krystal segera keluar dan menemuinya.

Kesunyian. Itulah yang Amber dapati. Tak ada jawaban sedikitpun dari orang yang ia harapkan. Merasa khawatir Amber pun meletakkan sembarangan kantung berisi roti itu, dan mulai berlari mencari Krystal menyusuri seluruh sisi rumah. Namun semuanya nihil, Krystal tak ada disana. Amber segera berlari ke rumah depan, mungkin saja Krystal ada di rumah Ayahnya.

Langkah kaki Amber terhenti saat melihat Jeno turun dari mobilnya. Jeno menghampiri Amber yang sedang risau itu dan menyapanya. Amber bertanya alasan kedatangan Jeno malam itu. Kakinya seketika lemas setelah Jeno menyelesaikan ceritanya.

"Pakai mobilku saja Hyung. Aku saja yang menyetir."

Amber mengikuti permintaan Jeno. Masuk dan duduk di kursi penumpang dengan rasa bersalah yang kembali datang. Dulu Dani yang menemukan Krystal pingsan, kini ganti Jeno yang bersama dengan Krystal saat tiba-tiba mengalami hal yang sama.

Amber menggenggam erat tangan Krystal yang tengah tertidur itu. Dia duduk, seakan tak ingin pernah berdiri dari kursinya ketika memandang wajah tidur sang istri.

"Ayah dan Ibu pulang dulu. Besok pagi kami akan kembali." ucap Yunho menepuk pundak Amber.

"Jangan khawatir, dia tidak apa-apa. Hanya kelelahan saja." sahut Jaejoong mencoba menenangkan Amber dan mengikuti suaminya.

Tak berselang lama ganti Jessica yang pamit pulang sambil menggendong Eunbi yang tengah tertidur di pelukannya.

Ingin rasanya Amber membangunkan Krystal. Dia ingin bicara, terlebih bertanya tentang keadaannya meskipun dokter sudah menjelaskan tentang kondisi terkini Krystal sepuluh menit yang lalu.

"Hyung, temani aku minum kopi."

Jeno menyodorkan segelas kopi hangat yang baru saja ia beli di kafetaria rumah sakit pada Amber.

Kedua pria itu duduk disebuah kursi panjang yang ada di ruang tunggu. Setelah mendengar penjelasan Jeno jika Krystal kemungkinan baru akan bangun besok karena pengaruh obat tidur itu Amber pun memutuskan untuk keluar.

"Bagaimana kuliahmu?"

"Baik. Bagaimana dengan Hyung?"

"Apanya?"

"Jangan khawatir. Noona akan baik-baik saja."

Amber tersenyum tipis mendengat kalimat penyemangat adiknya itu. Bocah SMA yang masih ingusan dulu ternyata sudah berubah menjadi dewasa seperti itu.

"Bagaimana kau bisa bersamanya? Kenapa dia bisa mengeluarkan flek dan pingsan seperti itu?"

"Aku juga tidak tahu. Siang itu aku menelfon Noona, bertanya tentang kabarnya. Setelah itu Noona memintaku untuk membelikannya beberapa roti karena dia tak bisa keluar rumah. Wajah Noona terlihat sedikit pucat saat membukakan pintu untukku. Aku pikir itu karena dia lapar jadi aku santai saja. Tapi saat kami berjalan dan sampai di ruang tengah Noona tiba-tiba saja aku melihat kaki Noona berdarah dan aku tak paham itu karena apa. Baru saja Noona memintaku mengantarnya ke rumah sakit, tapi Noona malah langsung pingsan."

Stand By YouWhere stories live. Discover now