Do It

1.9K 250 20
                                    

Seorang pria nampak luntang lantung di sebuah pasar tradisional pada pagi buta. Dia bukanlah seorang penjual yang akan menjajakan dagangannya. Melainkan seorang calon pembeli yang sedang mencari list permintaan dari sang istri.

Hari itu adalah pertama kalinya bagi Amber merasakan susahnya menjadi seorang suami yang dimintai ini itu oleh sang istri yang sedang hamil. Selama lima bulan usia kehamilan Krystal, Amber tak pernah dimintai hal-hal yang aneh. Namun pada hari itu tepat pada tengah malam Krystal tiba-tiba membangunkannya dan merengek minta dibelikan jajanan langka yang hanya dijual di pasar.

"Nenek, kapan toko ini akan buka?" tanya Amber pada seorang Nenek penjual ikan yang sedang memindahkan ikan segarnya dari bak ke aquarium.

"Nanti jam enam. Kenapa kau mencari toko yang masih buka satu jam lagi? Beli saja ikanku dan pulanglah."

"Haha, aku juga ingin seperti itu Nek. Tapi istriku saat ini sedang tidak ingin makan ikan."

Mendengar toko buruannya masih buka satu jam lagi Amber memutar arah kembali menuju mobilnya terparkir untuk tidur sesaat. Dia baru tidur selama tiga jam tapi Krystal sudah membangunkan dan membuatnya berada di pasar pagi itu.

Baru saja Amber terlelap, tapi suara ponselnya yang berdering berhasil membuatnya seketika terbangun untuk kemudian mengangkat telfon tersebut. Ingin rasanya dia marah, tapi tidak bisa setelah mendengar aegyo Krystal yang menelfonnya dari rumah.

"Warungnya buka setengah jam lagi."

"Arassoo, mian."

Amber menghela nafas mendengar nada suara Krystal yang seakan penuh rasa bersalah itu. Amber urung marah karena Krystal terus bertanya kapan dia mendapatkan semua jajanan itu dan pulang.

"Kalau sudah dapat aku langsung pulang. Sabar."

"Iya, hati-hati di jalan. Maaf ya, sudah membuatmu repot."

"Siapkan saja bajuku. Setelah sampai aku harus segera berangkat ke kantor."

"Oke. Siap bos!"

Amber tersenyum setelah Krystal mematikan telfonnya. Sejak dulu sampai sekarang wanita itu selalu saja berhasil membuatnya bertekuk lutut dan tak bisa membantah apapun permintaannya. Mungkin julukan Taeyeon untuknya yang disebut sebagai suami takut istri itu memang benar adanya. Tapi ia juga suka akan hal itu, dia akan rela melakukan apapun agar Krystal bisa tersenyum, karena itulah sumber kebahagiaannya.

Amber terpaku melihat Krystal yang seakan tak mempunyai rasa kenyang saat memakan makanan yang ia minta semalaman penuh itu. Perut Amber tiba-tiba terasa kenyang dan ia enggan untuk menyantap sarapannya.

"Enak?"

"Iya, kamu mau?"

"Makan saja, perutku sudah kenyang."

Amber ikut tersenyum melihat Krystal yang seakan bahagia dengan makanannya. Setidaknya Krystal memakan semua yang dia minta sehingga Amber tidak merasa jika usahanya keluar di pagi buta untuk mendapatkan semua itu sia-sia belaka. Amber bersyukur dia tak bernasib sama dengan Taeyeon yang dulu selalu mencari apa yang Tiffany inginkan saat hamil tapi istrinya itu malah sepertinya hanya lapar mata dan tak memakan apa yang ia inginkan.

"Aku bolos kerja saja ya. Aku tidak ingin berangkat."

"Jangan, mau kau beri makan apa kami kalau kau malas bekerja?"

Amber tertawa. Krystal benar, tanggung jawabnya sekarang bertambah dengan adanya sang bayi di perut istrinya. Dia kemudian berdiri untuk berpamitan pada Krystal dan bayi mereka.

"Aku berangkat dulu, jaga diri." pamit Amber setelah mengecup kening Krystal.

Setelah Amber pergi Krystal pun keluar, menuju rumah orang tuanya yang ada di depan untuk menemui sang ayah yang sedang marah besar padanya, terlebih pada Amber karena  mereka sudah menentang apa yang dia inginkan.

Stand By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang