Chapter 22

38.9K 1.3K 7
                                    

Keluarga Kecil Arsyad


Beberapa bulan kemudian...

"Bundaaaaaaaaaaaa....... Tangan woody putus digigit Dayana." Arka berlari pada bundanya sambil membawa boneka woody-nya.

"Bundaaaaaaaa ahh.."

"AGH.. Dayana Make Me DIE. Slowly."

"Dududuuhh.. ternyata anak bunda bahasa inggrisnya udah pinter banget ya."

"Gak boleh mengumpat gitu gak baik sayang, bunda gak ajarin kamu begitu." Ucap Bunda lembut sambil mengusap kepala putra sulungnya.

"Maaf bun, habisnya day tuh, semua mainan aku hancur sama dia. Kepala Jessy yang Papa beli basah gara-gara dia masukin kemulut, Kakinya kudanya ada tapak 4 giginya day, sekarang tangan woody putus."

"Adik day kan belum ngerti mas Arka, mas Arka harus sabar dan ajarin adiknya pelan-pelan ya. Kan anak sholehnya bunda, al fatihnya bunda ini pemimpin ummat, masa sama adik masalah begini aja ribuuuuuuuut banget."

"Oiya, Al Fatih gaboleh cengeng. Siap Bunda."

"Mana Day ? pintu pagarnya dikunci gak ?"

"Dikunci bun, kalau tidak, bayi ompong itu sudah mulai menggerogoti tangga hahaha" Jawab Arka sambil meninggalkan bundanya ke dapur dan kembali pada Dayana.

Beberapa detik kemudian.....

"Bundaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa." Kali ini teriakan Arka sangat serius, membuat Dilla berlari menghampiri anak mereka setelah mematikan kompor.

"Kenapa Mas Arka Sayang?" Ucap sang bunda begitu sampai kamar.

Anak sulungnya tengah menagis dipojokan kamar bermainnya sama Dayana, sedangkan Dayana memandang mas Arkanya, kemudian menatap bundanya bergantian. Ketika bunda hendak mendekati mas Arka, Dayana merangkak dengan kecepatan penuh membuat sang bunda menghentikan langkahnya.

Dayana mengambil posisi duduk kemudian menepuk nepuk tangan mas Arkanya seolah menenangkan sang kakak. Melihat pemandangan itu membuat Dilla menahan tangisnya, berlarut dalam keadaan hingga dirinya tak sadar bahwa ada sosok lain dibelakangnya yang menatap kedua anaknya dengan bahagia.

"Terimakasih sudah memberikan keluarga yang utuh sayang." Ucap pria yang tidak dilla temui sejak seminggu yang lalu karena ada konferensi di Seoul, Korea.

"Mas.." Tidak banyak kata, ia segera menyandarkan kepalanya kedada sang suami.

"Aku rindu." Ucapnya sambil mencium tengkuk istrinya. Dan membuat gelanyar aneh memngaliri dirinya.

"Aku lebih rindu." Jawabnya sambil mencium bibir sang suami dengan ciuman kilat, keduanya tersenyum dan kembali menatap anak mereka. Kemudia memutuskan untuk menghampiri mas Arka.

"Jadi, Jendral Al Fatih kenapa menangis ?"

"Waaaahh my King." Arka berlari, melupakan lukanya, melupakan adiknya yang tengah menepuk nepuknya. Arka selalu menyebut Papanya dengan sebutan "My King" bila sang papa sudah memanggilnya Jendral.

"Lihat.. Princess membasahi stikernya Buzz dan mencabutnya dari tempatnya, Air liurnya membuat helm basah kuyup, dan yang terparah lihatlah, matanya Buzz jadi masuk kedalam gara-gara gigi kecilnya, sebelum ini dia membasahi kepala Jessy, lalu kaki kuda jessy bertapak 4 gigi nya dayana, lalu tangan woody putus karena digigt dan ditariknya." Ucap mas Arka sambil menghela nafas panjang.

"DAYANAAAAA...." Ucap Papa dan Bundanya bersamaan sambil melihat kearah Dayana yang tengah merangkak menghampiri mereka bertiga.

Merasa kalau ketiga yang dicintai Dayana sedang marah padanya, bayi kecil itu menangis kencaang sekali. Memekakan telinga ketiganya. Dan tanpa diduga, yang lebih dulu menghampirinya adalah mas Arkanya. Anak berusia 6 tahun yang baru masuk SD itu sudah sangat dewasa diusianya.

"Wah.. adik princess mas Arka nangis, cup cup sayang, tidak, tidak, kita bertiga tidak marah. Bunda, Papa, Mas Arka semua sayang sama Day. Mas nggak marah, Mas hanya kesal kau membuat Buzz dan Woodynya mas rusak."

"Ini hadiah dari Bunda. Hadiah yang bunda beli dengan penuh cinta saat kamu masih diperut bunda dulu. Tapi saat bunda kasih hadiah ini, mas Arka....."

"Mas Arkaaaaaaaaa..." Dilla langsung memeluk anaknya erat kedua anaknya tepatnya.

"Saat bunda beli hadiah ini buat mas Arka, bukan hanya bunda memilih tapi Dayana ikut sama bunda.. dan saat bunda memberi hadiah ini mas Arka sangat bahagia."

"Bundaa.."

"Arka, sayang.. lupakan semua hal yang buruk.. bunda disini, papa disini, dayana disini untuk mas Arka."

Arka tak menjawab apapun ia hanya mengeratkan pelukannya pada sang bunda, alhasil membuat Dayana terhimpit keduanya, begitu Arsyad melihatnya dan akan mengangkat Dayana, ia terhenti karena teriakan putri kecilnya.

"Akkaaaaaa."

Dayana akhirnya bisa menyebut kakanya. Dimana sebelumnya ia hanya mampu berkata Bun, Pa, Mam, Mim semua hal yang biasa sebut sehari-hari. Kini Dayana memanggil Arka, entahlah itu memanggil nama Arka, atau memanggil Kakak.

Arka yang sadar bahwa dirinya terpanggil segera menghampiri adik kecilnya, mencubit pipinya, dan menciumnya. Sibawel ini mulai bisa berbicara.

"Pa, sepertinya kita harus membeli headphone baru. Karena saat dia bisa berbicara, dirumah ini aka nada 2 perempuan bawel. Hahaha." Ucap Arka sambil mencium bunda dan Dayana.

Arsyad menghampiri keluarga kecilnya, dan memeluk mereka erat dan berbisik ditelinga istrinya.

"Cepat buat Dayana tertidur, Arka urusanku. Aku rindu..." Ucapannya sambil mengedipkan sebelah matanya dengan pandangan genit pada istrinya.

ttroY

My Stone Doctor (COMPLETE)Kde žijí příběhy. Začni objevovat