Chapter 20

32K 1.3K 3
                                    

Pertemuan


Pria itu kembali menjadi manusia dingin lagi, pernikahannya tidak dibatalkan hanya digantikan pengantin wanitanya. itupun karena Arka terus meminta bersama mamanya dan itu permintaan Dilla sebelum dirinya pergi. Ya, Dilla. Wanita yang sudah meninggalkannya sejak 8 bulan terakhir. Wanita yang sudah ia lacak keberadaannya tapi tak jua ia temukan.

Anisya sudah kembali menjadi istri Arsyad lagi. Sikap manisnya pada Arsyad dan Arka hanya bertahan 1 minggu, dan satu hal yang pasti sejak menikah lagi tak sedikitpun Arsyad menyentuh Nisya lagi dan memang wanita itupun enggan, ia hanya ingin mendapatkan uang.

Anisya adalah anak seorang Presdir rumah sakit sebelah tapi sudah dikeluarkan dari kartu keluarga semenjak kejadian 6 tahun lalu, saat dia meninggalkan keluarganya demi pria lain. Sayangnya, pria itu itu sudah berkeluarga dan memilih keluarganya beberapa bulan lalu hingga akhirnya membuat Nisya jadi gembel dari badut keliling sampai memiliki usaha badut panggilan.

Strategi demi strategi dia susun demi kembali pada Arsyad, tapi ia ingin membuat wanita yang Arsyad cintai menderita dulu. Kejadian di resto malam itu juga ulahnya. Entah apa yang membuatnya puas, tapi sepertinya Nisya terindikasi gangguan jiwa.

8 bulan pernikahan atau tepatnya 7 bulan 3 minggu yang sudah Arsyad dan Arka lewati dengan wanita iblis itu membuat kehidupan dirumah mencekam, Arka tidak bahagia, Anak 6 tahun ini mulai merindukan sosok sang bunda sejak minggu kedua Nisya menjadi mamanya lagi. Arsyad sangat membenci anaknya, karena bagi Arsyad Dilla melakukan ini semua hanya karena ingin Arka bahagia.

Arsyad tidak pernah pulang kerumah, ia tidak tahu kalau Arka menahan sakit dipukuli oleh Nisya tubuhnya memar, bahkan kini ia tengah demam dan sendirian dirumah yang masih gelap. Entah kemana pengasuhnya, entah dimana papanya, entah dimana mamanya. Dalam kesadarannya ia menelpon sang papa tapi tidak dijawab, dan ia ingat nomor Faqih teman sang papa. Arkapun menelpon Faqih yang tengah berada di kontrakan Dilla bersama Kanaya.

Dilla diurus oleh Faqih dan Kanaya, bahkan keluarga Dilla pun tak tahu dimana anaknya. Dilla menutup diri karena dirinya merasa telah mencoreng nama baik keluarganya. Ketika Kanaya dan Faqih hendak pulang, Telpon Faqih berdering menandakan nama Arka disana.

"Ya, Arka ada apa nak ?" Jawab Faqih lirih agar Dilla tak mendengar, tapi jarak mereka sangat dekat sehingga dilla langsung mendekatkan dirinya pada Faqih dan menggerakkan bibirnya "Kenapa ?"

"Om gak sama papa. Arka kenapa ?"

"Arka tunggu, om kesana sekarang !!"

"Kenapa abang ?" tanya Dilla khawatir.

"Arka bilang dia demam, dia udah gak kuat, dirumah gak ada siapa-siapa. Aku harus kesana sekarang, dek."

"Aku ikut." Jawab Dilla mantap, pertahanannya 8 bulan ini roboh karena anak yang sangat dia cintai sakit.

Sesampainya dirumah Arsyad, Dilla benar-benar heran karena rumah itu gelap gulita, dan ia berlari membawa perutnya yang sudah semakin besar. Berlari mencari anak sulungnya, bagi dirinya Arka adalah anaknya, anak pertamanya sampai kapanpun meski Arka tidak berasal dari kandungannya.

"Arka.. sayang.. kamu dimana nak ? Ini bunda.. Arkaaaaa."

"bun.. daaaa.." Arka menjawab dan terbata-bata mendengar suara yang sangat ia rindukan. Beberapa kali Dilla tersandung dan terjatuh menyisakan nyeri diperutnya tapi tak ia hiraukan.

"Arka sayang, sadar nak. Bunda disini sayang.. " Dilla memeluk Arka erat dan menangis, disaat yang sama akhirnya Faqih dan Kanaya berhasil menyalakan lampu rumah. Mereka panik karena rumah itu sangat berantakan.

"Biar abang yang bawa Arka, ayo kita ke RS." Ucap Faqih yang merebut Arka dari gendongan wanita hamil itu.

"Arka sayang bertahan sayang, ada bunda disini, ada bunda."

Arka menatap bundanya dan menangis, menggenggam tangan bundanya sangat erat. Di mobil Arka tertidur dipangkuan Dilla, kepalanya sedikit terhalang karena perut Dilla yang sudah membesar. Tapi Arka tetap sadar, Arka memeluk bundanya dan menangis, berkali kali meminta maaf pada sang bunda.

"Arka takut, Bunda jangan tinggalkan Arka lagi."

"Nggak sayang, bunda disini, bunda gak akan ninggalin Arka.. Bunda disini." Jawabnya sambil mengusap kepala anaknya dan menangis berdua.

"Maafin Arka bunda. Maafin arka sudah jadi anak durhaka sama bunda."

"Sstt.. Al Fatihnya bunda, bukan anak durhaka." Kanaya dan Faqih menangis mendengar ibu dan anak ini begitu saling menyayangi.

Mayapada International Hospital

Instalasi Gawat Darurat

Para dokter segera berlarian melihat siapa yang dibawa, mereka panic begitu membuka baju Arka, begitupun Dilla, wanita itu langsung terjatuh saat melihat betapa anaknya sangat terluka 8 bulan ini. Tubuhnya lebam, banyak beberapa sayatan. Hati ibu mana yang tak sakit melihat anaknya amat terluka.

"Bunda, jangan tinggalin Arka." Ucap Arka saat melihat sang Bunda mundur begitu melihat tubuhnya, bundanya menangis. Berbeda dengan Mamanya yang tega melakukan ini padanya.

"Nggaak sayang nggaaak. Bunda disini. Arka gak mau bunda marahkan ? Arka gak mau bunda pergikan?" Dilla yang terbangun dari lantai langsung berlari menatap Arka, memeluknya, menciuminya.

"Nggak bundaaa.. Arka gak mau. Jangan tinggalin Arka bunda."

"Maka bertahan sayang, Arka harus kuat. Dan harus segera sembuh buat sambut adik Arka lahir." Arka yang mendengar bundanya bicara soal adik sangat bahagia. Dan langsung memiliki kekuatan penuh untuk bertahan.

"Arsyad dirumah sakitkan ? Panggil. Bilang Arka di IGD. Anaknya kritis." Ucap dr. Faqih pada salah satu perawat IGD.

Diruang pribadinya Arsyad mengangkat telepon dari IGD, dan segera berlari begitu mengonfirmasi bahwa benar anaknya yang tengah kritis.

"Arrkaaaaaaa.. Arkkkaaaaaaaa.."

Langkahnya terhenti ketika melihat sesosok wanita yang begitu dia rindukan, wanita yang mampu menyusun pecahan hatinya dahulu lalu menghancurkannya lagi lebih parah. Tapi ia tetap mencintai wanita itu. Wanitanya.

"Kau.."

My Stone Doctor (COMPLETE)Where stories live. Discover now