Chapter 16

33.2K 1.2K 0
                                    

What did we do ?

(REVISI)

Seluruh tim sudah menantikan kehadiran Arsyad di Quartersquell Café, sebuah Café kenamaan di Jakarta yang pengunjungnya didominasi oleh bule-bule yang sedang liburan dengan keluarga atau sebagai traveler yang mendapat paketan murah. Sudah hampir 1 jam dari waktu yang dijanjikan namun Arsyad tak kunjung datang. Sebenarnya bukan karena ada pasien atau tak ingin datang, tepatnya dirinya tertahan karena Dilla menolak untuk hadir.

Bagi Dilla dirinya hanya penonton saja jadi tidak pantas ada dimakan malam itu, dan entah apa ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Perasaan seharian ini tak enak sejak Arsyad mengajaknya ke makan malam tim operasi. Bagi Dilla mungkin perasaannya ini dikarenakan disana banyak turin dan sudah tidak aneh lagi dengan adanya minuman keras yang akan diminum oleh mereka yang hadir disana. Ya, begitulah pikirnya alas an mengapa perasaannya sangat tidak enak, dia akan merasa tidak nyaman selama disana.

Dengan beribu jurus yang Arsyad keluarkan dan merengek meminta bantuan pada calon mertuanya, akhirnya pertahanan Dillapun goyah. Mereka pergi dari kediaman Dilla berdua menuju Quartersquell Café untuk menghadiri makan malam timnya Arsyad. Dan sebenarnya dilla pun malas karena hari ini dia harus dinas malam di MIH, apalah daya dirinya ketika berhadapan dengan sang empunya MIH, semua jadwal dirombak oleh Arsyad. Dirinya tetap dinas malam tapi telat 4 jam dari jam seharusnya.

Tim operasi menyambut keduanya dengan meriah, ada yang bersiul hingga kegirangan gajelas karena beberapa dari mereka sudah kena pengaruh alkohol. Tidak lama setelah Arsyad dan Dilla sampai, makanan pun dipesan sambil mereka berceloteh ria menceritakan bagaimana mereka gugup saat operasi itu, apalagi saat asisten Arsyad menyobek Aorta. Mereka merasa itu adalah hari terakhir mereka di rumah sakit. Dan disaat yang sama disudut café, ada seseorang yang memandang mereka dengan tatapan membenci. Ah tidak, bukan mereka tapi tatapan benci pada Arsyad dan Dilla.

Seseorang yang menatap kedua sejoli itu ternyata sudah member suap kepada salah satu chef disana, dia memberikan serbuk pada chef itu untuk dicampurkan kedalam makanan yang dipesan oleh Arsyad dan Dilla. Tidak butuh waktu lama bagi kedua untuk merasakan efek dari obat itu. Awalnya keduanya memakan makanannya dengan lahap, bahkan tak bersisa. Begitu sampai pada suapan terakhir, wajah keduanya memerah.

Wajah keduanya seperti menahan suatu gejolak yang tak dapat mereka deskripsikan, gejolak yang selalu Arsyad tahan saat dirinya bersama kekasihnya ini. Gejolak yang tak berani ia keluarkan selama mereka belum dalam ikatan yang sah. Sedangkan bagi Dilla, ini pertama kalinya bagi dirinya ia merasakan hal ini, dirinya panas, gelisah, dan ada gelanyar aneh dalam dirinya.

Keduanya saling menatap satu sama lain, entah bagaimana seolah keduanya merasa ada gejolak yang membuncah didiri mereka satu sama lainnya. Dan saat Dilla meremas kedua tangan sang kekasih, justru itu membuat diirinya semakin terlalu dalam gejolak aneh ini. Gejolak yang masih tak ia pahami, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa seperti tergelitik geli tak jelas. Diantara remasan jemari mereka, Dilla menggerakkan bibirnya seolah mengatakan sesuatu. Tapi gerakan itu membuat Arsyad semakin panas, ingin melumat bibir yang bergerak itu. Disaat ia dikendalikan nafsu yang tengah membuncah, dirinya masih dapat membaca apa yang kekasihnya katakan, "Pulang" Dillanya meminta pulang.

Akhirnya mereka pamit kepada seluruh tim dengan alasan Dilla sedang tak enak badan. Awalnya seluruh tim kecewa, tapi kekecewaan mereka tak bertahan lama begitu melihat dilla yang seperti lemah. Sedangkan Arsyad benar-benar mengontrol denyut jantung, isi kepala, dan nada suaranya yang sudah mulai berat.

Diujung sana ada seseorang yang menyeringai menyatakan kemenangannya.

Mobil Range Rover yang Arsyad kendalikan mengemudi dengan kecepatan penuh, karena Dilla terus gelisah dirinya malah membawa Dilla ke Apartemennya bukan dikembalikan kerumahnya. Dan saat itu juga Dilla tidak menolak apapun, Dilla hanya merasa dirinya tidak enak dan tidak mungkin pulang ke rumah karena mama dan papanya akan khawatir. Sesampai di apartemen yang sudah mulai sepi itu, Arsyad membawa kekasihnya ke kamarnya.

Kesadaran keduanya menghilang digiring oleh nafsu. Apa yang mereka lakukan sudah pasti dapat dibayangkan, rontaan kekasihnya untuk mengakhiri apa yang sedang mereka lakukan tidak Arsyad indahkan sama sekali. Hingga keduanya terbuai dan melupakan bahwa langit hitam sudah berganti terang.

Isakkan kekasihnya diruangan lain dalam kamar membuat Arsyad semakin kacau, dirinya merasa bersalah dan merasa menjadi pria terbodoh dan terbejat didunia. Arsyad yang menghampiri kekasihnya diruangan itupun memeluk erat kekasihnya, mengucapkan maaf, mengatakan cinta.

sedangkan bukan itu yang Dilla ingin dengarkan, ia masih terisak dengan keras dan isakkannya terhenti ketika Arsyadnya mengatakan sesuatu.

"Sayang, aku akan bertanggung jawab. Bukankah kau memang calon istriku ? dan bundanya anakku. pernikahan kita pun sedang dalam persiapan. Aku mohon tenanglah, maafkan aku."

Pernikahan mereka memang sudah ditentukan, tapi tentu saja hal ini mmebuat gusar wanita yang kini tengah berada dalam dekapan Arsyad. rasa berdosanya benar - benar menghantuinya.

My Stone Doctor (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang